Suara Kasih: Menjernihkan Hati Demi Bumi

Judul Asli:

 

   Menjernihkan Hati dan Bervegetarian Demi Melindungi Bumi

 

Menyediakan makanan hangat bagi korban banjir
Berhati murni dan bervegetarian demi bumi ini
Manusia dan alam hidup saling berkaitan
Memanfaatkan waktu untuk menginspirasi orang

Sungguh penderitaan tak terkira. Kondisi di Libya sungguh memprihatinkan. Ini telah berlangsung 6 bulan lebih. Warga setempat hidup penuh penderitaan. Setiap hari mereka hidup dalam kekhawatiran dan ketakutan. Penderitaan ini jauh lebih besar daripada derita akibat bencana alam. Kondisi seperti ini sungguh membuat orang merasa simpati dan iba. Bencana alam juga sering terjadi. Jepang kembali diguncang gempa. Kita juga dapat melihat sudah banyak negara yang dilanda banjir besar. Thailand memiliki 76 provinsi dan 30 provinsi di antaranya terkena banjir. Banyak orang kehilangan tempat tinggal dan korban jiwa telah mencapai  hampir 100 orang.

Musim hujan masih akan berlangsung sebulan lebih. Yang lebih membuat orang khawatir adalah sebuah tempat peternakan buaya yang memiliki sekitar 3.000 ekor buaya. Akibat banjir, pagar kandang buaya rusak dan lebih dari 2.000 ekor buaya kabur dari kandangnya. Banyak warga yang berjalan di tengah banjir dan mengambil barang-barang terapung yang mereka temui. Bayangkanlah, seluruh wilayah terendam banjir dan banyak buaya yang tengah hilang. Betapa bahayanya kondisi ini. Karena itulah, semua orang sangat khawatir.

 

Di sebuah daerah yang terletak sekitar 400 km dari Bangkok, mengalami banjir sejak akhir Juli. Bila tertimpa bencana, mereka akan langsung teringat pada Tzu Chi dan meminta bantuan makanan. Pemerintah lokal sangat mendukung Tzu Chi. Seorang pejabat setempat mendampingi insan Tzu Chi masuk ke lokasi bencana. Ia juga membantu mencari tempat untuk penyediaan makanan hangat. Insan Tzu Chi telah bersumbangsih di Thailand dalam jangka waktu panjang.

 

Kita memerhatikan siswa dan warga kurang mampu. Beberapa tahun ini juga banyak insan pendidikan yang telah berkunjung ke Taiwan. Jadi, saat insan Tzu Chi datang ke sana, banyak orang yang ikut membantu. Contohnya sebuah sekolah di Bang Rakam. Kepala sekolah menengah ini berkunjung ke Taiwan pada tahun 2008 untuk lebih memahami Tzu Chi. Kali ini, insan Tzu Chi juga berkunjung ke sekolah tersebut. Sekolah ini tak terkena banjir. Jadi, para guru dan siswanya ikut membantu dalam menyiapkan makanan hangat bagi korban banjir. Kepala sekolah juga ikut ambil bagian. Kegiatan ini tak hanya untuk membantu korban bencana, namun juga menyebarkan benih cinta kasih ke dalam hati setiap orang yang ikut membantu. Tentara setempat juga ikut membantu dengan menyediakan mobil dapur. Jadi, para tentara, pejabat pemerintah, dan warga setempat bekerja sama  dengan satu hati.

Tahun ini curah hujan sangat tinggi dan kali ini adalah banjir terbesar dalam 20 tahun terakhir. Kami berpikir bahwa bencana telah terjadi dan sangat banyak warga yang terkena dampaknya. Melihat banyak warga yang terinspirasi untuk turut membantu, insan Tzu Chi pun tak menyia-nyiakan kesempatan. Mereka mensosialisasikan pelestarian lingkungan. Pascabencana, selain menyediakan makanan hangat dan keperluan sehari-hari, kita juga menyebarkan benih cinta kasih dengan mensosialisasikan pelestarian lingkungan dan pola hidup vegetarian guna mengurangi polusi udara dan emisi karbon. Inilah yang dibagikan insan Tzu Chi kepada warga setempat.

Saya sangat senang melihatnya. Meski merasa sedih atas penderitaan korban bencana, namun kita dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk membuka hati, menginspirasi, dan mengubah pola pikir mereka agar dapat menyayangi bumi, bervegetarian, dan hidup sederhana. Inilah yang dilakukan insan Tzu Chi dalam upaya melestarikan lingkungan. Tentu saja, kita dapat melihat di daerah mana pun yang tertimpa bencana, insan Tzu Chi setempat akan segera memberikan bantuan dan perhatian. Namun, bagaimana dengan daerah yang tak memiliki insan Tzu Chi?

Di Pakistan, tak hanya bencana banjir, kini wabah penyakit pun mulai menyebar. Di saat yang sama juga terjadi konflik dan suara bom sering terdengar. Pikirkanlah, warga setempat hidup di tengah genangan air dan suara bom sering terdengar karena teroris menyerang setiap saat. Sungguh, hidup dalam kondisi demikian sangatlah menderita. Karena itu, kita sering berkata agar setiap orang menghargai berkah setiap hari dan berusaha agar masyarakat dapat harmonis. Kita juga harus menginspirasi orang agar memurnikan hatinya dan mengubah tabiat buruknya.

Bagi kita yang hidup di daerah yang aman, utamakanlah pengembangan spiritual. Jadi, selain bervegetarian, hati kita juga harus murni. Dalam hati setiap orang telah terakumulasi kegelapan dan noda batin seperti ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Setiap orang memiliki “penyakit” ini. Bila “penyakit” ini terus ada dalam hati setiap orang, apalagi orang yang memiliki wewenang atau kekuasaan, maka warga negara pasti akan hidup menderita. Bila hidup warga tak stabil, masyarakat pun tak akan harmonis. Karena itu, kita ingin setiap orang memiliki batin yang murni, yaitu hati yang jernih, bebas dari ketamakan, kebencian, kebodohan, kegelapan batin, kesombongan, dan keragu-raguan. Selain memiliki hati yang murni, kita juga harus bervegetarian. Bervegetarian bukanlah karena alasan keagamaan, melainkan demi bumi kita ini. Dengan menghemat energi dan mengurangi emisi karbon, polusi udara akan berkurang dan empat unsur alam akan berjalan selaras.

Kita harus mengingatkan semua orang untuk menyayangi bumi kita ini. Bukanlah dahulu kita pernah mengulas tentang pentingnya menghormati langit, menyayangi bumi, dan menciptakan berkah? Menghormati langit, menyayangi bumi, dan menciptakan berkah. Manusia dan alam saling bergantungan. Bumi dan setiap orang yang ada di atasnya hidup saling berkaitan. Kita harus menyadarkan setiap orang akan hal ini. Semoga di Taiwan yang kecil ini tak terjadi konflik atau perselisihan. Kita harus berdoa dengan tulus agar dunia bebas dari bencana dan Taiwan selalu aman dan damai. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -