TIMA Membawa Sukacita dan Menghilangkan Penderitaan

Setiap tahun, anggota TIMA dari seluruh dunia berkumpul di Taiwan pada saat Festival Kue Bulan. Mereka semua membangkitkan tekad agung. Pada hari itu, bulan akan lebih dekat dengan hati kita. Pada malam hari, bulan memberi cahaya bagi bumi yang gelap. Sama seperti kehidupan, saat menderita, kita sama sekali kehilangan harapan. Di kala sakit, kita akan mengkhawatirkan kematian. Jadi, dalam hidup ini, penderitaan terbesar adalah  penyakit dan yang paling menakutkan adalah kematian. Merasakan ketakutan batin dan kesakitan fisik, bukankah menderita? Ini adalah penderitaan terbesar. Karena itu, di dunia ini kita membutuhkan para dokter, perawat, apoteker, teknisi laboratorium, dan lain-lain. 

Semuanya harus bekerja sama, baru bisa menyelamatkan umat manusia yang menderita. Pada tahun ini, hadir para anggota TIMA dari 19 negara di 5 benua dengan jumlah lebih dari 400 orang. Namun, ada lebih dari 500 insan Tzu Chi Taiwan yang berperan sebagai tuan rumah untuk memberikan pelayanan kepada para dokter yang datang dari berbagai tempat. Jadi, ada sekitar 1.000 orang di Aula Jing Si sekarang. Saya sungguh berterima kasih. Semua orang bekerja sama demi satu tujuan, yakni berkontribusi dengan cinta kasih.

 

Dalam kehidupan, kita sungguh sangat membutuhkan tenaga medis. Walaupun dari kecil hingga dewasa kita selalu sehat, tetapi beranjak tua dan sakit, kita sangat membutuhkan tenaga medis. Karena itu, kita hendaknya berterima kasih kepada para tenaga medis. Kita juga membutuhkan tenaga medis yang bersungguh hati dan penuh cinta kasih dalam melindungi nyawa dan kesehatan pasien. Begitulah kehidupan. Di dunia ini, tidak setiap orang bisa hidup sehat. Jadi, jika kita merenungkan dengan saksama sumber kehidupan kita, bagaimana boleh kita tidak menghargai, berterima kasih, dan membalas budi? 

Lihatlah, kita memiliki tubuh yang sehat, bisa berjalan dan bergerak dengan leluasa. “Master mengatakan bahwa tidak mudah untuk terlahir sebagai manusia. Dengan tubuh ini, kita hendaknya sebisa mungkin melayani masyarakat. Apakah kamu merasa gembira? Saat kami memiliki kesempatan, kami akan berusaha melakukan yang terbaik untuk orang lain,” ucap relawan. Kita hendaknya menghargai kehidupan kita di dunia ini dan berterima kasih  atas kontribusi dari masyarakat sehingga kita bisa lahir dengan selamat dan hidup dengan sehat. Kita harus bersyukur dan membalas budi. Terhadap orang tua, kita hendaknya bersyukur. Terhadap masyarakat, kita hendaknya membalas budi. Sikap inilah yang harus dimiliki manusia.

 

Kita juga melihat, anggota TIMA di Singapura sering mengunjungi lansia untuk memberikan perhatian. Dalam satu kasus, saat para dokter pergi ke rumah seorang lansia, mereka harus menunggu sekitar 20 menit untuk dibukakan pintu karena lansia itu telah kehilangan daya pendengaran dan penglihatannya juga kabur. Selain itu, dia juga sedikit pikun dan sudah berumur. Para dokter harus menggunakan kesabaran dan cinta kasih untuk menunggunya membuka pintu dan mengajarinya aturan penggunaan obat. Selama tiga hari setelah pulang dari RS, dia tidak minum obat karena tidak bisa membedakan jenis obat. Setelah membawa obat pulang ke rumah, dia tidak mengerti aturan penggunaannya. Jadi, para relawan kita menempel gambar petunjuk di dinding untuk mengingatkannya tentang waktu dan aturan minum obat. Mereka sungguh sepenuh hati mencari cara untuk mengingatkan kakek itu. “Penggunaan obatnya meningkat dari 40 persen menjadi 70 persen. Kini, terkadang bisa mencapai 100 persen,” ucap seorang perawat. 

Para dokter, perawat, dan apoteker tidak menyerah untuk menyelamatkan pasien. Jika pasien tidak bisa datang berobat,kita yang akan mendatangi mereka, terutama bagi para lansia. Semua lansia ini adalah orang yang pernah berkontribusi demi keluarga dan masyarakat, baik secara fisik, pikiran, maupun yang lainnya. Semua orang akan tua. Jadi, kita harus berterima kasih dan membalas budi mereka. Inilah yang harus sama-sama  kita lakukan sekarang. Kita harus memanfaatkan waktu dengan baik. Dunia ini penuh ketidakkekalan dan bumi juga sangat rentan. Kita bisa melihat Hawaii, Amerika Serikat. Sejak bulan Juni, sebuah gunung berapi perlahan-lahan mengeluarkan lahar dan semakin lama semakin cepat mendekati permukiman warga. Lihatlah ketidakselarasan unsur tanah ini. Ini juga mengingatkan semua orang untuk memperhatikan kondisi dunia.

 

Di California, kebakaran hutan masih terus berlangsung, upaya pemadaman api juga terus berlanjut. Selain itu, wilayah Midwest diterjang badai besar yang tak terduga. Badai ini memengaruhi berbagai negara bagian dan membawa dampak pada banyak orang. Singkat kata, unsur alam tidak selaras. Ini membuat tubuh kita sulit untuk terus sehat. Jika alam ini sakit, unsur tanah dan iklim tidak selaras, maka ia bagai manusia penderita asma yang paru-parunya tercemar. Ini bagai radang paru-paru. Jika terus menghirup udara yang tercemar, kita tidak akan bisa mengurangi pencemaran itu. Karena itu, di dunia ini terjadi pemanasan global. Jadi, dengan tidak selarasnya unsur alam, alam ini menjadi sakit. Selain iklim ekstrem, di atas bumi juga  terjadi gempa bumi, gunung meletus, dll. Inilah yang terjadi di dunia ini. 

Jadi, kita hendaknya membangkitkan cinta kasih dalam berinteraksi dengan sesama. Dengan demikian, kita bisa merasa tenang, sukacita, gembira, dan setiap orang bisa hidup aman dan tenteram. Waktu tetap terus berlalu, mengapa kita tidak memilih untuk melaluinya dengan interaksi antarmanusia yang penuh sukacita dan damai? Jadi, kita hendaknya menggunakan kesungguhan hati dan cinta kasih untuk menyucikan hati manusia. Dengan tersucikannya hati manusia, kita dapat mengatasi pemanasan globalyang menambah kekeruhan di dunia. Semoga pemanasan global bisa teratasi.

 

Berkunjung ke rumah warga untuk menyembuhkan penyakit

Anggota TIMA membawa sukacita dan menghilangkan penderitaan

Jika ingin meyelaraskan unsur alam dan unsur tubuh

Harus menyucikan hati manusia dengan cinta kasih

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 9 September 2014.

 

Gunakanlah waktu dengan baik, karena ia terus berlalu tanpa kita sadari.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -