Suara Kasih: Menyucikan Hati dan Mawas Diri dalam Berperilaku

 

 

Judul Asli:

Menyucikan Hati dan Mawas Diri dalam Berperilaku

Pasien cuci darah membalas budi Tzu Chi dengan melakukan daur ulang
Menulis kaligrafi demi menggalang dana untuk membantu siswa kurang mampu
Kata Perenungan Jing Si adalah obat untuk mengobati penyakit batin
Senantisa mawas diri dalam bertutur kata dan berperilaku

“Allah, kami memohon jauhkan kami dari bencana. Ya Allah, kami meminta kepada-Mu selamatkanlah dunia ini.” Setiap hari, Bapak Saleh dari Malaysia membangkitkan hati paling tulus untuk mendoakan keselamatan dunia. Jadi, pada dasarnya semua agama adalah murni dan berlandaskan cinta kasih tanpa pamrih, telah membangkitkan hati diskriminatif. Saat manusia memiliki hati diskriminatif, memiliki noda batin, kemelekatan, nafsu ketamakan, dan lain sebagainya, maka akan memicu terciptanya banyak bencana. Karena itu, saya sering berkata bahwa ketidakselarasan alam dan pikiran manusia bisa mendatangkan ketidakharmonisan di dunia. Ini akan menyebabkan manusia tak bisa hidup aman dan tenteram. Baik bencana alam maupun ulah manusia, semuanya bersumber dari pikiran manusia yang tidak selaras. Karena itu, setiap hari, kita harus membangkitkan hati yang paling tulus. Selain berdoa dengan hati yang tulus dan penuh cinta kasih sesuai agama, kita juga harus membangkitkan ketulusan saat berinteraksi dengan antarsesama dan senantiasa bersumbangsih dengan cinta kasih universal yang tanpa pamrih. Inilah cara kita berkontribusi bagi bumi dan semua orang di dunia.

Lihatlah Bapak Saleh di Malaysia. Pekerjaannya sehari-hari adalah menyadap getah karet. Pendapatan dia dan istrinya setiap bulan hanya 3.000 lebih dolar NT (sekitar 1 juta rupiah). Berhubung menderita gagal ginjal, dia meminta bantuan kepada Tzu Chi agar bisa menjalani cuci darah di pusat cuci darah Tzu Chi di Malaysia. Setiap kali, dia membutuhkan waktu 4 jam untuk menjalani cuci darah. Selama 4 jam itu, dia selalu menyaksikan Da Ai TV. Meski tidak mengerti bahasa Mandarin, tetapi dia “mendengar dengan matanya”. Dia melihat sekelompok besar relawan Tzu Chi di Taiwan yang meski sudah berusia lanjut, masih sangat mendedikasikan diri untuk melakukan daur ulang. Dia juga memahami bahwa sampah bisa mendatangkan kerusakan bagi bumi, terutama sampah plastik. Dia menyadari pentingnya melakukan daur ulang dan menjaga kebersihan mulai dari sumbernya. Truknya tidak datang setiap bulan. Setiap tiga hingga empat bulan, barang daur ulang yang terkumpul sudah agak banyak. Volume barang yang diangkut sepadan dengan sekali melakukan perjalanan.

“Dulu, apa yang Anda lakukan dengan sampah ini?” / “Dulu sebelum memberikannya pada Tzu Chi, saya hanya bisa membakarnya. Jika dibiarkan saja, ia sangat kotor. Apalagi jika masuk air, ia akan menjadi sarang nyamuk. Kami melakukan ini semua demi menjaga tempat kita agar tidak bau dan tidak busuk. Jika benda-benda ini terkubur di dalam tanah, ia tidak akan terurai.” Jadi, tidak baik jika kita mengubur sampah plastik di dalam tanah. Untuk mengimbau setiap warga di desanya melakukan daur ulang bukan hal yang mudah. Akan tetapi, dia tetap bersabar.

Dia membangkitkan ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan untuk membuat orang tersentuh. Akhirnya, setelah tiga tahun kemudian, banyak warga di desanya mulai bergerak untuk melakukan daur ulang. “Tidak semua orang memberikan barang daur ulangnya untuk saya. Ada orang yang berpikir saya memakai uang hasil daur ulang untuk kepentingan pribadi. Saya menjelaskan kepada mereka bahwa pendapatan dari hasil daur ulang tak hanya membantu saya seorang, namun juga membantu semua pasien cuci darah. Meski uang yang terkumpul sedikit demi sedikit saja, tetapi lama-lama menjadi banyak juga.”

Selain itu, dia juga mengetahui bahwa para pasien bisa cuci darah secara gratis berkat himpunan cinta kasih dari banyak orang. Jadi, setiap hari, dia menyisihkan satu koin ke dalam celengan bambu. Setiap bulan, dia mendonasikan 1 ringgit, yaitu setara dengan 10 dolar NT (sekitar 3.000 rupiah). Dia percaya bahwa dengan donasinya sebesar 10 dolar NT per bulan, dia bisa membantu banyak orang seperti dia sendiri yang telah menerima pelayanan cuci darah gratis. “Kita harus membantu semua orang yang sakit, tanpa memedulikan siapa mereka. Kita harus selalu bersatu. Saya menjelaskan kepada mereka bahwa mendonasikan satu ringgit setiap bulan juga sudah sangat baik. Tidak perlu mendonasikan banyak-banyak pada permulaan. Setiap bulan, saya akan datang untuk mengambil donasi sebesar satu ringgit. Yang penting adalah ketulusan hati. Cukup satu ringgit setiap bulan, berikan nama kalian, saya akan memberikan tanda terima untuk kalian. Saya terus menekankan bahwa donasi ini bisa membantu saya dan bukan hanya bantu saya seorang saja, tetapi semua pasien di Yayasan Buddha Tzu Chi itu. Dia sendiri juga adalah donatur Tzu Chi.”

Kini, setiap hari dia hidup dengan gembira karena kehidupan yang tenteram dan tahu berpuas diri adalah berkah terbesar. Sikap tahu berpuas diri adalah kekayaan terbesar. Kita juga melihat di Beijing, ada seorang Bapak Zhou yang sudah berusia 83 tahun. Setiap hari, dia menulis Kata Perenungan Jing Si. Dia telah menulis 285 lembar kaligrafi Kata Perenungan Jing Si agar insan Tzu Chi bisa menjualnya guna membantu para siswa kurang mampu. “Setiap orang yang terlahir ke dunia, tak punya hak milik atas tubuhnya, yang ada hanyalah hak guna.”

 

“Secara keseluruhan, saya sangat setuju dengan Kata Perenungan Jing Si ini. Tulisan kaligrafinya sungguh indah. Inilah cinta kasih universal yang tanpa pamrih.” Kita juga melihat di Nantou, Taiwan ada seorang pasien penerima bantuan Tzu Chi yang bernama Bapak Li. Tahun ini, dia berusia 48 tahun. Sejak berusia 16 tahun, tubuhnya perlahan-lahan berubah kaku. Kini, dia sudah tidak bisa berjalan dan anggota tubuhnya sudah tak bertenaga. Meski hanya bisa terbaring di ranjang, dia masih bisa bermain internet. Di halaman internet, dia melihat Kata Perenungan Jing Si dan segala kegiatan Tzu Chi. “Semua ajaran dan penjelasan Master tentang Sutra Buddha membuat saya merasa di tengah penderitaan yang saya alami sekarang, ajaran beliau sangat bermanfaat dan menyucikan hati saya. Saya selalu berkata bahwa seiring berlalunya waktu satu hari, kehidupan kita juga berkurang satu hari. Akan tetapi, jika kita bisa memiliki Dharma di dalam hati dan sungguh-sungguh menyelami kebenaran, maka jiwa kebijaksanaan kita akan berkembang. Jadi, segala hal yang kita temui di dunia ini merupakan “obat” bagi kita.”

Obat terbaik untuk mengobati batin kita adalah Dharma. Kita harus sangat berhati-hati dalam berperilaku. Segala perbuatan kita harus bisa membantu dan bermanfaat bagi orang lain. Perilaku kita janganlah menyimpang sedikit pun karena akan merugikan orang lain dan masyarakat. Jadi, kita sungguh harus mengendalikan nafsu serta waspada dalam pikiran dan tindakan. Kita harus menjaga hati dengan baik dan mawas diri dalam berperilaku. Kita harus menjaga kesehatan fisik dan batin untuk melindungi hati kita. Sungguh, kita harus menjaga kesehatan fisik dan batin untuk melindungi hati kita yang penuh cinta kasih ini. Dengan demikian, dunia akan aman dan tenteram, masyarakat bisa hidup harmonis, dan setiap orang bisa menjalani hidup dengan damai. Marilah kita berdoa semoga dunia terbebas dari bencana, hati semua orang bisa tersucikan, dan semua orang bisa hidup aman dan tenteram.

 

(Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia)

 
 
The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -