Suara Kasih : Menggarap Ladang Batin

 

Judul Asli:

Menggarap Ladang Batin Manusia

Misi pendidikan menggarap ladang batin manusia
Membangkitkan kebijaksanaan dan menanam benih kebajikan
Menganggap misi menyelamatkan umat manusia sebagai tanggung jawab sendiri
Menjadi teladan dalam menapaki jalan kebenaran

Belakangan ini murid sekolah menengah dan SD Tzu Chi Tainan dan Hualien, dipimpin para guru pergi ke negara lain untuk berbagi tentang semangat dan filosofi misi pendidikan Tzu Chi. Para murid dibawa ke Malaysia dan Tiongkok agar dapat melihat kehidupan keluarga di daerah pedalaman. Meskipun hidup kekurangan, mereka tidak patah semangat untuk tetap belajar. Saya bersyukur memiliki ayah dan ibu yang begitu mengasihi saya dan memberi tubuh yang sehat. Ini mengingatkan saya untuk bisa senantiasa menjadi orang yang membantu orang lain.

Inilah yang sering saya ulas, yang tak terhingga tumbuh dari satu benih. Jadi, satu benih bisa tumbuh menjadi tak terhingga. Bimbingan dan inspirasi seperti ini sungguh bisa memotivasi banyak orang. Pendidikan sangatlah penting. Jika anak-anak dibiarkan berada di bawah pengaruh masyarakat dan teknologi saat ini, mereka mungkin akan kehilangan sifat hakiki dan terus disesatkan oleh pesatnya perkembangan teknologi.

Kita dapat melihat berita yang sangat mengejutkan. Di Colorado, Amerika Serikat, tepatnya di sebuah gedung bioskop pinggiran Kota Denver, tiba-tiba masuk seorang anak muda yang memakai topeng dan mengenakan baju antipeluru. Dia membawa senjata dan melakukan penembakan membabi buta ke dalam gedung bioskop tersebut. Akibatnya, 12 orang meninggal di lokasi kejadian dan 11 orang lainnya saat ini berada dalam kondisi kritis. Anak muda ini adalah seorang mahasiswa kedokteran, tetapi memiliki pikiran yang tidak sehat. Sebenarnya, apa yang mengakibatkan dia melakukan penembakan brutal seperti itu? Sungguh membuat orang prihatin melihatnya.

Sesungguhnya, apa yang terjadi dengan pendidikan masa kini? Jadi, kita hendaknya  membimbing setiap orang agar kembali pada hakikat yang murni dan polos. Jika kita hanya peduli pada pengembangan teknologi, maka anak muda mungkin akan terjerumus dan kehilangan sifat hakiki yang murni. Inilah yang harus kita waspadai.

Dalam mendidik, kita harus memberi ruang kepada anak-anak untuk berpikir sehingga mereka bisa kembali pada hakikat yang polos dan mengembangkan cinta kasih murni tanpa noda. Ini bergantung pada cara yang kita gunakan untuk membimbing batin anak-anak. Beberapa hari ini, dalam rangka peringatan 20 tahun  Asosiasi Guru Tzu Chi dan Tzu Ching, terdapat runtunan kegiatan. Melihatnya, saya sungguh tersentuh dan merasa bahwa dunia ini sungguh cemerlang dan penuh dengan harapan.

Arah yang kita miliki ini sudah benar dan harus terus kita jalankan. Segala sesuatu haruslah dimulai dari awal. Jika arah dan tujuan kita benar dan kita segera bersumbangsih, maka seiring berjalannya waktu, kita pasti memperoleh pencapaian.

Selama puluhan tahun ini, dengan adanya pergeseran nilai di masyarakat dan kelirunya arah pendidikan dalam keluarga, mereka yang berprofesi sebagai guru sungguh harus bekerja keras. Ada sekelompok guru yang memiliki semangat misi yang sangat teguh. Karena itu, dua puluh tahun lalu, kita mendirikan Asosiasi Guru Tzu Chi dengan harapan dapat menghimpun para guru yang memiliki tekad sama.

Para guru ini bertekad untuk melindungi kemurnian misi pendidikan dan berharap bisa membina insan berbakat dalam masyarakat. Mereka senantiasa melindungi misi ini. Dalam Asosiasi Guru Tzu Chi, kita dapat melihat para guru yang begitu mendedikasikan diri dari muda hingga mereka pensiun. Setelah pensiun, mereka tetap berdedikasi. Kehidupan setelah pensiun bahkan lebih sibuk dibanding dahulu.Saat ini mereka lebih sibuk karena setelah pensiun, mereka tetap mendedikasikan seluruh waktu mereka untuk fokus mengemban misi Tzu Chi. Selain aktif di Taiwan, adakalanya mereka juga turut menyebarkan cinta kasih ke seluruh dunia.

Kita dapat melihat jejak sumbangsih mereka bagi misi pendidikan di berbagai negara. Mereka merogoh kocek sendiri untuk menyebarkan benih cinta kasih ke seluruh dunia. Kita juga melihat selama belasan tahun ini, kita telah memberikan bantuan dana pendidikan di Tiongkok. Saya sungguh berterima kasih  kepada para pengusaha Taiwan di Tiongkok yang mulai mengemban misi Tzu Chi dan menyebarkan benih cinta kasih di sana. Bantuan dana pendidikan  sungguh telah membantu banyak anak. Anak dari keluarga kurang mampun lebih cepat dewasa.

“Dari kecil, saya sudah memahami pentingnya bersekolah. Bisa memperoleh bantuan dana pendidikan setiap semester, sungguh sangat membantu kami mengurangi beban keluarga. Setelah menerima bantuan kalian,kami pasti akan menolong lebih banyak orang dan membantu menyebarkan cinta kasih ke seluruh dunia. Setelah menerima celengan bambu ini, saya berharap saya bisa menghimpun cinta kasih untuk turut membantu orang lain,” ujar penerima bantuan.

Mereka sangat mudah dibimbing. Dalam kebiasaan makan dan tata krama sehari-hari, mereka tahu bagaimana hidup rajin dan hemat. Insan Tzu Chi juga berbagi tentang bagaimana Tzu Chi bermula dari uang 50 sen yang disisihkan ke dalam celengan bambu agar anak-anak juga terinspirasi untuk menyisihkan koin setiap hari. Sebuah kotak pasta gigi juga bisa dijadikan celengan cinta kasih. Saya ingin kalian tahu bahwa kalian sungguh telah menyentuh kami.

Saya ingin kalian tahu bahwa saya telah terinspirasi oleh kalian semua. Setiap hari dia selalu menyisihkan uang 10 sen. Dia mengumpulkan satu demi satu koin dalam jangka waktu yang lama sehingga terkumpullah lebih dari 5 yuan. Jadi, janganlah meremehkan uang 10 sen. Dia mengumpulkan uang 10 sen setiap hari. Uang 10 sen yang terus dikumpulkan juga bisa menjadi lebih dari 5 yuan. Singkat kata, butiran padi dapat memenuhi lumbung dan tetesan air juga dapat membentuk sungai. Cinta kasih perlu dihimpun. Saya sungguh bersyukur atas banyaknya Bodhisattva di dunia ini yang rela untuk menggarap petak demi petak ladang batin manusia. menggarap petak demi petak ladang batin manusia. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou)

 
 
Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -