Suara Kasih: Menyadarkan dengan Cinta Kasih

Judul Asli:

 

 Menyadarkan Orang Dengan Cinta Kasih

      

Bodhisatwa daur ulang bekerja untuk melindungi bumi
Ladang pelatihan daur ulang menyucikan batin manusia
Kemelekatan menjerumuskan manusia ke lautan penderitaan
Membimbing orang untuk kembali ke jalan yang benar dengan penuh cinta kasih

Sejak pertengahan Maret tahun lalu, di Suriah terus terjadi konflik antara warga dan pemerintah setempat. Dalam waktu satu tahun, korban yang meninggal akibat kerusuhan mencapai lebih dari 8.000 orang. Konflik tersebut terus berlangsung selama lebih dari satu tahun karena batin manusia yang tak selaras.

Kita juga dapat melihat berita tentang seorang pria di Perancis yang tiba-tiba melakukan penembakan brutal di sekolah. Insiden itu menelan beberapa korban jiwa. Kita dapat melihat ini semua terjadi karena batin manusia yang tak selaras.

Kita juga dapat melihat posko daur ulang Tzu Chi di Taiwan yang merupakan ladang pelatihan bagi para relawan daur ulang. Jalan Bodhisatwa ini sangatlah lurus dan lapang. Setiap orang sangat bersungguh hati menapaki Jalan Bodhisatwa ini. Para Bodhisatwa daur ulang sangat bersungguh hati dalam melindungi bumi, memberi penghiburan kepada warga, serta menginspirasi setiap orang  untuk menghargai berkah.

Kita dapat melihat di Tongxiao, Miaoli, ada sebuah posko daur ulang di tepi pantai. Angin di posko daur ulang tersebut sangat kencang. Setiap hari ada sekitar 50 orang relawan yang melakukan daur ulang di sana. Lihatlah, setiap orang menutupi tubuhnya dengan sangat rapat. Kita dapat membayangkan saat angin bertiup kencang, meski tubuh telah tertutup rapat, tetap akan merasa dingin. Akan tetapi, inilah ladang pelatihan yang membimbing setiap orang  menuju Jalan Bodhisatwa.

Lihatlah setiap orang mengasihi sumber daya alam dan melakukan daur ulang serta melindungi bumi. Demi menghemat energi, mengurangi emisi karbon. Lihatlah setiap orang rela bersumbangsih tanpa ada penyesalan dan keluh kesah. Setiap orang melakukan daur ulang dengan penuh sukacita. Tentu saja ada orang yang memerhatikan mereka. Contohnya Relawan Huang yang selalu mengendarai truk untuk mengumpulkan barang daur ulang. Dia sungguh adalah wanita yang perkasa. “Saya hanya mengumpulkan barang daur ulang saja. Saya jarang memilah barang daur ulang. Saya juga membuat permen jahe untuk dibagikan kepada semua orang. Ini karena para relawan daur ulang telah bekerja keras,” ucapnya.

Relawan Huang sungguh perhatian. Dia membuat permen dalam potongan kecil agar praktis untuk dimakan guna menjaga kehangatan tubuh setiap orang. Adakalanya, ia memasak sup jahe agar setiap orang tetap merasa hangat meski berada di tengah cuaca yang dingin. Relawan daur ulang sungguh telah bekerja keras. Inilah permen jahe yang dibuat Kakak Huang dengan penuh cinta kasih. Melalui sumbangsihnya, dia membawa kehangatan bagi setiap orang, dia juga memerhatikan fisik dan batin setiap relawan. Inilah cinta kasih. Para relawan di posko daur ulang itu merupakan teladan bagi kita. Mereka tidak gentar dalam menghadapi angin yang kencang dan debu yang tebal. Ini merupakan cara membina diri.

Kita juga dapat melihat Relawan Cai. Dalam kehidupan ini, jangan kita berjalan menyimpang sedikit pun. Saat masih muda, dia sangat bekerja keras. Dia menjalankan usaha di bidang listrik dan air dan memperoleh banyak keuntungan. Dia juga sudah berkeluarga. Akan tetapi, setelah mendapat keuntungan, dia mulai berjalan menyimpang dan jauh tersesat. Dia menjadi gemar mengonsumsi miras dan berjudi. Istrinya pernah bersungguh hati meminta bantuan insan Tzu Chi bergabung dengan Tzu Chi untuk membimbing suaminya. Insan Tzu Chi pun mulai mendampingi dan mengajak Tuan Cai  untuk menjadi relawan. Insan Tzu Chi selalu berkata padanya bahwa mereka kekurangan pengemudi mobil daur ulang. Melalui cara ini, Tuan Cai pun semakin dekat dengan Tzu Chi untuk mengikuti pelatihan.

Dia pernah mengikuti pelatihan sebanyak 3 kali, yakni selama tiga tahun, tetapi gagal dilantik  menjadi anggota Tzu Cheng. Setelah dilantik jadi relawan, dia selalu beralasan bahwa dia sangat sibuk sehingga mulai menjauh dari Tzu Chi. Akan tetapi, ketua Xieli nya terus mencurahkan perhatian kepada Tuan Cai. Tuan Cai semakin tersesat.

Ia berkata, “Dahulu, setiap kali pergi dengan teman, saya bisa menghabiskan 60.000 dolar (Rp18 juta) untuk membeli minuman beralkohol. Akibatnya, saya selalu lupa apa yang harus dilakukan pada keesokan harinya karena sudah mabuk.” Dia selalu menghamburkan uang dan jarang pulang ke rumah. Berhubung sudah tidak tahan lagi, sang istri pun bercerai dengannya. Setelah sang istri pergi, kedua putrinya juga tidak tahan dengan temperamennya yang buruk. Karenanya, kedua putrinya juga meninggalkannya. Dia pun semakin berjalan menyimpang dan tidak bisa melepaskan diri. Tanpa disadari, dia pun menderita depresi.

Suatu kali, anggota Tzu Cheng mencoba meneleponnya, tetapi Tuan Cai tidak menjawabnya. Anggota Tzu Cheng segera merasakan keganjilan karena biasanya Tuan Cai selalu menjawab teleponnya. Akan tetapi, kali ini sangat berbeda karena tidak ada orang yang mengangkat telepon dan pintu rumah Tuan Cai juga terkunci dari dalam. Kemudian, mereka pun menelepon putri Tuan Cai dan memintanya untuk kembali dari Tainan. Putrinya pun segera kembali. Mereka mencium aroma yang tidak sedap saat membuka pintu. Ini semua akibat sikap bermalas-malasan dan berjalan menyimpang. Sikap bermalas-malasan ini akan mengakibatkan keluarga kita juga ikut terpuruk.

Jika seseorang tak giat dan bersemangat dalam membina diri, pelatihan dirinya juga akan mundur. Sikap bermalas-malasan dan berjalan menyimpang ini akan mengakibatkan fisik dan batin seseorang terbelenggu oleh noda batin. Saat pintu dibuka, seluruh rumah itu terlihat kotor dan berantakan. Sesungguhnya pada saat itu, dia terlilit banyak utang. Pemilik rumah bahkan memintanya untuk pindah. Karena itu, insan Tzu Chi pun mulai membantunya mencari tempat tinggal. di bidang listrik dan air, para insan Tzu Chi pun membeli barang dagangannya serta membantunya untuk pindah rumah.

Mereka juga menyewa sebuah rumah untuknya. Salah seorang insan Tzu Chi memberikan harga yang sewa rendah kepadanya, yakni 2.000 dolar NT (Rp600.000) per bulan agar dia memiliki tempat tinggal yang nyaman. Para anggota Tzu Cheng pun mulai mengajaknya ke posko daur ulang untuk melakukan daur ulang. Meski masih harus mengonsumi obat untuk mengobati penyakitnya, semangatnya telah bangkit kembali. “Saya harus mengikuti jejak langkah Master. Tidak hanya mengikuti, saya harus mengejar langkah Master. Saya akan mengejar untuk mendengar dan memahami ajaran Master. Jika tidak, maka tiada waktu lagi. Saya tidak akan memikirkan masa lalu lagi. Tidak lagi,” ucapnya.

Pada tahun 2009, dia berkata bahwa selama 365 hari dalam setahun, dia menghabiskan waktu 364,5 hari untuk melakukan daur ulang. Artinya, dia hanya setengah hari saja tidak melakukan daur ulang. Dia pergi ke mana selama setengah hari itu? Itu karena putrinya datang mengunjunginya. Dia yang memaksa saya libur setengah hari.

“Jika di posko daur tak ada dia, saya juga tak bisa melakukan daur ulang. Jika saya berbicara dengan suara keras, dia akan berkata, ‘Kakak Cai, pelankan suaramu, jantung saya tidak baik.’ Tanpa dia, saya tidak akan mengalami banyak kemajuan,” ucap relawan lainnya. Kita harus lebih baik menjalin jodoh baik dengan orang lain agar saat kita berjalan menyimpang, orang yang berjodoh baik dengan kita akan membantu menarik kita. Contohnya Relawan Cai. Berhubung telah menjalin jodoh baik dengan orang, dia pun tertolong.

Sejak tahun 1998 hingga sekarang, insan Tzu Chi terus menjalin jodoh baik dan menyebarkan cinta kasih. Inilah ladang pelatihan para relawan daur ulang. Mereka membimbing orang seperti Tuan Cai untuk melakukan daur ulang. Saya sungguh merasa tersentuh sekaligus berterima kasih. Saya sungguh berterima kasih kepada para Bodhisatwa yang telah membantu sesama. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -