Suara Kasih: Menjalin Jodoh Baik dengan Banyak Orang

 

 

Judul Asli:

Menjalin Jodoh Baik dengan Banyak Orang

Kehidupan hanya sebatas tarikan napas
Menjalin jodoh baik dengan banyak orang
Mensosialisasikan pola hidup bersih dari sumbernya
Kegiatan daur ulang  menciptakan berkah bagi dunia

Kehidupan manusia tidaklah kekal, kehidupan hanya sebatas tarikan napas. Inilah yang selalu Buddha ingatkan kepada kita. Kita hendaknya senantiasa meningkatkan kewaspadaan. Bagaimana cara kita meningkatkan kewaspadaan? Tentunya kita harus sering memeriksakan kondisi kesehatan kita. Jika menemui sedikit kejanggalan, kita harus segera menemui dokter. Akan tetapi, apakah cara ini bisa sepenuhnya memastikan bahwa kita sehat? Ada orang yang mungkin terlihat sehat dan tidak memiliki penyakit apa pun, tetapi secara tiba-tiba meninggal dunia begitu saja.

Dini hari tadi, saya mendengar berita duka seorang insan Tzu Chi bernama Su Yi-jun. Saya sungguh sedih mendengarnya. Inilah kehidupan. Yi-jun berusia 62 tahun. Kehidupannya sungguh cemerlang. Setelah pensiun, dia langsung bergabung dengan Tzu Chi dan dilantik menjadi  anggota komite Tzu Chi pada tahun 2007. Dia juga adalah ibu asuh Tzu Chi. Kali ini, mulanya dia kembali untuk menghadiri kegiatan ibu asuh Tzu Chi besok. “Ibu Su sangat ramah. Beliau sering mengobrol dengan kami dan membawakan banyak makanan bagi kami. Beliau juga sering mengingatkan kami agar tetap menjaga kehangatan tubuh saat musim dingin dan lain-lain. Ibu Su adalah orang yang sangat perhatian dan optimis. Ibu Su sangat suka memotret kami sambil berjalan. Beliau sering berebut untuk membantu kami mengambil foto kelompok,” ucap seorang murid.

Saat Tzu Chi pertama kali mendirikan rumah sakit, dia adalah seorang donatur yang terus mendukung Tzu Chi. Dia juga adalah seorang relawan dokumentasi yang sangat tekun dan bersemangat. Kita dapat melihat artikel yang dia tulis. Kehidupannya yang cemerlang berakhir begitu saja dengan rasa sakit yang tiba-tiba dan tidak sempat tertolong. Kita sungguh merasakan kebenaran perkataan Buddha bahwa kehidupan tidaklah kekal. Yi-jun juga pernah menulis di artikel bahwa kehidupan manusia tidaklah kekal. Sungguh, kehidupan hanya sebatas tarikan napas. Saya sering berbagi dengan semua orang tentang hal ini. Selain tubuh manusia, kita juga bisa melihat kondisi iklim yang tidak stabil. Bukankah saya sering berkata bahwa bencana alam bermula dari ulah manusia?

Pola hidup manusia sehari-hari secara perlahan-lahan bisa menciptakan kerusakan lingkungan. Saat lingkungan tercemar, keselarasan alam juga akan terganggu sehingga kondisi iklim pun menjadi tidak stabil dan tidak menentu. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, kita harus berhati-hati, terlebih lagi dalam berbagai pesta rakyat. Di tengah keramaian, kekacauan bisa saja terjadi. Pada berbagai acara,  orang akan saling berdesakan dan menciptakan banyak sampah. Intinya, kondisi lingkungan sangat berkaitan erat dengan pola hidup manusia sehari-hari. Kondisi iklim yang tidak seimbang saat ini merupakan cerminan pola hidup manusia.

Benar, setiap manusia memiliki tanggung jawab untuk melindungi dan menjaga lingkungan. Sikap melindungi lingkungan ini haruslah kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita dapat melihat bagaimana insan Tzu Chi melakukan kegiatan daur ulang dan mensosialisasikannya ke berbagai tempat. Di Taipei, kita dapat melihat bahwa dahulu ada sebuah tempat  yang dijuluki sebagai gunung sampah, tetapi kini daerah tersebut telah menjadi daerah hijau. Selama lebih dari 20 tahun, insan Tzu Chi memilah barang daur ulang yang tak boleh dikubur atau dibakar dengan penuh kesungguhan hati. Jika sampah yang tak boleh dikubur itu dibakar, ia akan menciptakan polusi udara. Sebaliknya, jika sampah itu dikubur, ia akan sulit terurai dalam jangka waktu yang panjang. Jika demikian, bukankah gunung sampah itu juga akan menciptakan kerusakan bagi bumi? Beruntung, kita sudah melakukan kegiatan daur ulang sejak bertahun-tahun lalu sehingga tempat itu bisa menjadi daerah hijau. Konsep daur ulang sungguh bermanfaat bagi lingkungan.

Dalam kehidupan ini, tidak ada seorang pun yang bisa mengontrol atau memprediksi berapa panjang usianya. Akan tetapi, kita bisa mengembangkan dan memperdalam nilai kehidupan kita. Yang harus kita perdalam adalah keyakinan kita. Kita harus yakin dengan Dharma. Dengan memiliki keyakinan yang dalam, arah dalam kehidupan kita sekarang dan kehidupan mendatang tidak akan menyimpang. Jika keyakinan kita tidak dalam, kita akan mudah terjerumus ke dalam kesesatan. Jadi, itu semua bergantung pada sebersit pikiran kita. Sekali terjerumus, kita akan kehilangan arah dalam kehidupan. Karena itu, kita harus memiliki arah dan keyakinan yang benar dalam hidup. Jika keyakinan kita dalam dan kokoh, maka hingga napas terakhir, arah kita akan tetap benar dan tidak menyimpang. Tak peduli berapa panjang usia kehidupan kita, selain memiliki keyakinan yang dalam, kita juga harus menjalin jodoh baik dengan banyak orang.

Saya merasa kehilangan atas kepergian Yi-jun. Dia telah menjalin jodoh baik  dengan banyak orang, maka saat meninggal dunia, ada banyak orang yang berada di sampingnya. Dia telah mengembangkan nilai kehidupan, menjalin jodoh baik dengan banyak orang, dan memperdalam keyakinannya. Semasa hidupnya, meski baru bergabung dengan Tzu Chi setelah pensiun, dia tetap bisa memahami bahwa kehidupan manusia tidaklah kekal. “Nama saya Su Yi-jun. Saya sangat beruntung bisa berada di sini dan belajar dengan relawan-relawan sekalian. Saya masih harus banyak belajar karena saya adalah pemula. Saya baru akan pensiun akhir-akhir ini. Saya berharap setelah pensiun, saya bisa banyak melakukan pekerjaan Tzu Chi. Saat tim dokumentasi Taipei meminta saya untuk bergabung, saya langsung menyetujuinya karena saya berpikir itu adalah kesempatan yang sangat baik. Saya berharap saya bisa menggenggam kesempatan emas itu. Dengan menggengam kesempatan itu, saya bisa terus mengikuti langkah Master dan berkesempatan untuk banyak belajar,” ucapnya.

Kehidupan manusia benar-benar rentan. Dalam Sutra Delapan Kesadaran Manusia Agung dikatakan bahwa kehidupan manusia tidaklah kekal, dan bumi bersifat rentan. Bahkan tanah di bumi juga rentan, terlebih lagi kehidupan manusia. Artinya, kehidupan kita juga sangat rentan. Di tengah kerentanan bumi dan ketidakkekalan hidup manusia, kita harus senantiasa berhati-hati dan mawas diri. Kita harus mengembangkan nilai kehidupan kita serta memperdalam keyakinan kita. Untuk itu, kita harus memanfaatkan setiap waktu yang ada. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou )

 
 
Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -