Sehari Tidak Bekerja, Sehari Tidak Makan

Para biksuni Griya Jing Si bekerja memenuhi
kebutuhan hidup secara mandiri.

Pada tahun-tahun awal beliau menjadi biksuni, Master Cheng Yen membuat tiga sumpah. Yang pertama adalah tidak menerima persembahan/sumbangan, yang kedua adalah tidak mengadakan pelayanan doa-doa, yang ketiga adalah tidak menerima murid. Saat itu beliau menginginkan praktik Dharma murni. Lalu beliau melihat seorang wanita pribumi miskin menderita komplikasi persalinan akibat tidak mampu membayar uang muka rumah sakit. Genangan darah dari wanita itu dan dilanjutkan kunjungan dari tiga biarawati Katolik menginspirasi Master Cheng Yen untuk berikrar mendirikan Yayasan Kemanusiaan Buddha Tzu Chi untuk membantu orang miskin .

Karena Tzu Chi, beliau melanggar sumpahnya dan menerima murid. Namun, beliau ingin murid-muridnya untuk terjun dalam masyarakat dan membantu orang yang membutuhkan dibanding mengejar kebahagiaan mereka sendiri. Untuk membantu kaum miskin, Griya Jing Si memberikan bantuan kepada orang miskin, sakit, dan para lansia yang sebatang kara. Pada saat yang sama, Master Cheng Yen mengajarkan Sutra Bhaisajyaguru (Buddha Pengobatan) dengan harapan bahwa semua orang miskin dan sakit dapat dibebaskan dari penderitaan dan mencapai kebahagiaan.

   Biksuni De Tzu sedang menghias sebuah
   kerajinan tembikar.

Sejak sebelum didirikannya Tzu Chi hingga sekarang, biksuni Griya Jing Si menopang segala kebutuhan hidup mereka secara mandiri. Semua biksuni yang tinggal di Griya Jing Si harus bertani dan membuat kerajinan untuk menafkahi hidup mereka. Ini adalah prinsip “Sehari Tidak Bekerja, Sehari Tidak Makan”, ajaran yang diturunkan dari Guru Bai Chang, guru beraliran Zen dari Dinasti Tang.


Pekerjaan pertanian dan kerajinan tangan, telah terus-menerus dikerjakan di Griya Jing Si selama empat puluh tahun terakhir ini, termasuk di dalamnya menanam padi, merajut sepatu bayi dan membuat sarung tangan katun, menjahit pakaian, membuat ukiran kayu, menjahit sarung tangan; menanam bunga krisan, membuat tembikar, dan sumber pendapatan tetap saat ini –membuat bubuk minuman dari kacang-kacangan dan membuat lilin; totalnya mencakup lebih dari dua puluh satu jenis pekerjaan. Biaya hidup penghuni Griya Jing Si dengan jelas dipisahkan dari sumbangan yang diterima dari donatur Tzu Chi di seluruh dunia. Semua sumbangan yang diberikan bagi Yayasan Buddha Tzu Chi sepenuhnya digunakan untuk membantu orang miskin dan orang-orang menderita.

Tempat pembuatan lilin di Griya Jing Si.

Para biksuni Griya Jing Si tidak hanya mencari nafkah bagi mereka sendiri tetapi juga menyediakan tempat, kebutuhan kantor, dan akomodasi untuk para staf Yayasan Buddha Tzu Chi. Mereka sendiri juga merupakan pelaksana dan pemimpin spiritual dari Empat Misi Utama Tzu Chi: Amal, Kesehatan, Pendidikan, dan Budaya Humanis. Biksuni Griya Jing Si akan terus memegang ikrar welas asih mereka dan mengabdikan diri untuk membantu semua makhluk.

Saat ini, Griya Jing Si adalah rumah spiritual bagi semua insan Tzu Chi. Relawan Tzu Chi di seluruh dunia kembali ke kampung halaman batin ini setiap tahun untuk memperdalam pelatihan diri serta menyucikan hati.

 

Sumber: www.tzuchi.org

Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -