Suara Kasih: Menyebarkan Dharma di Dunia

Judul Asli:

 

   Menyebarkan Dharma ke Seluruh Dunia

 

Persamuhan Dharma Puncak Burung Nasar
Persamuhan Dharma yang istimewa telah usai
Persamuhan Dharma di dalam batin tidak pernah berakhir
Bervegetarian dan berdoa bagi keselarasan empat unsur
Semoga semangat dalam Dharma menyebar ke seluruh dunia

Selama perjalanan keliling 20 hari ini, hati saya sungguh dipenuhi rasa syukur. Rasa syukur ini amat dalam. Bagaimana saya dapat mengungkapkan rasa terima kasih saya kepada para Bodhisatwa sekalian? Saya sungguh merasa budi luhur kalian ini amat sulit untuk dibalas. Kali ini berkeliling dari utara ke selatan. Saya juga mengikuti persamuhan Dharma Syair Pertobatan Air Samadhi. Itu sungguh persamuhan Dharma yang agung. Di sana kita dapat melihat belasan ribu orang yang sangat bersatu hati. Mereka sungguh bersatu hati dan bersama-sama menyebarkan Dharma. Bukan hanya satu orang yang membabarkan Dharma, melainkan ada belasan ribu orang yang membabarkan Dharma lewat tubuh, ucapan, dan pikiran.

Dalam pementasan kali ini, kita melihat berbagai adegan yang menggambarkan Dharma yang dibabarkan oleh Buddha pada lebih dari 2.000 tahun lalu. Mengenai kondisi kehidupan ini, Buddha berkata bahwa semuanya berawal dari pikiran. Segala ajaran ini dapat kita serap dalam setiap detik pementasan itu. Meski telah lebih dari 2.000 tahun lalu, ajaran yang Buddha babarkan masih sangat relevan dengan kondisi masa kini. Sesungguhnya, adegan-adegan yang ditampilkan menunjukkan bahwa sejak lebih dari 2.000 tahun lalu hingga kini, ajaran kebenaran masih tetap sama segala sesuatu bersumber dari sebersit pikiran. Pikiran itu timbul dalam sekejap.

 

Adegan-adegan dalam pementasan menggambarkan bagaimana sebersit pikiran dapat membawa dampak yang terus berlanjut dan menentukan kondisi kehidupan seseorang. Contohnya, Bhiksu Wu Da. Beliau hidup sekitar 1.000 tahun setelah zaman Buddha, dan telah melatih diri selama 10 kehidupan. Ia adalah bhiksu agung selama 10 kehidupan. Meski telah melatih diri selama 10 kehidupan, namun akibat sebersit kesombongan, buah dari karma buruk masa lampaunya akhirnya berkesempatan untuk berbuah. Begitulah hukum karma.

 

Buddha membabarkannya dengan jelas dan rinci agar semua orang tidak berkeyakinan membuta, melainkan memahami dengan jelas bahwa karma buruk dan jalinan jodoh buruk tidak akan hilang begitu saja.Jika Anda menciptakan karma dan jodoh buruk, suatu saat ia pasti berbuah entah di kehidupan ini, di kehidupan setelah ini, atau di kehidupan-kehidupan selanjutnya. Contohnya, Bhiksu Wu Da sungguh-sungguh melatih diri selama 10 kehidupan dan menjalankan sila dengan ketat sehingga karma buruknya belum berkesempatan untuk berbuah.

Saya sering mengatakan kepada kalian bahwa sila dapat mencegah kesalahan dan menghentikan keburukan. Sila mencegah kita berbuat kesalahan dan menciptakan karma buruk. Perbuatan salah dapat kita hindari dengan memegang teguh sila. Yang lebih penting adalah mencegah keburukan, yakni saat niat buruk timbul, kita akan sadar dan segera menghentikannya agar tidak terwujud dalam perbuatan. Inilah pentingnya sila. Sila dapat menutup pintu buah karma karena kita tidak menciptakan karma buruk. Namun, yang harus kita takutkan adalah niat buruk yang timbul, karena karma yang telah tertanam akan terus mengikuti kita bagai bayangan. Meski kini pintu karma tengah tertutup, namun begitu kita lengah menjaga pikiran, kekuatan karma ini akan berbuah dan berakibat fatal.

Jika Bhiksu Wu Da tidak melatih diri dalam 10 kehidupan, beliau tak akan mampu memahami kebenaran dalam kehidupan ini. Beliau tidak akan memahami bahwa sebersit niat dapat membawa pada matangnya karma buruk yang membawa penderitaan. Inilah kebenaran. Kebenaran ini terus diwariskan hingga sekarang. Zaman kita hidup sekarang ini berjarak lebih dari 1.000 tahun dari zaman Bhiksu Wu Da. Jadi, kita sangatlah beruntung bahwa saat ini kita terlahir sebagai manusia dan dapat bertemu ajaran Buddha. Dapat mendalami ajaran Buddha dan menyelami air Dharma yang dapat membersihkan segala kekotoran batin kita adalah suatu berkah bagi kita.

Dalam pementasan kali ini, semua orang telah bertobat dan bervegetarian selama enam bulan. Selama 6 bulan ini, saya sangat berterima kasih kepada Ci Yue dan tim perencana serta para insan Tzu Chi di setiap wilayah. Kalian semua telah bersungguh hati. Kalian bagaikan benih-benih yang membimbing orang lain untuk bersama-sama mengikuti latihan hingga genap enam bulan. Dalam proses ini, begitu banyak orang mendedikasikan hidupnya untuk mengatasi berbagai rintangan dalam membersihkan noda batin dan bertobat.

Melihat semua orang menyatu dengan Dharma lahir dan batin, sungguh membuat saya amat tersentuh. Kita harus membimbing semua orang untuk melenyapkan kegelapan batin dan berjalan ke arah yang benar, yakni jalan Bodhi yang lapang dan lurus, agar mereka dapat membedakan benar dan salah. Dalam era saat ini, kita semua sungguh perlu untuk dapat membedakan dengan jelas mana yang salah dan mana yang benar. Yang dimaksud arah yang benar adalah memiliki pikiran benar, pandangan benar, perhatian benar, perbuatan benar, dan lain-lain. Inilah yang disebut jalan benar. Jadi, kita harus membimbing semua orang agar mereka dapat membedakan benar salah serta dapat berjalan dengan teguh dan mantap di jalan Bodhi ini.

Penghayatan Dharma, bedah buku, dan pola hidup vegetarian haruslah dilanjutkan. Semoga semua orang di seluruh dunia dapat turut terinspirasi, turut berjalan di jalan Bodhi, dapat membedakan benar salah, mengembangkan welas asih, membangkitkan kebijaksanaan, dan bertobat secara mendalam. Semoga insan Tzu Chi dari luar negeri dapat membawa semangat ini pulang. Semoga semangat ini dapat menjadi bagai tetesan air yang membentuk riak yang terus meluas. Semoga Dharma ini dapat terus menyebar luas dan menyucikan hati manusia. Ini adalah bentuk doa bagi semua tempat dan bagi terciptanya keselarasan empat unsur sehingga dunia terbebas dari bencana. Kita harus melanjutkan semangat ini. Kini perahu cinta kasih telah berlayar ke dalam batin setiap orang. Dalam hati setiap orang harus ada semangat. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

 
Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -