Suara Kasih : Usaha Pemulihan di Haiti


Judul Asli:
Usaha Pemulihan di Haiti

Karma buruk kolektif mengakibatkan terjadinya bencana
Bodhisatwa bersumbangsih karena cinta kasih terbit dari dalam hati
Mengulurkan tangan agar korban bencana segera bebas dari penderitaan
Menantikan masa depan Haiti yang cerah

Setiap hari, kita berdoa semoga masyarakat harmonis dan dunia bebas dari bencana. Namun, bencana masih saja terjadi tanpa henti. Inilah buah dari karma buruk kolektif semua makhluk. Meski manusia sangat kecil di alam semesta, namun karma yang diciptakannya berkekuatan sangat besar. Karena itulah, bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia terus terjadi.

Intropeksi Diri dan Berdoa dengan Hati yang Tulus
Untuk mengatasi hal ini, kita harus mulai dari pikiran manusia. Kita jangan hanya berdoa kepada para dewa atau Buddha dan Bodhisatwa. Yang terpenting adalah kita harus berintrospeksi diri serta berdoa dengan hati yang tulus. Kita harus mengintrospeksi diri apakah kita telah berbuat salah atau berpikiran menyimpang. Kita harus melihat ke dalam diri sendiri apakah kita memiliki hati yang mulia dan selalu memberi manfaat kepada orang lain dengan harapan semua orang di dunia ini dapat hidup tenteram.

Saat melihat penderitaan, kebijaksanaan dan cinta kasih kita akan terbangkitkan sehingga secara alami kita akan tergerak untuk mengulurkan tangan. Inilah yang disebut Bodhisatwa, yang tercerahkan dan penuh welas asih. Mereka adalah makhluk yang telah sadar sehingga memiliki tekad dan ikrar yang luhur. Jika setiap orang memiliki tekad dan niat yang baik, bukankah bencana akibat ulah manusia takkan lagi terjadi? Dengan demikian, kita akan dapat menghimpun kekuatan untuk membantu korban bencana alam di belahan dunia mana pun.

Saat kita bersatu hati membantu korban bencana alam, cinta kasih yang kita curahkan akan membuat para dewa tersentuh. Dengan sendirinya, empat unsur alam akan berangsur-angsur kembali berjalan selaras dan dunia akan bebas dari bencana. Inilah yang disebut lingkaran cinta kasih dan kebajikan. Dengan adanya lingkaran ini, maka secara alami, unsur alam akan berjalan selaras. Ini bagaikan sebuah roda. Kita harus memutar roda Dharma untuk menyucikan hati manusia. Dengan demikian, maka dengan sendirinya unsur alam akan kembali berjalan selaras. Agar unsur alam kembali berjalan selaras dan hati manusia tersucikan, kita harus memutar roda Dharma.

Di dunia ini, Dharma sangat dibutuhkan Di dunia ini, ajaran Buddha sangat dibutuhkan untuk menyucikan hati manusia agar unsur alam dapat kembali berjalan selaras. Inilah yang disebut memutar roda Dharma. Belakangan ini, kita sering membicarakan Haiti. Sesungguhnya, Haiti yang memiliki perairan dan pegunungan ini, jika dilihat dari kondisi geografisnya, merupakan sebuah negara yang sangat indah.

Namun, ketidakstabilan politik telah berdampak buruk pada perekonomian negara sehingga selama puluhan tahun ini warga hidup dalam keterbatasan. Terlebih lagi, bencana sering terjadi di negara ini.

 
Memikul Tanggung Jawab
Mungkin Anda masih ingat bahwa pada tahun 1998, badai Georges dan Mitch melanda Amerika Tengah dan mengakibatkan beberapa negara mengalami kerusakan parah. Pada saat itu insan Tzu Chi turun ke jalan menggalang dana dan mengumpulkan pakaian layak pakai. Pakaian-pakaian tersebut dipilah dan dibersihkan. Bila ada satu kancing yang terlepas, maka kesembilan kancing lainnya akan turut diganti. Setelah dicuci, pakaian akan disetrika dan dipilah menurut jenis dan ukurannya. Pada saat itu semua orang memilah dan mengemas pakaian dengan penuh cinta kasih. Sebanyak 60 kontainer pakaian dikirimkan ke 6 negara di Amerika Tengah. Haiti adalah salah satunya. Kemudian, pada tahun 2008 Haiti kembali dilanda 4 badai tropis yang mengakibatkan kerusakan sangat parah.

Pada bulan November tahun itu, insan Tzu Chi menjejakkan kaki di negara ini dan melihat bahwa warga setempat hidup sangat menderita. Bangunan-bangunan pun dikerjakan dengan sederhana dan kualitasnya sangat rendah. Karena itu, setelah mendengar kabar bahwa Haiti dilanda gempa berkekuatan 7 SR, kita pun merasa sangat khawatir. Insan Tzu Chi Amerika Serikat pun segera memikul tanggung jawab untuk membantu Haiti. Mereka langsung berangkat ke negara ini untuk menyalurkan bantuan.

Kontribusi insan Tzu Chi Dominika juga sangat besar. Mereka sangat membantu dalam hal transportasi. Saya sungguh berterima kasih kepada mereka. Barang bantuan yang kita salurkan di Haiti adalah wujud cinta kasih insan Tzu Chi di 30 negara yang melakukan penggalangan dana. Bantuan materi terus didistribusikan selama lebih dari 2 bulan ini. Beberapa orang di antara para korban bencana kini telah menjadi relawan Tzu Chi.

Namun, mereka tak mengerti arti dari “Bodhisatwa dunia. Mereka hanya menjalankan perintah Tuhan. Mereka hanya tahu bahwa Tuhan menghendaki manusia berbuat baik. menganggap orang yang membantu sesama adalah malaikat. Karena itu, mereka menyebut insan Tzu Chi sebagai malaikat.

Kini, insan Tzu Chi juga tengah membabarkan Dharma di negara ini. Dengan menggunakan kebijaksanaan, mereka menjelaskan arti Bodhisatwa kepada warga setempat. Istri dari Tuan Ben Constant, penanggung jawab stadion setempat, dapat memahami penjelasan insan Tzu Chi. Ia berkata, “Dulu saya berpikir bahwa malaikat yang mengutus saya untuk membantu orang lain.” “Setelah belajar dari Tzu Chi, saya baru memahami bahwa Bodhisatwa berinisiatif menolong orang lain karena cinta kasih terbit dari dalam hatinya,” katanya. Bodhisatwa bersumbangsih dengan sukarela dan menganggapnya sebagai hal yang sudah seharusnya. Pemahaman ini membuatnya terinspirasi. Sebelum Haiti diguncang gempa, ia hidup dalam kemapanan. Namun, akibat bencana alam kali ini, ia kehilangan harta bendanya dan tinggal di tenda pengungsian. Meski demikian, ia tetap berpandangan positif dan bersedia membantu.

Ia dan suaminya berusaha mencari bantuan untuk menolong para korban bencana alam. Mereka juga telah banyak membantu Tzu Chi. Berkat bantuan Tuan Ben Constant, insan Tzu Chi dapat melaksanakan pendistribusian berskala besar dengan lancar di stadion setempat. Pelatihan relawan juga diadakan di ruang bawah tanah stadion tersebut. Empat sesi pelatihan relawan yang dihadiri lebih dari 300 orang terlaksana berkat bantuan suami istri tersebut. Dulu sang istri menganggap dirinya diutus, kini ia memahami bahwa niat untuk menolong orang lain itu timbul dari dalam lubuk hati sendiri karena adanya semangat misi. Inilah pandangannya sekarang.

Untuk Haiti yang Lebih Baik

Saya yakin banyak orang berpikiran sama dengannya. Lebih dari 300 orang yang mengikuti pelatihan relawan merasakan hal yang sama dengannya. Lihatlah, warga Haiti memiliki hati yang murni dan mulia. Bencana alam yang terjadi kali ini merupakan kesempatan bagi Haiti untuk membangun kembali negaranya. Pada tanggal 31 Maret, PBB mengadakan rapat guna membahas usaha pemulihan di Haiti. Tzu Chi juga diundang untuk menghadirinya.

Semoga kondisi Haiti dapat segera pulih. Jika kita dapat membimbing warga untuk berjalan di jalan yang benar dan memulai hidup baru, saya yakin negara mereka akan kembali indah dan damai seperti dulu. Jika mereka dapat memahami pentingnya menghargai alam dan melindungi bumi serta berlapang dada dan saling mengasihi, maka konflik antar sesama takkan lagi terjadi. Setiap hari kita berdoa semoga Haiti memiliki masa depan yang cerah dengan masyarakat yang harmonis dan saling mengasihi sehingga negara ini bebas dari bencana. Inilah doa kita bagi Haiti setiap hari. Insan Tzu Chi di seluruh dunia bersatu hati memerhatikan dan mencurahkan cinta kasih kepada warga Haiti. Semoga mereka dapat segera keluar dari kesulitan. Inilah harapan kita semua.


Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi
Foto: Da Ai TV Taiwan
Sikap jujur dan berterus terang tidak bisa dijadikan alasan untuk dapat berbicara dan berperilaku seenaknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -