Suara Kasih: Menghargai Kehidupan

Judul Asli:

 

  Menghargai Kehidupan dan Tidak Membunuh Hewan

 

Bodhisatwa dunia mempersiapkan panggung pementasan
Dunia saha ini penuh dengan penderitaan
Menghargai kehidupan dan tidak membunuh hewan
Membebaskan penderitaan semua makhluk dan menciptakan keharmonisan

Segala sesuatu di dunia sungguh tidak kekal. Ketidakselarasan empat unsur alam dan pikiran manusia mengakibatkan kekacauan dalam masyarakat. Lihatlah kerusuhan di Inggris. Bukankah itu terjadi akibat hati manusia yang tak selaras? Bukankah itu terjadi akibat manusia tak mengendalikan segala niat yang timbul?

Lihatlah kondisi warga Somalia. Karena sulit menerima bantuan, warga setempat hidup di tengah kondisi kelaparan dan lingkungan yang tidak sehat. Selain itu, cuaca setempat juga sangat panas. Bayangkanlah, perang dan sumber daya alam yang terbatas di negara tersebut mengakibatkan warga setempat sulit untuk bertahan hidup. Kita juga mendengar tentang mewabahnya penyakit menular. Penderitaan para pengungsi semakin bertambah. Mereka sungguh mengalami penderitaan yang tak terkira.

Demikian pula dengan Jepang. Hingga kini, kita masih mengkhawatirkan kondisi korban bencana di Jepang. Insan Tzu Chi telah berulang kali berangkat ke Jepang untuk menyalurkan bantuan. Namun, kita juga melihat siaran berita tentang meningkatnya angka bunuh diri di Fukushima. Banyak orang yang tidak dapat bertahan hidup. Mengapa mereka tak dapat bertahan hidup?

 

Sindrom pascabencana warga Jepang terus mengalami peningkatkan. Saya sungguh tidak tega melihatnya. Pada kehidupan ini, kita harus senantiasa melatih diri untuk mengurangi nafsu keinginan. Kita harus hidup rajin dan hemat serta sungguh-sungguh mengembangkan keteguhan. Dengan adanya cinta kasih, kita akan saling membantu dan saling memerhatikan.

 

Buddha datang ke dunia untuk menolong semua makhluk yang menderita. Semua penderitaan berasal dari pikiran manusia yang tidak selaras. Karena itu, Buddha datang ke dunia untuk mengajarkan dan membimbing kita agar berjalan ke arah yang benar dan kembali pada hakikat yang murni. Inilah ajaran Buddha.

Dalam Buddhisme, tanggal 15 bulan 7 Imlek adalah hari yang sangat penting, yaitu hari Buddha dipenuhi rasa sukacita. Pada masa Buddha hidup, para anggota Sangha keluar setiap pagi untuk menerima persembahan. Mereka membawa mangkuk (patra) dan mengenalkan ajaran Buddha dan komunitas Sangha kepada masyarakat. Para anggota Sangha membantu membabarkan ajaran Buddha. Setelah mempelajari Dharma dari Buddha, para anggota Sangha membabarkan Dharma dan mendoakan setiap keluarga yang memberikan persembahan kepada mereka.

Anggota Sangha hidup dari menerima persembahan. Namun, Buddha ingin murid-Nya menjalani masa varsa (musim para biksu tidak diperkenankan keluar wihara selama beberapa bulan dalam setahun), yakni mulai tanggal 15 bulan 4 hingga tanggal 15 bulan 7 Candra Sangkala. Masa varsa adalah 3 bulan atau 90 hari. Selama masa varsa, para anggota Sangha tidak keluar menerima persembahan, namun berkumpul bersama untuk lebih banyak mendengar Dharma. Para anggota Sangha mendengar, merenungkan, dan mempraktikkan Dharma secara nyata. Inilah yang ditetapkan oleh Buddha. Usai masa varsa, Buddha melihat hati para murid-Nya menjadi jernih. Mereka sungguh telah mendengar dan merenungkan ajaran Buddha.

Setelah menyerap Dharma ke dalam hati, mereka mempraktikkannya secara nyata. Selama masa varsa, setiap orang mengubah tabiat buruk, membuka hati, dan saling mendukung. Selama 3 bulan masa varsa, raja dan menteri akan memberi persembahan kepada para anggota Sangha. Melihat orang lain bertekad untuk melindungi Dharma dan para muridnya memperoleh berbagai pencapaian, Buddha merasakan sukacita. Buddha dipenuhi oleh sukacita karena para anggota Sangha telah memperoleh pencapaian sehingga mampu untuk membimbing makhluk awam untuk berjalan di jalan penuh kesadaran. Jadi, orang suci dan orang bijak pun bertambah di dunia ini. Dengan demikian, dunia akan semakin harmonis. Karena itu, kita harus berterima kasih kepada para anggota Sangha. Kita harus bersyukur karena masyarakat menjadi harmonis. Karena itu, Buddha pun merasakan sukacita. Jadi, tanggal 15 bulan 7 Imlek adalah hari penuh syukur dan sukacita.

Buddha berharap semua makhluk hidup di dunia ini dapat hidup tenteram, damai, dan saling menghormati. Jadi, bervegetarian berarti menghargai kehidupan. Seperti yang saya katakan sebelumnya, hewan-hewan itu terlahir ke dunia bukan untuk dimakan oleh manusia. Buah karmalah yang mengondisikan mereka untuk terlahir di alam binatang. Bila Anda membunuhnya pada kehidupan ini, maka ia akan membunuh Anda pada kehidupan mendatang. Kapankah dendam ini akan berakhir? Karena itu, kita harus menghargai kehidupan dan menolong semua makhluk yang menderita. Kita harus membangkitkan cinta kasih dan tidak tega melihat penderitaan hewan yang bagai digantung terbalik.

Bodhisatwa sekalian, kita bernapas dengan kaki berpijak di atas bumi. Karenanya, kita dapat bergerak dengan bebas. Bila ada orang yang menggantung kalian dengan posisi terbalik, apakah kalian merasa menderita? (Ya) Apakah kita tega memberikan penderitaan ini kepada makhluk lain? Pada bulan 7 Imlek, kita terus mengimbau masyarakat agar tidak membunuh hewan untuk dipersembahkan. Intinya, kita harus memahami prinsip kebenaran. Bila memiliki pandangan keliru, maka itu adalah takhayul. Kini kita harus bisa membedakan hal yang benar dan salah. Pandangan yang keliru adalah salah. Pandangan benar adalah prinsip kebenaran. Kita harus memahami kebenaran dan tidak memiliki pandangan keliru. Bulan 7 Imlek adalah bulan penuh berkah karena setiap orang membangkitkan kebijaksanaan. Karena itu, Buddha merasakan sukacita. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

Jika menjalani kehidupan dengan penuh welas asih, maka hasil pelatihan diri akan segera berbuah dengan sendirinya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -