Suara Kasih: Terus Melangkah Maju dengan Tekad yang Kokoh

 

 

 

Judul Asli:

Terus Melangkah Maju dengan Tekad yang Kokoh

Melihat semangat budaya humanis saat upacara wisuda
Melangkah dengan tekad yang kokoh agar tidak menyimpang
Menebarkan benih cinta kasih di ladang batin
Giat dan bersemangat untuk mempertahankan hati yang jenih bagaikan kristal

Kemarin adalah upacara kelulusan siswa Universitas Tzu Chi. Saya juga menghadiri upacara tersebut. Pemandangan yang terlihat kemarin sungguh penuh dengan harapan. Pendidikan Tzu Chi dibangun dengan cinta kasih adalah tembok dan kebijaksanaan sebagai pilar. Kita telah membina begitu banyak anak muda yang berbakat. Tahun ini, Universitas Tzu Chi menginjak tahun yang ke-19. Kemarin adalah upacara kelulusan untuk siswa angkatan ke-16. Lihatlah, upacara tersebut sangat khidmat. Upacara itu dimulai dengan pementasan adaptasi Sutra Bakti Seorang Anak. Kita dapat melihat seorang anak kecil yang sangat menggemaskan, mengerti tata krama, dan berbakti. Akan tetapi, bagaimana sikap mereka setelah tumbuh dewasa nanti? Ini semua harus kita ajarkan. Lagu “Lukisan Kambing Berlutut” mengajarkan setiap orang agar mengerti untuk berbakti dan menyadari betapa besarnya budi orang tua. Cinta kasih seperti ini sungguh murni.

Tahun ini, kita juga melihat sebuah acara yang sangat istimewa. Banyak alumni yang kembali untuk menghadiri upacara wisuda. Tidak sedikit di antara mereka yang bekerja di dalam badan misi Tzu Chi dan sangat memiliki pencapaian. Mereka semua sangat memiliki semangat budaya humanis Tzu Chi. Di dalam empat misi Tzu Chi terdapat banyak anak lulusan Sekolah Tzu Chi. Para alumni dan siswa kelulusan sama-sama menyanyikan lagu mars sekolah. Kita juga mendengar kisah dr. Chang Huai Ren yang sangat memiliki pencapaian. Dia adalah siswa lulusan angkatan pertama. ”Saya adalah siswa angkatan pertamaSekolah Kedokteran Tzu Chi, Chang Huai Ren. Sekarang ini, saya bekerja di Rumah Sakit Tzu Chi, departemen kardiologi sekaligus bekerja di fakultas kedokteran Universitas Tzu Chi. Hari ini saya sangat gembirakarena bisa mendoakan adik-adik sekalian dengan dua status saya. Yang pertama adalah sebagai alumni, yang lainnya adalah sebagai guru pembimbing fakultas Kedokteran Tzu Chi,” kata dr Chang Huai Ren.

"Adik-adik kelas sekalian, kita sangat beruntung karena bisa menjadi siswa Univesitas Tzu Chi. Di sini, kita mendapatkan pendidikan hidup yang sangat sulit didapat. Di sini, kita belajar untuk menyadari berkah setelah melihat penderitaandan belajar membantu orang lain. Ini adalah hadiah kelulusan dari Kakek Guru yang akan memberi manfaat bagi kita sepanjang hidup. Saya memiliki satu harapan kecil. Saya sangat berharap bisa lebih banyak di antara kalian yang memilih untuk tinggal di Hualien. Mari kita bekerja dan berusaha bersama-sama.

Ini bukan hanya demi memberikan pelayanan medis bagi warga di daerah pedalaman ini, namun yang terpenting adalah demi mengemban misi dan mewariskan semangat kita. Saat upacara kelulusan siswa angkatan pertama, saya yang membantu mereka memindahkan jumbai. Ya. Sebanyak beberapa angkatan, baik siswa Institut Teknologi Tzu Chi maupun siswa Universitas Tzu Chi, sayalah yang membantu mereka memindahkan jumbai saat upacara kelulusan,” jelas Chang Huai Ren.  

Kini, kita dapat melihat para dosen yang sangat berwibawa membantu siswa memindahkan jumbai secara bersamaan. Upacara wisuda tersebut sungguh sangat khidmat. Selama 19 tahun ini, kita sudah mengadakan 16 kali upacara kelulusan. Siswa yang lulus mencapai hampir 7.000 orang. Singkat kata, harapan masyarakat bergantung pada pendidikan. Saya juga mendengar sebuah analisa menunjukkan bahwa siswa lulusan sekolah Tzu Chi memiliki tingkat lapangan kerja yang tinggi. Tingkat lapangan kerja ini bergantung pada dua hal. Pertama, para siswa sangat tekun dan giat untuk mempelajari keahlian khusus sehingga mereka bisa berkontribusi bagi masyarakat. Yang kedua bergantung pada pihak kapitalis. Mereka akan mencari tahu siswa lulusan sekolah mana yang lebih berkualifikasi untuk mendapatkan pekerjaan itu. Dari sini terlihat bahwa di dalam dunia kerja, anak-anak kita sangat memperoleh pengakuan dan kepercayaan. Anak-anak di Sekolah Tzu Chi mengerti untuk tidak membiarkan hidup mereka berlalu sia-sia. Mereka tak ingin melewati hari tanpa makna. Kini, ada sekelompok anak muda yang disebut “NEET”. Mereka mengandalkan hidup pada orang tua dan melewati setiap hari tanpa bekerja. Jika upahnya lebih rendah, mereka tidak mau bekerja. Jika jabatan lebih rendah, mereka juga enggan bekerja. Terhadap pekerjaan yang lebih kasar, mereka juga tak bisa melakukannya. Anak muda yang melewati setiap hari tanpa bekerjajuga sangat banyak.

Lihatlah kita membimbing para siswa agar menunaikan kewajiban mereka dan memiliki semangat misi. Ini sungguh tidak mudah. Meski membimbing anak-anak membutuhkan kerja keras, tetapi kita dapat melihat harapan di dalam diri sekelompok anak muda ini. Terlebih lagi, para anggota Tzu Ching dari berbagai universitas yang berbeda-beda. Mereka semua memiliki satu tekad yang sama dan selalu saling menyemangati. Kita harus menaburkan benih kebajikan di dalam hati setiap orang. Untuk menumbuhkan benih-benih itu, kita harus membasahi batin dengan air Dharma. Selain air Dharma, kita juga membutuhkan sinar matahari.

Sinar matahari ini adalah harapan dan ketekunan. Selain itu, kita juga membutuhkan udara, yaitu lingkungan hidup antar manusia. Interaksi antar sesama yang harmonis bagai menciptakan arus udara yang segar. Setiap orang hendaknya saling menyemangati dan mendukung. Jadi, segala hal di dunia tak bisa dilakukan oleh satu orang saja. Dibutuhkan kerja sama yang harmonis dari banyak orang baru kita bisa melakukannya.

Beberapa hari lalu, sekolompok relawan fungsionaris dari AS kembali ke Hualien untuk mengikuti pelatihan. Pelatihan mereka telah berakhir kemarin. Setiap orang pulang dengan hati penuh sukacita. Setiap orang telah bertekad untuk bekerja keras demi menggalang lebih banyak Bodhisattva dunia. Setiap orang bersedia mendedikasikan diri untuk menyebarkan kekuatan cinta kasih di komunitas masing-masing. Karena itu, saya selalu berkata bahwa jika tidak bergerak sekarang, maka sungguh akan terlambat. Kita harus menggenggam saat ini untuk menggalang Bodhisattva dunia. Jika tidak, kita tidak tahukapan ketidakkekalan akan terjadi. Buddha pernah bertanya, “Sebatas apakah waktu hidup ini?” Salah seorang murid menjawab, “Sebatas makan.” Buddha berkata, “Tidak.” Jadi, sebatas apa? Sebatas tarikan napas. Inilah kehidupan manusia. Meski kita memiliki uang yang sangat banyak, namun sesungguhnya itu semua hanyalah materi yang bersifat tidak kekal. Kini kondisi tanah, api, air, dan angin sungguh tidak selaras.

Dunia ini bagaikan rumah yang telah terbakar. Karena itu, kita harus segera menggalang lebih banyak Bodhisattva dunia. Saya sering berkata kepada kalian bahwa meski badan kita terpisah oleh jarak yang jauh, namun hati kita sesungguhnya tidaklah berjarak. Inilah yang disebut kesatuan. Kita harus bersatu hati untuk mendengarkan satu Dharma yang sama. Tujuan praktik mazhab Tzu Chi adalah berharap setiap orang bisa menapaki Jalan Bodhisattva di dunia dan memiliki satu arah yang sama. Kita harus giat melangkah maju di Jalan Bodhisattva. Kini sungguh adalah saatnya bagi kitauntuk membangkitkan kesadaran. Semoga semangat setiap orang dalam melatih diri tak hanya dipraktikkan seminggu sekali ataupun sebulan sekali. Setiap hari, kita harus tekun dan bersemangat serta menjaga hati kita agar senantiasa tenang dan hening, serta bening bagaikan kristal.(Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 
Keharmonisan organisasi tercermin dari tutur kata dan perilaku yang lembut dari setiap anggota.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -