Suara Kasih: Selalu Bersyukur

Judul Asli:

Menjadi Mitra yang Baik bagi Semua Makhluk dan Selalu Bersyukur

Insan Tzu Chi mengantarkan makanan hangat bagi korban banjir di Taoyuan
Bekerja sama dengan harmonis untuk menghimpun tekad dan tenaga
Menjadi mitra yang baik bagi semua makhluk dan selalu bersyukur
Menciptakan berkah bagi dunia demi membangun kehidupan yang tenteram

Saat mendengar setiap Bodhisatwa berbagi, dari lubuk hati terdalam, saya merasa sungguh tak sampai hati. Sejak pertengahan Juni lalu, wilayah Taoyuan dilanda bencana banjir. Akan tetapi, setiap orang harus tetap bersyukur. Ada orang mungkin akan berkata, “Kami telah kebanjiran, mengapa harus bersyukur?” Tentu saja harus bersyukur. Kita harus tahu bahwa tinggal di bumi ini, setiap orang harus meningkatkan kewaspadaan. Bisa melewati hari-hari dengan aman dan tenteram, kita harus senantiasa bersyukur.

Jika senantiasa dipenuhi rasa syukur, kita akan bisa menciptakan berkah karena hati yang penuh syukur ini akan menumbuhkan benih cinta kasih. Jadi, untuk memiliki kebajikan dan cinta kasih, kita harus memulainya dari hati, yaitu menumbuhkan rasa syukur  dalam setiap waktu,terhadap setiap orang, dan terhadap segala hal. Jika dapat melakukannya, secara alami pikiran kita akan menjadi polos dan penuh dengan cinta kasih. Inilah yang disebut berkah. Pepatah mengatakan bahwa orang yang  penuh berkah akan tinggal di tempat yang penuh berkah. Meski terjadi bencana gempa bumi.

Bumi pada dasarnya memang bergerak. Jika bumi bergerak dengan selaras, maka itu berarti bumi kita sehat. Ini bagaikan jantung dan paru-paru kita. Jantung dan paru-paru kita terus berdetak, tetapi kita tidak menyadarinya. Inilah tandanya tubuh kita sehat. Banjir yang terjadi di Taoyuan kali ini adalah akibat ketidakselarasan unsur air. Meski unsur air tengah tidak selaras, kita tetap harus bersyukur. Beruntung kali ini air banjir cukup bersih. Saat ini, kita tengah kekurangan air. Jika air datang, kita bisa menggunakannya untuk bersih-bersih. Dengan demikian,  seluruh wilayah akan menjadi bersih. Kita harus bersyukur atas hal itu.

 

Jadi, jika dapat bersikap penuh pengertian, kita akan bisa bersyukur. Bisa melewati hari-hari dengan aman dan tenteram, kita harus bersyukur. Meski dilanda bencana banjir, kita masih dapat melihat insan Tzu Chi yang penuh dengan kehangatan. Setiap orang bekerja sama untuk menyediakan makanan hangat. Tentu saja, kini setiap orang tahu bahwa jika terjadi bencana, insan Tzu Chi mengantarkan nasi kotak adalah sudah biasa. Akan tetapi, pandangan seperti ini harus dapat kita terima karena ini berarti kita telah banyak melakukan  sehingga orang lain bisa mengandalkan kita. Saat terjadi angin kencang atau suatu masalah, banyak orang akan terpikir insan Tzu Chi. Ini karena biasanya insan Tzu Chi selalu bersumbangsih dengan segera kala dibutuhkan. Setiap orang bersumbangsih tanpa pamrih demi menciptakan atmosfer keharmonisan  dalam masyarakat. Atas sumbangsih penuh cinta kasih itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Bodhisatwa sekalian.

Tadi saya juga mendengar bahwa di antara kalian, ada juga yang rumahnya tergenang air. Akan tetapi, kalian masih tetap memberikan bantuan. Inilah hati Bodhisatwa. Jadi, kita harus senantiasa penuh pengertian, bersyukur, tahu berpuas diri, dan berlapang dada. Dalam menyalurkan bantuan, adakalanya ada tempat yang tak dapat dijangkau atau perlu waktu lebih lama untuk dijangkau. Apa yang harus kita lakukan  agar dapat menjangkau semua tempat? Satu-satunya cara adalah  menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia. Di setiap tempat, jaringan Bodhisatwa kita harus berkembang agar dapat menjangkau daerah yang lebih jauh. Setiap orang adalah Bodhisatwa. Jika suatu masalah terjadi, kita bisa menghimpun kekuatan relawan terdekat untuk memberikan pertolongan. Dengan demikian, keamanan lebih terjaga.

Jadi, saat ini kita benar-benar perlu untuk menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia. Untuk menyelaraskan empat unsur alam, satu-satunya cara adalah manusia harus kembali pada sifat hakiki yang bajik. Jika pikiran manusia selaras, empat unsur dengan sendirinya akan selaras. Inilah sebuah siklus yang baik. Saya sering berkata bahwa yang tinggal di kolong langit dan di atas bumi adalah manusia. Karena itu, agar empat unsur alam selaras dan bumi diliputi ketenteraman, semuanya bergantung pada manusia. Tentu saja, setiap orang harus berusaha menjadi manusia yang sempurna. Buddha mengajarkan kepada kita cara menjadi manusia yang sempurna. Dengan memiliki kualitas manusia yang sempurna, barulah kebuddhaan dapat dicapai.

Buddha  mengajarkan kepada kita cara bagaimana kualitas manusia yang sempurna, yakni melakukan segala sesuatu dengan baik. Bagaimana cara menjadi orang? Bagaimana baru disebut bisa menjadi orang? Jika bisa melakukan segala sesuatu dengan sempurna. Artinya, dalam melakukan segala sesuatu, selalu membawa sukacita bagi setiap orang. Inilah yang disebut bisa menjadi orang. Artinya, dapat melakukan segalanya dengan baik. Selain itu, dalam mengerjakan segala sesuatu, semuanya dilandasi ketulusan dari lubuk hati. Inilah kualitas manusia yang sempurna. Manusia dengan kualitas sempurna disebut Bodhisatwa. Tujuan pelatihan Bodhisatwa adalah menjadi Buddha.

Bodhisatwa sekalian, yang Buddha ajarkan kepada kita tak lain adalah menjadi Bodhisatwa seperti itu. Setiap orang harus memulai bagaikan sebutir benih. Setiap orang dapat membimbing orang lain. Jadi, dalam Sutra Makna Tanpa Batas bab Sepuluh Pahala dikatakan, “Bagaikan sebutir benih yang menumbuhkan berjuta-juta benih.” Satu butir benih dapat bertumbuh menjadi berjuta-juta benih. Ini sama dengan insan Tzu Chi. Satu orang yang bertekad Kita bisa menggalang Bodhisatwa dunia dapat sungguh-sungguh menggalang lebih banyak Bodhisatwa lainnya. Taiwan tidaklah besar. Jika kita semua bisa bersungguh hati untuk berbagi tentang Tzu Chi dan membimbing orang lain setiap hari, bukankah setiap orang di Taiwan akan penuh dengan berkah? Berkah bisa melenyapkan bencana.

 

Akan tetapi, apakah cukup jika hanya Taiwan? Kita yang berada di Taiwan harus berusaha membangun kualitas diri yang sempurna. Dengan memiliki kesempurnaan dalam kualitas diri dan penyelesaian masalah, kita bisa menjadi teladan. Kemudian, kita harus menebarkan benih keteladanan ini ke seluruh dunia. Dengan demikian, bumi akan aman dan tenteram dan empat unsur alam bisa kembali selaras. Bodhisatwa sekalian, saya berharap dalam menggalang Bodhisatwa dunia, kita harus menjadi mitra yang baik ladang berkah yang agung,  dan guru yang tak diundang bagi semua makhluk, serta menjadi tempat pertolongan, perlindungan, dan sandaran agar setiap orang memiliki tempat berteduh yang aman dan damai. Ini semua bergantung pada Bodhisatwa sekalian.

Setiap saat, kita harus selalu bersyukur. Di awal, saya mengatakan kepada kalian bahwa hati yang baik dan cinta kasih harus didasari rasa syukur. Jadi, orang yang bisa berpuas diri baru bisa bersyukur. Orang yang penuh pengertian baru bisa berlapang dada. Tahu berpuas diri, bersyukur,penuh pengertian, dan lapang dada, entah apakah kalian masih ingat atau tidak. Dalam suatu masa, semua orang pernah sangat akrab dengan “Empat Ramuan Berkhasiat Tzu Chi” ini. Setelah masa tersebut lama berlalu, entah apakah kalian masih “meminumnya”. Masih? (Masih)

Dengan berpuas diri, bersyukur, penuh pengertian, dan berlapang dada, barulah kita bisa menyelesaikan masalah dan berinteraksi dengan sesama dengan harmonis. Dengan begitu, barulah kita dapat benar-benar sejalan dengan kebenaran alam semesta. Saya berharap setiap orang dapat senantiasa menciptakan kondisi lingkungan yang aman agar semua orang yang tinggal di bumi ini dapat hidup dengan tenteram dan bahagia. Dengan begitu, barulah kita dapat benar-benar disebut menciptakan berkah bagi dunia. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou)

Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -