Suara Kasih: Mengikis Nafsu Keinginan

Judul Asli:

 

 Mengikis Nafsu Keinginan dan Tak Terjerumus dalam Kesesatan

      

Kehidupan Jing Si kaya secara spiritual
Berbuat bajik, mengurangi nafsu keinginandan tak terjerumus dalam kesesatan
Kecanduan dapat merugikan diri sendiri dan lingkungan
Berjalan di arah yang benar dan sukacita menjalani kehidupan yang baru

Lihatlah para pengusaha dari berbagai negara yang datang ke Taiwan untuk mengikuti kamp Jing Si. Selain mempelajari cara memperoleh keuntungan, yang terpenting adalah mereka bisa memahami cara menumbuhkan kebijaksanaan.

Selama belasan tahun, kamp Jing Si telah menginspirasi banyak pengusaha sukses dari berbagai bidang. Setelah mengikuti kamp Jing Si ini, mereka menyadari bahwa selain mengembangkan usahanya di masyarakat dan di dunia internasional, mereka juga harus mendedikasikan diri dengan penuh semangat kemanusiaan dan memerhatikan segala sesuatu yang terjadi di seluruh dunia ini. Mereka menyadari bahwa itu semua harus dimulai dari diri sendiri.

Kamp Jing Si yang pertama pada tahun ini pesertanya berasal dari Indonesia, Malaysia, Vietnam, Filipina, dan beberapa negara lainnya. Insan Tzu Chi dari Taiwan bagian tengah yang bertanggung jawab atas kamp kali ini. Ada pula insan Tzu Chi Taiwan bagian utara yang saling membantu dengan harmonis. Contohnya, insan Tzu Chi di Taoyuan. Mereka menyambut para peserta yang tiba di Taiwan pada waktu yang berbeda-beda dan dari negara berbeda-beda pula. Karena itu, saya juga sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi di Taoyuan. Taoyuan adalah gerbang utama untuk masuk ke Taiwan. Saat para peserta keluar dari bandar utara Taiwan, insan Tzu Chi akan menyambut mereka dengan penuh kehangatan bagaikan menyambut anggota keluarga sendiri. Insan Tzu Chi juga mengatur transportasi untuk mengantar peserta ke tempat tujuan. Inilah tanggung jawab mereka. Setelah tiba di Taipei, para peserta dijemput oleh insan Tzu Chi Taiwan bagian utara yang terdiri dari tim penerjemah  dan anggota Tzu Cheng. Para relawan mengatur mereka untuk berkunjung ke RS Tzu Chi, stasiun Da Ai TV, dan posko daur ulang di Taipei.

Sebelum tiba di Hualien, mereka telah memahami semangat Tzu Chi dan memahami berbagai pekerjaan yang telah dilakukan oleh Tzu Chi. Setelah itu, mereka baru datang ke Hualien. Dari kelas pelatihan, pembicara, kebutuhan harian hingga berbagai peraturan, semuanya diatur oleh insan Tzu Chi Taiwan Taichung. Saya sungguh berterima kasih.

Beberapa hari lalu, pagi-pagi sekali, mereka telah tiba di Griya Jing Si. Di dalam kamp Jing Si, mereka dapat memahami kehidupan sehari-hari di Griya Jing Si. Karena itu, beberapa hari lalu, saat mendengar mereka berbagi di Griya Jing Si, saya juga merasa sangat tersentuh. Seperti Tuan Zhang yang datang dari Indonesia. Orang tuanya selalu menyaksikan Da Ai TV. Demi mewujudkan harapan orang tuanya, dia pun mengesampingkan bisnisnya guna menemani orang tuanya menghadiri kamp. “Saya sungguh berterima kasih kepada orang tua saya karena mereka berdua telah membesarkan saya. Terima kasih. Yang saya inginkan adalah tak hanya bertemu dengan Master Cheng Yen, namun ingin menyebarkan ajaran Beliau agar dunia ini dapat penuh dengan cinta kasih, kedamaian, dan keharmonisan serta semua makhluk dapat bersukacita.” Dia tak hanya telah mewujudkan keinginan orang tuanya, namun juga telah membangkitkan tekad luhur.

Setiap peserta dari luar negeri telah membagikan pengalaman yang sangat bermakna. Awalnya, mereka hanya mengejar kehidupan yang nyaman. Akan tetapi, setelah mengikuti kamp ini, mereka pun mulai mengubah pola hidupnya. Perubahan yang paling besar adalah mereka yang dahulu gemar mengonsumsi daging kini belajar mengendalikan nafsu makan dan belajar bervegetarian. Banyak orang yang terinspirasi. Singkat kata, inilah yang dialami oleh para pengusaha dari luar negeri.

Kita juga dapat melihat program “Bodhisatwa Akar Rumput” di Da Ai TV. Seorang Bodhisatwa lansia berkata bahwa dia sudah sangat puas dengan kehidupannya kini. “Asalkan memiliki makanan dan pakaian itu sudah cukup bagi saya. Memiliki tubuh yang sehat dan anak-anak saya tak berbuat kejahatan, itu sudah sangat baik. Meski anak-anak saya tak pintar, mereka sangat penurut. Mereka tak akan melakukan kejahatan,” ucapnya. Dia sangat puas dengan kehidupan demikian dan ingin membalas budi. Karena itu, dia pun bergabung dalam kegiatan daur ulang. Bodhisatwa daur ulang seperti dia sungguh membuat orang tersentuh melihatnya.

Penyakit orang masa kini adalah terlena dalam kenyamanan hidup dan cenderung mengejar materi. Mereka hanya tamak akan nafsu makan dan kenyamanan hidup, namun tak memahami bagaimana bersumbangsih bagi sesama. Inilah yang paling kita khawatirkan kini. Ini karena setiap orang kehilangan hakikat diri dan terjerumus ke dalam lautan nafsu keinginan. Siapa yang dapat menyelamatkan mereka? Untuk itu, setiap orang harus membangkitkan hati penuh welas asih demi menolong sekelompok orang yang terjerumus di seluruh dunia ini. Menyelamatkan hati manusia, barulah bisa menyelamatkan dunia. Janganlah membiarkan masyarakat kita ini terus terjerumus ke dalam ketersesatan.

Kita juga dapat melihat berita tentang Korea Selatan. Pemerintah setempat kini tengah mensosialisasikan pusat rehabilitasi guna mengantisipasi berbagai kecanduan. Ini karena di  Korea Selatan ada 8 juta orang yang kecanduan berbagai hal, seperti mengonsumsi miras, berjudi, ataupun mengakses internet. Karena itu, setelah melihat hal demikian, kita juga harus menyadarkan masyarakat kita tentang hal ini.

 

Media massa di Taiwan juga memberitakan bahwa ada sekelompok orang  yang sering   menundukkan kepalanya untuk melihat telepon genggam, dll. Saat berinteraksi dengan orang lain, mereka juga tetap tak menatap lawan bicara. Tak peduli melakukan apa pun, mereka selalu menundukkan kepala. Ini mengakibatkan hubungannya dengan orang lain menjadi tidak baik dan berpengaruh buruk pada kebiasaan hidup kita. Mereka juga tak memedulikan kondisi di sekelilingnya. Ini sungguh berbahaya. Kecanduan merugikan diri sendiri. Jadi, janganlah kita terjerumus lagi.

Kita juga dapat melihat seorang wanita yang dulunya juga pernah terjerumus ke dalam nafsu keinginan. Setelah melihat bencana yang terjadi di seluruh dunia, dia pun menjadi tersadarkan. Ia berkata, “Saat melihat pameran foto tentang tsunami, saya melihat ketidakberdayaan manusia, juga  melihat cinta kasih tanpa pamrih. Saya berpikir mengapa sekelompok orang ini bersedia membantu para korban bencana di tengah kondisi yang berbahaya? Saat itu, saya segera tersadarkan. Kepala saya bagaikan dihantam oleh sesuatu. Saya pun sangat tersentuh dan terus menangis. Sesungguhnya, tangisan itu bukan karena ketakutan. Saya merasa sangat sedih, menyesal, dan sangat pilu melihat penderitaan para korban bencana. Saya merasa menyesal karena memiliki anggota tubuh yang lengkap, namun saya tak bisa melakukan sesuatu yang dapat bermanfaat bagi sesama. Saat para korban bencana memerlukan bantuan, saya berada di mana? Saya tengah menjalani kehidupan yang nyaman, sedangkan orang lain tengah menderita. Bukankah saya pernah berbagi demikian dengan kalian semua?”

Kita harus senantiasa mendengarkan suara dari berbagai penjuru dunia untuk membangkitkan hakikat diri sendiri. Setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan yang murni. Saat melihat orang lain menderita, kita harus membangkitkan cinta kasih dan welas asih. Kini, dia telah mengubah pola hidupnya. Dengan mengubah dirinya, dia dapat menginspirasi banyak orang. Intinya, kita harus terus giat menyucikan batin manusia. Kebajikan harus ada di setiap tempat. Kita harus senantiasa membabarkan Dharma dan mempraktikkannya dalam tindakan nyata. Asalkan tersadarkan dan berjalan di arah yang benar, maka kita akan bisa menyelamatkan diri sendiri dan orang lain. Saya sungguh tersentuh melihatnya. Singkat kata, setiap orang harus memiliki pengetahuan bajik dan lingkungan yang sehat agar dapat saling membimbing antarsesama. Inilah Bodhisatwa dunia. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

Jika menjalani kehidupan dengan penuh welas asih, maka hasil pelatihan diri akan segera berbuah dengan sendirinya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -