Suara Kasih: Penuh dengan Cinta Kasih

Judul Asli:

 

  Penuh dengan Cinta Kasih Meski Memiliki Keterbatasan fisik

 

Hidup mandiri dan penuh martabat
Banyak orang yang giat bekerja keras dan bersumbangsih diam-diam
Penuh dengan cinta kasih meski memiliki keterbatasan fisik
Tidak melupakan kewajiban dan senantiasa berbuat baik

Setiap kali terjadi bencana besar di dunia, secara kebetulan saya merasa tidak enak badan. Ketidakselarasan empat unsur alam menyebabkan bencana terjadi silih berganti. Saat kondisi alam tak selaras, tubuh manusia pasti juga ikut terpengaruh. Karena itu, kita harus menghargai keselamatan yang kita miliki saat ini dan senantiasa mawas diri serta berhati tulus. Melihat pola hidup orang masa kini, saya merasa sangat khawatir. Adakalanya, saya sungguh merasa tak berdaya. Masyarakat harus hidup damai dan harmonis baru bisa makmur. Bila tidak hidup damai dan harmonis, bagaimana masyarakat bisa makmur? Pertikaian yang sering terjadi mengakibatkan masyarakat tak dapat harmonis dan stabil. Tanpa kestabilan dalam masyarakat, negara tak akan kuat dan makmur. Karena itu, kita harus bersatu hati terlebih dahulu agar masyarakat bisa hidup harmonis.

Dengan bekerja sama, barulah kita bisa menciptakan masyarakat yang harmonis dan makmur. Untuk memiliki kehidupan yang aman dan tenteram, kita harus berusaha keras. Namun, lihatlah aksi demonstrasi di Wall Street, Amerika Serikat. Berita demonstrasi tersebut terus tersebar melalui internet dan media massa ke seluruh dunia. Melihat hal itu, saya sungguh khawatir. Bencana alam sudah cukup mengkhawatirkan. Kini, ditambah lagi bencana batin manusia. Yang paling mengkhawatirkan adalah bencana batin manusia. Pascabencana alam, manusia dapat bekerja sama untuk memulihkan kehidupan mereka. Namun, sangatlah sulit bagi bencana batin manusia. Karena itu, kita harus belajar mengatasi berbagai kesulitan dan menjalankan kewajiban dengan baik. Ada seorang ibu yang menderita cacat mental. Demikian pula dengan anaknya. Ayah dari anak ini telah meninggal dunia. Namun, hati ibu dan anak ini sangatlah murni. Mereka sangat bekerja keras. Selain itu, mereka selalu hidup sederhana dan berbuat baik. “Saya ingin berdana untuk Tzu Chi agar Master Cheng Yen bisa membantu orang lain,” ucapnya. Kita sungguh harus lebih menyayangi dan memuji anak muda sepertinya. Inilah yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Banyak sekali warga masyarakat yang bekerja keras demi membantu orang lain. Contohnya saat menumpang kereta api. Kita bisa selamat sampai di Yilan, Taipei, Kaohsiung, Pingtung, dan lain-lain berkat kerja keras dari banyak orang. Selain masinis harus bersungguh hati, sebelum kereta dijalankan, para staf harus menarik alat pengait untuk menghubungkan gerbong. ”Ini adalah alat pengait gerbong. Berat sekali. Beratnya mencapai sekitar 20 kilogram,” ucap seorang pembawa acara. Para staf harus menghubungkan alat pengait ini ke gerbong kereta.

Bila yang pertama kali tak berhasil, mereka harus mencobanya hingga 2 atau 3 kali. Seluruh tangan akan terasa pegal. Mereka bekerja dengan segenap tenaga demi menjaga keselamatan dan kenyamanan transportasi kita. Karena itu, kita harus senantiasa bersyukur.

Setiap terjadi badai topan, aliran listrik sering terputus. Kita harus bersyukur karena aliran listrik datang dengan cepat. Listrik tak datang dengan sendirinya, harus ada orang yang memperbaikinya. Ketahuilah bahwa ada beberapa tiang listrik yang berada di pegunungan. Menara listrik pun sangat tinggi dan berbahaya. Kita harus mengetahui bahwa ada banyak orang yang diam-diam bersumbangsih agar kita bisa menikmati hidup. Apakah semua itu masih tidak cukup? Bolehkah kita tak bersyukur? Kita harus senantiasa dipenuhi rasa syukur. Banyak anak muda zaman sekarang yang enggan bekerja. Kehidupan seperti itu sungguh menyedihkan. Meski sangat sehat, namun mereka enggan bekerja. Lihatlah Tuan He di Tiongkok yang hanya memiliki satu tangan. Tahun ini ia berusia 50 tahun. Dua puluh satu tahun yang lalu, istrinya meninggal dunia akibat menderita penyakit parah. Ia harus menafkahi kedua putranya sekaligus berperan sebagai ibu bagi mereka.

 

Selain itu, demi menyekolahkan anaknya, ia terus bekerja keras. Beberapa tahun kemudian, ia kehilangan sebelah tangannya akibat sebuah kecelakaan. Setelah beristirahat selama setahun, ia mulai mencari pekerjaan. Sekitar 10 tahun yang lalu, temannya menawarkan pekerjaan sebagai kuli di Gunung Hua di Provinsi Shaanxi. Perlu kita ketahui bahwa jalan di Gunung Hua sangat terjal dan sempit. Mendaki gunung dengan tangan kosong sangatlah sulit. Kita harus menggunakan tongkat. Namun, Tuan He malah memanggul beban seberat 70 kilogram.

 

Upah dari memanggul 1 kilogram barang adalah 50 sen RMB (Rp 700). Jadi, upah untuk 70 kilogram adalah 35 yuan RMB (Rp 50.000). Ia melakukan 2 kali perjalanan setiap hari. Lihatlah pekerja lain yang bisa menggunakan kedua tangannya. Mereka menggunakan 1 tangan untuk memegang tongkat dan 1 tangan lainnya memegang rantai pagar. Karena Tuan He hanya memiliki 1 tangan, ia menggunakan 2 jarinya memegang tongkat dan 3 jari lainnya untuk memegang rantai pagar. Itulah caranya mendaki gunung sambil memanggul beban. Semua barang keperluan rumah makan di pegunungan dipanggul oleh orang-orang tersebut.

Saudara sekalian, pikirkanlah, dalam keseharian kita selalu menggunakan lift. Lihatlah kerja keras Tuan He. Suatu kali anaknya kembali ke rumah untuk memberi tahu sang ayah bahwa ia telah mendapatkan pekerjaan. Saat kembali, ia menemani ayahnya melakukan perjalanan. Anaknya menangis melihat pekerjaan sang ayah. Ia ingin membantu ayahnya memanggul, namun Tuan He menolaknya. Ini karena ia tak pernah memberi tahu anaknya tentang betapa sulitnya ia mencari nafkah untuk membesarkan mereka. Ia tak ingin anaknya mengetahui hal itu dan mengalami penderitaan seperti dirinya. Ia terus berkata pada anaknya, “Kalian harus memiliki cita-cita dan menjadi orang yang jujur. Dengan begini, barulah memiliki kehidupan penuh makna.”

Melihat kehidupan Tuan He, kita sungguh mengasihinya. Bodhisatwa sekalian, melihat kisah seperti ini, saya sungguh tidak sampai hati. Meski kehidupannya penuh penderitaan, namun ia sangat optimis dan memiliki tekad. Banyak orang masa kini yang tak rela bekerja keras. Saat harus bekerja keras sedikit, mereka merasa semua orang di dunia ini bersalah kepada mereka. Bila demikian, bagaimana masyarakat dan dunia ini bisa aman dan harmonis? Pemikiran seperti itu sungguh tidak baik bagi masyarakat masa kini. Semua itu adalah bencana batin. Bodhisatwa sekalian, untuk bisa menjadi orang yang sehat secara fisik dan batin kita harus belajar dari mereka yang memiliki tekad. 

 

 

Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -