Waspada terhadap Wabah dan Membangkitkan Rasa Syukur

Wabah demam berdarah tengah merebak di Guangdong, Tiongkok. Meski pemerintah setempat terus melakukan penyemprotan nyamuk, tetapi wabah masih terus meluas. Wabah penyakit berkaitan erat dengan kebiasaan hidup kita. Jika kita memiliki kebiasaan hidup yang baik, seperti memilah dan menjaga kebersihan dari sampah yang kita hasilkan, maka sampah-sampah itu tidak akan digenangi air dan menjadi sarang nyamuk demam berdarah.

Selain itu, yang lebih mengkhawatirkan adalah wabah Ebola di Afrika Barat. Beberapa hari ini, masalah wabah penyakit terus memenuhi pikiran saya karena acara pelantikan anggota komite tahun ini akan segera tiba dan banyak insan Tzu Chi dari seluruh dunia yang akan kembali ke Taiwan. Sesungguhnya, bagi para relawan di Afrika, saya sudah mengambil langkah dengan menginformasikan bahwa mereka tak perlu kembali ke Taiwan untuk dilantik. Kita akan mengirimkan kartu komite mereka ke Afrika Selatan. Kita sudah mengambil tindakan antisipasi ini. Namun, kita kembali mendengar berita bahwa kini di Spanyol, Eropa juga ada kasus Ebola. Di Amerika Serikat pun demikian.

Penyebaran yang cepat ini disebabkan oleh majunya sarana transportasi udara. Virus Ebola memiliki masa inkubasi tiga minggu. Orang yang terjangkit virus ini tidak akan menyadarinya selama tiga minggu. Saat mereka mulai mengalami demam, semuanya sudah terlambat. Saat demam, mereka dapat menulari orang lain. Orang-orang yang mengalami kontak dengan mereka akan mudah tertular penyakit ini. Ini sungguh mengkhawatirkan. Penyebaran wabah penyakit seperti ini sulit dicegah karena tidak dapat dilihat secara kasatmata. Berhubung kini transportasi sangat memadai, maka banyak orang yang pergi berwisata. Ini membuat pengendalian wabah semakin rumit Banyak hal yang terjadi di luar kendali kita. Saya juga telah mendengar banyak kasus dan sungguh tidak berdaya.

Kehidupan memang tidak kekal dan penuh ketidakberdayaan. Namun, ada juga cerita yang penuh kehangatan yang membuat hati lebih tenang. Salah satunya adalah kisah Insan Tzu Chi di Filipina. Insan Tzu Chi di sana menemukan seorang anak yang memiliki gangguan pendengaran sehingga merasa rendah diri. Jadi, insan Tzu Chi segera membantunya dengan memberikan alat bantu dengar. Kini, anak ini mulai bisa mendengar dan mampu keluar dari rasa rendah dirinya. Dia sudah bisa tersenyum dan dapat mengerti perkataan gurunya. Dia juga bisa bernyanyi dan mengikuti gerakan teman-temannya. Anak ini telah bertemu penyelamat hidupnya.

Kita juga telah melihat para anggota Tzu Ching di Malaysia yang sudah lulus dari perguruan tinggi. Mereka mengadakan acara sebagai ungkapan syukur kepada guru dan orang tua mereka, terutama kepada orang tua yang telah membesarkan mereka. Ungkapan rasa syukur ini sungguh sangat indah. Saya sering berkata kepada semua orang bahwa kita harus bersyukur atas budi orang tua, guru, dan semua makhluk.

Semua makhluk sepertinya sangat jauh dan tak ada kaitannya dengan kita, tetapi jika ditelaah lebih dalam, kaitannya sangat erat. Contohnya, kain untuk membuat sehelai baju, dari manakah datangnya? Ia datang dari kapas yang disediakan oleh bumi. Orang menanam dan memanen kapas, lalu memintalnya menjadi benang. Benang lalu diproses menjadi kain. Dibutuhkan proses yang melibatkan bidang pertanian,industri, perdagangan, dll untuk membuat pakaian sampai ke tangan kita. Bukankah kita harus bersyukur?

Tanpa para petani kapas, mana mungkin kita memiliki pakaian dari kain? Kita juga harus bersyukur atas makanan kita. Para petani harus bekerja keras untuk menghasilkan padi, mulai dari menyemai, menanam, hingga memanen. Proses ini membutuhkan kerja keras. Padi yang sudah dipanen lalu harus digiling, kemudian diangkut ke para pedagang. Jadi, kita juga harus berterima kasih kepada para pedagang. Tanpa mereka yang mendistribusikan beras ke pasar, mana mungkin kita bisa makan nasi, bisa makan kenyang setiap hari, dan memilih makanan sesuai selera kita? Lihatlah, berbagai barang dapat dijual di toko berkat peran para pedagang yang mendistribusikannya. Jadi, baik orang-orang di bidang pendidikan,  pertanian, industri, dan perdagangan, kita harus bersyukur kepada semuanya.

Di bidang pendidikan, ada guru dan cendekiawan. Mereka mendalami prinsip kebenaran dan mewariskannya kepada orang lain. Tentu, kita pun harus bersyukur kepada mereka. Jadi, kita semua harus bersyukur bukan hanya kepada guru dan orang tua kita, melainkan juga kepada semua makhluk. Kita harus bersyukur kepada semua orang yang tinggal di bumi ini. Kita juga telah melihat sumbangsih para relawan daur ulang. Kita pun harus bersyukur kepada mereka. Mereka adalah para pelindung bumi dan penjaga sumber daya alam. Mereka mendaur ulang sumber daya alam dengan tekad dan ikrar yang besar. Kita juga harus bersyukur atas hal ini.

Banyak hal yang patut kita syukuri. Namun, rasa syukur ini harus kita wujudkan ke dalam tindakan nyata. Baik di dalam keluarga maupun secara pribadi, kita harus menghargai sumber daya alam. Kita harus memilah sampah yang kita hasilkan. Ini juga menunjukkan budi pekerti dan kualitas diri kita. Jika semua orang hanya menggunakan dan membuang banyak barang tanpa ada yang memilah dan mendaur ulang, maka sampah-sampah itu  bisa menjadi tempat genangan air yang akhirnya membawa masalah kesehatan.

Kita tidak mungkin hanya mengandalkan para petugas kebersihan. Karena itu, kita juga harus bersyukur kepada relawan daur ulang. Jika para relawan daur ulang ini berhenti bersumbangsih beberapa hari saja, saya rasa sampah akan berserakan di jalan tanpa ada solusi untuk mengatasinya. Singkat kata, tanpa kita sadari, banyak orang yang berkontribusi bagi kita dan patut kita syukuri. Intinya, kita harus bersyukur kepada banyak orang. Semoga semua orang mengarah pada kebajikan. Dengan memiliki rasa syukur, barulah kita dapat semakin melapangkan hati kita dan mengasihi seluruh umat manusia di bumi ini. Dengan demikian, barulah masyarakat  dapat aman dan tenteram.

Meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran Ebola

Menjaga kebersihan lingkungan demi menjaga kesehatan

Bantuan Tzu Chi menghapus rintangan anak yang mengalami gangguan pendengaran

Tahu bersyukur dan selalu mengarah pada kebajikan

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -