Suara Kasih: Menyebarkan Kebajikan di Dunia

Judul Asli:

 

   Menyebarkan Kebajikan ke Seluruh Dunia

 

Membuka pintu hati korban bencana di Jepang melalui penyaluran bantuan
Korban bencana turut bersumbangsih setelah menerima bantuan
Meneruskan lingkaran kebajikan yang penuh rasa syukur dan hormat
Menginspirasi lebih banyak Bodhisatwa dunia

Hingga kini bencana di Jepang telah berlalu lebih dari setengah tahun. Bagaimana dengan pemulihan lokasi bencana? Masih tak menentu. Saya sering berkata bahwa kehidupan tidaklah kekal dan bumi ini sungguh rentan. Saat ketidakkekalan melanda, negara yang sangat kuat pun tak dapat melawan kekuatan alam. Sungguh, kekuatan alam sangat besar. Kita harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan. Ketahuilah bahwa kekuatan manusia sangatlah kecil. Seberapa kecil kekuatan manusia? Saya sering mengumpamakan diri saya lebih kecil dari seekor semut di kaki Gunung Sumeru. Kekuatan manusia sungguh lemah. Namun, janganlah kita meremehkan kekuatan semut. Dengan himpunan tenaga dari banyak orang, kita dapat memberi sedikit bantuan kepada orang yang membutuhkan.

Selain menyalurkan bantuan, kita juga memberikan cinta kasih dan kehangatan kepada korban bencana. Inilah yang dilakukan oleh insan Tzu Chi Taiwan untuk Jepang. Insan Tzu Chi menyediakan makan siang yang bergizi bagi mereka. Orang tua mereka merasa sangat senang. Makanan sangat penting bagi anak-anak karena makanan merupakan sumber energi. “Terima kasih banyak. Ini pertama kali saya mendengar lagu ini. Relawan Tzu Chi membimbing kami bagai seorang guru. Saya akan senantiasa mengingatnya, terima kasih,” ucap seorang nenek. Insan Tzu Chi berulang kali memberi perhatian serta penghiburan kepada korban bencana. Kini kita sudah melihat benih cinta kasih tersebar di Jepang. Kita dapat melihat benih-benih tersebut telah mulai bertunas. Korban bencana sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi yang datang dari tempat yang jauh untuk memberikan bantuan. “Mereka berterima kasih kepada kami. Kami juga berterima kasih kepada mereka. Jika dibandingkan dengan korban bencana, saya sudah sangat beruntung. Relawan Tzu Chi dari Taiwan sudah banyak membantu. Saya tidak boleh mengeluh. Terima kasih banyak. Saya juga berharap dapat turut mengerahkan sedikit kekuatan. Kemarin saya menerima bantuan dana tunai. Karena itu, saya menjadi relawan untuk mengungkapkan rasa syukur saya,” ucap seorang penerima bantuan.

 

Kali ini ada banyak orang yang menyatakan kesediaan mereka untuk menjadi relawan. Mereka berbagi bahwa mereka sangat tersentuh melihat kontribusi para insan Tzu Chi. Setelah bergabung dengan Tzu Chi, mereka merasa jauh lebih bahagia. Tentu saja, perasaan saat bersumbangsih jauh lebih baik dibanding saat menerima bantuan. Kita juga dapat melihat para relawan yang bekerja hingga larut malam untuk mempersiapkan penyaluran bantuan pada keesokan harinya. Penyaluran bantuan akan dilakukan pada besok pagi, karena itu kami harus segera mempersiapkannya. Hari sudah larut malam, kami harus segera mempersiapkannya.

 

Mereka sungguh perhatian. Karena khawatir para korban bencana akan tersengat sinar matahari yang terik ataupun terguyur hujan, mereka mendirikan tenda guna melindungi korban bencana dari terik matahari ataupun guyuran hujan.

Persiapan penyaluran bantuan jauh lebih baik dari waktu ke waktu. Kali ini, tim bantuan Tzu Chi tinggal di tempat penampungan. Mereka beristirahat di tempat yang sangat sederhana. Keesokan paginya, mereka kembali bertenaga untuk membantu orang yang membutuhkan. Selain itu, makanan mereka juga sangat sederhana. Mereka mengonsumsi nasi instan yang hanya perlu diseduh dengan air. Selama beberapa hari itu, mereka makan seadanya dan tinggal di tempat yang sederhana. Namun, mereka tetap penuh tenaga dan cinta kasih. Setiap orang bekerja dengan harmonis, penuh rasa syukur, dan saling memuji.

Tanggal 19 September lalu, tim bantuan Tzu Chi ke-5 untuk Jepang datang ke Hualien untuk berbagi dengan saya. Saya juga melihat seorang wanita Jepang yang berkata bahwa dahulu ia sering pergi ke Tokyo untuk berbelanja. Ia memiliki banyak pakaian dan permata. Namun, bencana tsunami menghanyutkan semua berlian, batu giok, dan batu berharga lain miliknya. Kini ia tak memiliki apa pun. Sebelum berinteraksi dengan insan Tzu Chi, ia selalu merasa sedih dan mengeluh karena kehilangan semuanya.

Setelah berinteraksi dengan insan Tzu Chi, ia melihat setiap relawan hidup tenang, damai, dan bersumbangsih dengan penuh cinta kasih. Akhirnya, ia menyadari bahwa kehidupan manusia penuh dengan makna. Karena itu, ia berkata bahwa meski kini ia telah kehilangan semuanya, namun bukankah selamat dari bencana merupakan kebahagiaan yang terbesar?

Setiap orang bisa menentukan cara hidupnya sendiri. Kita bisa hidup tenang dan damai tanpa bersikap konsumtif dan boros. Bukankah kehidupan seperti ini sangat baik? Kisah yang dibagi oleh setiap tim bantuan Tzu Chi untuk Jepang semuanya penuh dengan kebijaksanaan. Mereka menyadari berkah setelah melihat penderitaan serta menumbuhkan welas asih di tengah penderitaan. Dalam masa penuh bencana diperlukan pembinaaan welas asih agung. Pada saat seperti ini, kita harus menjangkau orang yang membutuhkan serta menumbuhkan cinta kasih dan welas asih. Lihatlah dr. Lee dan dr. Tsai. Mereka adalah dokter dari RS Tzu Chi di Dalin yang berangkat ke Jepang untuk menyalurkan bantuan bersama insan Tzu Chi. Meski tinggal di tempat yang sederhana, namun mereka bersumbangsih dengan penuh sukacita.

Bodhisatwa sekalian, kita hanya hidup di dunia ini selama puluhan tahun. Berapa banyak manfaat yang dapat kita berikan untuk dunia? Kita sungguh harus memanfaatkan waktu. Hanya dengan waktulah kita dapat mengembangkan spiritual. Karena itu, kita harus saling mendukung dan saling menyemangati. Setiap orang di dunia hendaknya saling bekerja sama. Selain di Taiwan, kita harus menyebarkan semangat cinta kasih ke seluruh dunia. Meski kekuatan alam sangat besar, namun bencana yang timbul akibat pikiran manusia yang menyimpang jauh lebih menakutkan. Karena itu, sebelum manusia menciptakan lebih banyak bencana, kita harus segera membimbing mereka agar kembali ke arah yang benar. Diterjemahkan oleh Karlena Amelia.

Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -