Suara Kasih: Meneladani Bodhisatwa

Judul Asli:

 

  Meneladani Bodhisatwa dalam Melenyapkan Penderitaan Semua Makhluk

 

Bencana banjir mendatangkan penderitaan bagi penduduk Thailand
Hujan lebat juga membawa bencana bagi penduduk Amerika Tengah
Meneladani Bodhisatwa dalam melenyapkan penderitaan semua makhluk
Tekad yang teguh dan ikrar yang luas akan membawa praktik yang luhur

Beberapa minggu ini, saya selalu mengkhawatirkan bencana yang terjadi di mana-mana. Empat unsur alam sudah tidak selaras, terutama unsur air yang mengakibatkan bencana banjir. Kemarin, staf divisi keagamaan melaporkan kepada saya bahwa di Amerika Tengah juga terjadi bencana banjir yang meliputi wilayah El Salvador, Honduras, juga Guatemala. Di negara yang terdapat insan Tzu Chi, relawan telah mulai digerakkan. Namun, bencana kali ini sangat besar, jadi bantuan dari relawan Taiwan juga sangat dibutuhkan. Yang menjadi masalah adalah beberapa negara yang belum terdapat relawan Tzu Chi di sana.

Penyaluran bantuan ke sana akan membutuhkan usaha ekstra. Bagi beberapa negara yang terdapat relawan Tzu Chi, jika jumlah relawan tidak mencukupi, maka relawan dari Taiwan akan lebih mudah memberi bantuan. Pada intinya, saya selalu mengharapkan insan Tzu Chi lebih banyak terjun ke komunitas untuk menggalang lebih banyak Bodhisatwa demi menciptakan berkah dan memberi manfaat bagi banyak orang. Tujuan Buddha datang ke dunia adalah untuk membimbing kita agar memahami cara menolong diri sendiri dan menolong orang lain. Setelah diri sendiri tersadarkan, kita hendaknya juga menyadarkan orang lain dan membuka pintu hati mereka agar hakikat Kebuddhaan yang sama dengan Buddha dan kekuatan tekad yang sama dengan para Bodhisatwa dapat berkembang dalam diri setiap orang. Janganlah terus tenggelam dalam kondisi pikiran makhluk awam.

Saya terus mengingatkan bahwa di tengah bencana yang menggemparkan dunia, kita harus sadar dan mengambil hikmah. Beberapa hari belakangan ini, saya terus mengadakan rapat dengan insan Tzu Chi Thailand melalui konferensi video. Saya terus berpesan kepada mereka untuk meningkatkan kewaspadaan, menjaga keselamatan diri sendiri, memerhatikan sesama saudara se-Dharma, serta menenangkan hati dan pikiran.

 

Untuk menyurvei daerah bencana, kita di Taiwan telah mempersiapkan orang serta barang bantuan. Saya sering mengatakan bahwa kita hendaknya hanya makan sampai 80 persen kenyang dan menyisihkan 20 persennya untuk menolong orang. Dalam kondisi seperti sekarang ini, kita tidak boleh hanya mementingkan negara sendiri atau lingkungan tempat hidup kita sendiri saja. Ketika bencana alam terjadi, ia tidak mengenal batasan negara, juga tidak membedakan batas wilayah. Setiap orang memiliki tanggung jawab atas segala yang terjadi di dunia.

 

Inti ajaran Buddha adalah menolong semua makhluk. Kita harus mempraktikkan ajaran ini. Jadi, kita harus memiliki tekad yang teguh untuk memurnikan dunia ini. Kita harus membangun ikrar luhur dan mempertahankannya. Inilah yang kerap saya singgung, yakni genggamlah momen saat ini. Saat mendengarkan Dharma, harus segera dihayati ke dalam batin. Ketika merasa suatu ajaran dapat diterima, maka genggamlah momen saat itu. Jalinan jodoh itu harus digenggam dan terus dipertahankan. Karena telah bertekad, maka pertahankanlah niat yang timbul saat pertama kali merasa tergugah itu. Tekad ini timbul dalam sekejap, namun jangan dibiarkan berlalu begitu saja.

Jadi saat muncul tekad yang luhur itu, setelah membangkitkan tekad, kita harus mempertahankannya. Kita harus selamanya mengingat saat di mana kita tergugah dan bertekad. Tekad yang telah timbul ini harus ditanamkan dengan kokoh ke dalam batin. Intinya, kita harus memiliki tekad yang teguh untuk memurnikan dunia ini. Demikianlah yang tertulis dalam Sutra Makna Tanpa Batas. Selain itu, Bodhisatwa mempraktikkan Paramita dengan batin yang bebas. Namun, batin yang bebas ini tetap penuh kesungguhan dan konsentrasi. Inilah yang dijelaskan dalam Sutra.

 

Bodhisatwa adalah bahasa Sanskerta dan disebut “Pusa” dalam bahasa Mandarin. Bodhi berarti tercerahkan, satwa berarti makhluk yang berperasaan. Bodhisatwa berarti makhluk berperasaan yang tercerahkan. Saat melantunkan Sutra, kita sering menemukan istilah “Bodhisatwa-mahasatwa”. Makna dari kata “maha” adalah agung. Jadi, Bodhisatwa-mahasatwa berarti makhluk agung yang tercerahkan. Bodhisatwa-mahasatwa memiliki tiga karakteristik sehingga mereka disebut agung yakni, keagungan ikrar, praktik, dan tindakan menolong semua makhluk.

 

 

Dengan memiliki tiga keagungan ini, barulah seseorang disebut Mahasatwa. Jadi, untuk meneladani seorang Mahasatwa, syarat terpenting adalah menanamkan kekuatan tekad untuk memurnikan dunia ini. Dengan memiliki batin yang murni maka dunia pun akan menjadi murni. Ketika kita membangkitkan tekad dengan batin yang murni tanpa noda maka kekuatan tekad kita akan berkembang. Jika batin ternoda oleh ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan, maka batin menjadi tidak murni. Dengan demikian, orang akan menjadi egois. Karena itu, kita semua harus bertobat, melenyapkan seluruh noda batin yang terakumulasi sejak dulu. Dengan begitu, barulah hati kita dapat merangkul seluruh alam semesta. Dengan memiliki batin yang murni, barulah tiga karakteristik agung tadi dapat terealisasi.

Kita harus bertekad untuk menjadi seorang Bodhisatwa. Untuk itu, kita harus berikrar untuk menyelamatkan semua makhluk. Menyelamatkan dunia ini harus dimulai dengan menolong hati manusia. Saya sering mengatakan hal ini. Kita harus bekerja keras untuk menggalang lebih banyak Bodhisatwa agar kekuatan yang terhimpun semakin besar. Saya juga pernah mengatakan kepada kalian bahwa kekuatan satu orang tidaklah cukup untuk menciptakan berkah bagi dunia. Kita harus menghimpun kekuatan banyak orang agar dapat memiliki cukup kekuatan untuk memberi manfaat bagi dunia. Karena itu, saya sering mengatakan bahwa tetesan air dapat membentuk sungai.

Lihatlah Thailand. Banjir besar di sana berasal dari tetesan air hujan. Banyaknya tetesan air hujan ini berubah menjadi hujan lebat yang akhirnya mengakibatkan banjir. Sesungguhnya, saya sering mengatakan kita harus menginspirasi orang banyak dan menghimpun kekuatan. Kita juga harus menyerap air Dharma guna mengikis nafsu keinginan. Nafsu keinginan kita haruslah terus-menerus dikikis. Setelah memurnikan batin sendiri barulah kita dapat menghimpun kekuatan banyak orang dan memberi manfaat bagi semua makhluk. Inilah yang Buddha ajarkan. Jadi, kita harus menghimpun kekuatan bersama. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

 

 

Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -