Suara Kasih: Mengenang Keluhuran para Silent mentor

 

Judul Asli:

Mengenang Keluhuran para Silent mentor

Tujuan awal misi amal Tzu Chi adalah membantu melenyapkan kemiskinan
Membangkitkan tekad untuk memberi manfaat bagi semua makhluk
Para Silent mentor bersumbangsih hingga detik terakhir kehidupan mereka
Mengenang keluhuran para Silent mentor

 

Hari ini terdapat beberapa kisah di dalam catatan sejarah Tzu Chi. Tanggal 10 September empat puluh tahun silam, klinik kesehatan Tzu Chi di Hualien mulai beroperasi. Saat itu, misi amal Tzu Chi baru berdiri enam tahun. Selama enam tahun itu, kita dapat melihat banyak warga yang sakit karena kekurangan dan sakit. Karena itu, kita memikirkan bagaimana cara membantu warga yang kekurangan agar tidak hidup melarat. Untuk mengantisipasi kemiskinan, solusinya adalah tubuh mereka harus sehat. Karena itu, kita mulai mengoperasikan klinik kesehatan ini. Saya sangat berterima kasih kepada Nyonya Huang yang telah menyediakan tempat untuk dijadikan klinik kesehatan.

Empat puluh tahun silam, tepatnya hari ini, klinik kesehatan ini mulai beroperasi. Itu semua telah berlalu empat puluh tahun. Inilah sejarah tanggal 10 September 1972. Mengenang kembali sejarah, ada banyak kisah yang tak habis untuk diulas.

Klinik kesehatan ini memberikan pelayanan medis dua hari dalam satu minggu. pelayanan kesehatan Tzu Chi mulai menjangkau pedesaan, daerah pegunungan, dan daerah terpencil lainnya. Setelah melihat kemiskinan, minimnya sarana transportasi, dan keterbatasan fasilitas medis di pedesaan, saya semakin tergerak untuk mendirikan rumah sakit di Hualien. Selain itu, Pusat Simulasi Bedah Universitas Tzu Chi juga dioperasikan hari ini,tepatnya tanggal 10 September 2008 lalu. Jadi, makna hari ini sangatlah besar.

Setiap kali mengulas tentang para Silent mentor, saya selalu merasa bersyukur dan tersentuh dari lubuk hati terdalam. Akan tetapi, saya juga merasa kehilangan. Tadi saya melihat daftar nama para Silent mentor. Semasa hidup, saat masih sehat, mereka senantiasa bersumbangsih bagi Tzu Chi, masyarakat, dan orang banyak. Akan tetapi, saat ketidakkekalan menjemput, mereka masih membangkitkan tekad untuk mendonorkan tubuh mereka kepada Universitas Tzu Chi dan menjadi Silent mentor. Kita dapat melihat seorang Silent mentor yang sangat muda.

 

Saat masih muda, dia pernah membuat ibunya merasa sangat sedih. Dahulu, saya tidak belajar dengan giat, malah kecanduan permainan elektronik. Sekali main bisa sepanjang malam. Saya sering membuat orang tua saya khawatir. Akan tetapi, setelah sang ibu mengajaknya bergabung dengan Tzu Chi, dia pun memutuskan untuk berubah. Dia sangat giat dan mengambil tanggung jawab sebagai relawan dokumentasi dengan sangat bersungguh hati.

Setelah sakit, saya menyadari banyak hal. Karena itu, saya ingin memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin agar bisa mengikuti langkah Master untuk berbuat baik. Akan tetapi, dia meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya. Dia baru berusia 30-an tahun. Beruntung, sang ibu membawanya ke Tzu Chi sehingga dia bisa giat bersumbangsih selama lebih dari 6 tahun. Kepergiannya sungguh membuat orang merasa kehilangan. Jika bisa hidup beberapa waktu lagi. Bodhisatwa ini sungguh bisa memberi manfaat bagi banyak orang.

Ada pula Relawan Chen di Guanshan. Dia sangat giat melatih diri. Awalnya, istri saya melakukan pekerjaan Tzu Chi tanpa sepengetahuan saya. Lalu, setelah kondisi keuangan kami mulai membaik, saya mulai membantu misi Tzu Chi dengan mengantar para relawan untuk melakukan survei kasus menggunakan taksi saya. “Sejak saat itu, jika mereka membutuhkan kendaraan, saya berusaha untuk membantu mereka. Saya pikir dengan sedikit membantu, paling tidak bisa menolong orang yang membutuhkan. Demikianlah awal saya bergabung,” ucapnya. Dia selalu menjadi relawan di Rumah Sakit Tzu Chi Guanshan. Selain itu, sebagai anggota Tzu Cheng dan komite, dia tak pernah menyia-nyiakan waktu. Saat berusia 60-an tahun, dia mengidap kanker. Meski sedang menderita sakit, dia tetap memanfaatkan waktunya untuk bersumbangsih hingga napas terakhir.

Ada pula Guru Li Guo-ming. Dia sangat energik. Dia adalah seorang guru bahasa Inggris. Semasa hidupnya, dia selalu berdedikasi bagi para murid. Dia pun pergi ke Pulau Kinmen, tempat yang tak ingin dikunjungi guru lain. Dia bertekad untuk mengajarkan bahasa Inggris di salah satu SMP di Kinmen. Selain itu, di dalam Tzu Chi, dia tetap berpegang pada tekad selama 20 tahun lebih. Setiap kembali saat liburan musim dingin dan musim panas, dia selalu menjadi relawan di RS Tzu Chi Hualien. Setelah kembali ke Kinmen, dia tetap menjadi relawan di rumah sakit setempat serta memberikan bimbingan di sekolah.

Dia tak pernah menyia-nyiakan waktunya. Dia tidak takut pada kematian.  Bahkan saat akan mengembuskan napas terakhir, dia tetap tersenyum dengan sangat manis. Istrinya pun bertanya kepadanya,“Mengapa kamu tersenyum?”Dia berkata kepada istrinya,“Saya telah kembali ke sisi Master.”Istrinya kembali bertanya,“Jika kamu kembali ke sisi Master, bagaimana dengan saya?”Dia berkata kepada istrinya,“Kamu harus segera kembali ke Kinmen  untuk melakukan daur ulang.”Malam itu, setelah selesai berbincang, dia menutup matanya sambil berkata, “Saya ingin tidur.” Setelah itu, dia pun meninggal dunia. Istrinya segera mengantarkan jenazahnya ke Universitas Tzu Chi pada tengah malam. Sebelum meninggal, dia dirawat di RS Tzu Chi Taichung. Akan tetapi, dia segera diantar ke Universitas Tzu Chi sebelum matahari terbit.

Saat saya memimpin pertemuan pagi relawan, saya melihat anggota keluarga dan istrinya datang. Meski sang istri terlihat meneteskan air mata,tetapi dia tetap tersenyum dengan tenang. Saya berkata kepadanya, “Kamu harus memahami hukum alam.”“Jika memang sudah saatnya, dia akan pergi dan kembali lagi.”Sang istri berkata kepada saya,“Master, saya tahu.”“Saya melepas kepergiannya dengan tenang.”Saya kembali bertanya kepadanya,“Segala urusan telah selesai, maukah kamu tinggal di Griya Jing Si untuk beberapa waktu?”Dia menjawab, “Tidak bisa, tidak bisa, saya harus segera kembali ke Kinmen untuk melakukan daur ulang.” “Guo-ming-lah yang ingin saya segera melakukan daur ulang di Kinmen.”

Jadi, inilah kehidupan yang giat dan bermakna. Relawan Li datang dan pergi dengan damai. Saat ini, dia juga menjadi guru bagi para siswa kedokteran. Para siswa bisa belajar banyak dari tubuhnya. Hari ini, ada delapan Silent mentor yang akan dikremasi setelah kelas simulasi bedah berakhir. Saya merasa sangat kehilangan. Akan tetapi, semasa hidup, mereka telah bersumbangsih bagi banyak orang. Banyak orang yang mengenang dan menjadikan mereka sebagai teladan. Kehidupan seperti itu sangatlah bermakna. Inilah hukum alam. Tak ada satu orang pun yang tahu berapa panjang usia kehidupannya. Akan tetapi, kita bisa mengembangkan dan memperdalam makna kehidupan kita. Kita sungguh harus belajar dari para Silent mentor. Demikian pula dengan Sheng-feng. Kepergiaannya tahun lalu membuat banyak orang merasa kehilangan.

Hari ini, saya juga melihat dia menjadi guru bagi para siswa kedokteran. Singkat kata, inilah dedikasi. Saat masih hidup, mereka senantiasa memanfaatkan setiap saat untuk bersumbangsih. Hingga mengembuskan napas terakhir, mereka tetap bersumbangsih dengan mendonorkan tubuh mereka untuk keperluan medis  sehingga para murid bisa menjadi dokter. Semua itu sungguh membuat saya tersentuh. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou)

 
 
Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -