Suara Kasih: Meringankan Penderitaan Korban Bencana

 

 

Judul Asli:

Insan Tzu Chi Meringankan Penderitaan Korban Bencana

Relawan Tzu Chi tidak tega melihat penderitaan korban bencana di Amerika Serikat
Kembali membagikan bantuan setelah Hari Pengucapan Syukur
Tzu Chi membantu kehidupan korban bencana
Membangun ladang pelatihan batin yang besar

Kemarin, kita membagikan bantuan kepada 561 keluarga. Relawan yang ikut membantu berjumlah 164 orang. Kami memanfaatkan kesempatan itu untuk menggalang Bodhisatwa dunia. Kami juga berdoa semoga mulai sekarang dunia bisa terbebas dari bencana. Sebelumnya kalian telah membagikan bantuan kepada puluhan ribu keluarga. Meski telah bekerja keras, kalian tetap tidak berhenti untuk beristirahat. Saya kira setelah Hari Pengucapan Syukur, kalian akan beristirahat sejenak, tetapi kedengarannya tidak demikian. Kalian tetap mempersiapkan pembagian bantuan. Saya sungguh tersentuh mendengarnya. Selama hampir satu bulan ini, kalian terus bertahan untuk membagikan bantuan. Ini sungguh tidak mudah. Hanya Bodhisatwa yang mampu melakukan ini. Saya sungguh berterima kasih kepada kalian.

Badai Sandy yang menerjang Pesisir Timur Amerika Serikat kali ini mendatangkan bencana yang sangat parah. Setiap hari, saya mengadakan konferensi video dengan para relawan di Amerika Serikat. Suatu kali, Relawan Su dari Long Island berbagi dengan saya bahwa penyaluran bantuan Tzu Chi memberi kesan yang sangat dalam padanya. Sebelum waktu pembagian bantuan, saat insan Tzu Chi tiba di lokasi, dari kejauhan mereka sudah melihat antrian yang sangat panjang. Saat melihat sekelompok orang kelas menengah ke atas sudah mulai antri sebelum matahari terbit, para relawan merasa tidak tega. Setelah mengantri cukup lama dan menerima bantuan dari kita, seorang pria mulai menangis. Dia berkata bahwa ini sungguh sulit dipercaya. Insan Tzu Chi mencurahkan cinta kasih dan membagikan barang bantuan sambil membungkukkan badan penuh hormat. Karenanya, banyak penerima bantuan yang merasa sangat tersentuh hingga menitikkan air mata. Selain itu, selama hari libur pada Hari Pengucapan Syukur lalu, para relawan Tzu Chi dari AS bagian barat seperti Boston, Texas, Dallas, semuanya datang ke New York untuk membantu. Ini semua sungguh membuat saya tersentuh.

Insan Tzu Chi memanfaatkan hari libur dan hari cuti untuk berpartisipasi dalam kegiatan penyaluran bantuan. Para relawan di New York berkata bahwa mereka sangat berterima kasih kepada para relawan dari AS bagian barat. Selama 20 hari lebih ini, setiap orang sangat bekerja keras. Akan tetapi, berkat kontribusi mereka, kini banyak warga setempat dan pemuka agama di masyarakat yang mengakui Tzu Chi. Kini warga setempat telah mengetahui Tzu Chi adalah sebuah organisasi Buddhis dan para relawan Tzu Chi berangkat ke sana dengan merogoh kocek sendiri dan memanfaatkan hari libur serta hari cuti mereka untuk berpartisipasi dalam pembagian bantuan. Para relawan Tzu Chi berinisiatif menjadi guru yang tak diundang.

Mereka memanfaatkan waktu untuk berbuat baik dengan membangkitkan rasa syukur dari lubuk hati terdalam. Di setiap lokasi pembagian bantuan, insan Tzu Chi selalu berbagi kisah awal berdirinya Tzu Chi di Taiwan yang dimulai dari 30 ibu rumah tangga yang menyisihkan uang 50 sen setiap harinya agar diketahui oleh banyak orang. Karenanya, banyak orang yang merasa tersentuh. Mereka bahkan meminta celengan bambu dari kita karena ingin belajar semangat relawan Taiwan yang membangkitkan kebajikan setiap hari. Mereka berharap bisa membangkitkan kebajikan dengan menyisihkan satu koin setiap harinya.

Relawan Tzu Chi Amerika Serikat telah membagikan bantuan kepada 10.000 keluarga lebih dengan jumlah celengan bamboo sebanyak lebih dari 30.000 buah. Inilah yang disebut menggalang Bodhisatwa dunia. Kini kisah semangat celengan bamboo telah tersebar di Amerika Serikat. Sehari sebelum memulai perjalanan, relawan Tzu Chi Amerika Serikat bertanya kepada saya mengenai program bantuan jangka menengah dan panjang bagi para korban Badai Sandy. Saya berkata kepada mereka, jika rumah itu disewakan dan pemilik rumah tidak tinggal di sana, maka bencana ini tidak membawa dampak pada pemilik rumah tersebut. Meski rumah itu sudah roboh, tetapi tidak memengaruhi kehidupan sang pemilik karena itu hanyalah harta kekayaan di luar tubuh. Yang sungguh-sungguh terkena dampaknya adalah sang penyewa rumah karena kini mereka sudah tidak memiliki tempat tinggal. Bagaimana cara mereka bertahan hidup? Karena itu, kita harus membantu kehidupan para korban bencana. Kita ingin membantu kehidupan korban bencana, bukan mengganti rugi harta kekayaan mereka. Setelah menerima bantuan kartu debit, korban bencana yang masih sulit hidup secara mandiri mungkin harus kita daftarkan dalam program bantuan jangka menengah. Selanjutnya, kita harus merencanakan bantuan jangka panjang.  

Saya berkata kepada mereka bahwa kita harus berusaha sebaik mungkin untuk melakukan ini. Saya juga mendengar bahwa kini berita utama di media massa setempat adalah tentang pembagian bantuan Tzu Chi. Karena itu, banyak orang yang menelepon ke kantor Tzu Chi. Setelah mengumpulkan data penelepon, relawan Tzu Chi akan terjun ke lokasi bencana untuk menyurvei kondisi sang penelepon. Ini juga merupakan kesempatan yang baik untuk menginspirasi orang lain. Karenanya, saya menyarankan para relawan untuk membagi diri ke dalam beberapa kelompok kecil.

Setiap kelompok harus terdiri atas satu atau dua relawan senior dan beberapa orang yang tidak begitu mengenal Tzu Chi agar relawan senior bisa mengenalkan Tzu Chi kepada mereka dan mengajak mereka untuk melihat orang-orang yang menderita. Dengan begitu, maka kita bisa menggalang Bodhisatwa dunia. Setiap orang bisa menjadi Bodhisatwa untuk bersumbangsih bagi sesama. Kita harus menjaga ladang pelatihan di komunitas dengan baik karena ladang pelatihan ini merupakan tempat bagi kita untuk menyucikan hati manusia. Saya tidak mengharapkan ladang pelatihan berwujud yang besar. Yang saya inginkan adalah ladang pelatihan batin yang tidak memiliki pembatas dan tidak bertepi. Jika setiap orang bisa bersatu hati, bukankah seluruh dunia ini akan menjadi ladang pelatihan batin bagi kita semua? Ladang pelatihan batin ini tidak sama dengan ladang pelatihan yang berwujud. Menjaga ladang pelatihan berarti menjaga hati manusia. Untuk itu, kita harus menjaga hati manusia. Ladang pelatihan batinlah yang bisa sungguh-sungguh membawa kesucian dan kedamaian bagi masyarakat.

Saya sangat bersyukur melihat kalian mengadakan kegiatan bedah buku dan melihat relawan muda mendukung relawan lansia. Meski relawan muda lebih bertenaga, tetapi kita harus tetap menghomati relawan lansia yang telah mendampingi dan membimbing kita. Sikap menghormati lansia dan orang yang lebih muda harus ada di dalam organisasi kita ini. Lihatlah seorang lansia yang meski menderita stroke, namun masih mendengar perkataan saya. Seorang relawan lain selalu mengantarnya ke rumah donatur untuk mengambil dana amal demi menjaga akar kebajikan para donaturnya agar tidak terputus. Dia tetap mempertahankan niatnya dan tidak menyerah. Inilah semangat yang patut kita teladani. Bodhisatwa sekalian, terima kasih. Mulai sekarang, kita harus mempercepat langkah untuk menyucikan hati manusia dan menggalang Bodhisatwa dunia. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -