Cara Menikmati Hidup

Pada pertengahan Juli, empat bulan setelah gempa bumi besar menguncang Jepang, relawan Tzu Chi kembali ke area bencana untuk mendistribusikan dana tahap kedua kepada penduduk yang selamat dari bencana tersebut. Pendistribusian ini diselesaikan dalam tiga hari dan dibagikan kepada 6.400 kepala keluarga. Saya melihat rekaman video dari kegiatan ini. Dalam satu kejadian, saya melihat relawan kita dengan lemah lembut menolong penerima bantuan lansia untuk naik ke lantai atas. Ketulusan, rasa hormat, dan cinta kasih yang ditunjukkan relawan pasti lebih menghangatkan hati para penduduk daripada bantuan uang yang diberikan.

Pada bulan Juli, cuaca di Jepang sangatlah panas dan beberapa relawan sakit karena sengatan panas matahari. Tapi hal ini tidak menghentikan langkah mereka untuk bersumbangsih. Setelah diobati, mereka kembali ke baris depan dan meneruskan penyaluran bantuan dengan begitu gembira. Itulah cinta kasih dari bodhisatwa yang nyata.

Relawan Tzu Chi selalu memberi dengan rasa hormat dan syukur. Bagi mereka, kebahagiaan terbesar dalam hidup adalah ketika mereka melihat orang- orang yang menderita mampu melupakan penderitaan mereka dan tersenyum dengan bahagia. Senyuman di wajah para penduduk yang selamat dari bencana di Jepang telah membuat relawan kita merasa bahwa walaupun mereka harus bekerja keras dan harus melalui berbagai macam kesulitan dalam pendistribusian bantuan ini, mereka tetap merasa ini adalah hal yang pantas untuk dilakukan.


Pembatasan Energi

Kerusakan yang disebabkan oleh gempa bumi dan tsunami yang menerjang Jepang pada bulan Maret ini sangatlah besar. Masih banyak yang harus dilakukan hingga sepenuhnya pulih kembali. Hingga hari ini, bahkan tidak sampai setengah  puing-puing di daerah bencana telah dibersihkan. Lebih dari 20 ribu jiwa masih tidak memiliki tempat tinggal dan hidup di tempat penampungan sementara, dan sebanyak 40 ribu keluarga kekurangan air bersih untuk kebutuhan hidup mereka. Yang lebih mengkhawatirkan lagi, penutupan tenaga nuklir Fukushima Daiichi telah mengakibatkan kekurangan tenaga listrik. Untuk pertama kalinya dalam 30 tahun terakhir, pemerintahan Jepang harus memperketat pembatasan energi.

Sebagian besar masyarakat Jepang terbiasa tinggal di ruangan yang berpendingin, tetapi bencana ini telah membuat kehidupan mereka berubah. Meskipun musim panas ini tidak sepanas biasanya, pemerintah Jepang mengimbau wargaya untuk dapat melakukan penghematan terhadap pemakan energi dan tidak menggunakan pendingin ruangan. Akibatnya, jumlah warga yang mengalami sengatan panas meningkat; lebih dari 10 ribu jiwa telah dibawa ke rumah sakit pada musim panas ini dan lebih dari 20 jiwa meninggal dunia.

Penghematan energi telah diterapkan di Tokyo, ibukota Jepang. Stasiun-stasiun kereta bawah tanah telah menghentikan pemakaian pendingin, dan lampu-lampu di kereta juga dimatikan sebisa mungkin. Perusahaan-perusahaan bahkan melakukan pencegahan untuk tidak menggunakan lift. Mereka memasang poster poster yang bertuliskan, “Mohon menggunakan tangga jika anda ingin naik 3 lantai dan turun 5 lantai.” Betapa sulit bagi mereka untuk hidup dalam kekurangan air dan tenaga listrik! Melihat orang orang menderita karena bencana dan harus bertahan dalam penderitaan, seharusnya dapat membuat kita mengintropeksi diri mengenai gaya hidup kita. Kita harus menjauhkan diri pemborosan sumbar daya alam dan memanjakan diri dalam kenyamanan yang berlebihan. Hidup dengan pemborosan mengakibatkan jejak karbon yang lebih besar, juga memperburuk pemanasan global, memicu perubahan iklim yang tidak stabil, serta menyebabkan bencana alam.

Berdasarkan laporan media yang pernah saya lihat, beberapan penduduk Amerika merubah gaya hidup dan menurunkan kesenangan materialistis mereka yang mewah. Mereka telah mulai mengurangi makan dan mengurangi kebutuhan mereka. Mereka membawa botol air minum yang dapat dipakai kembali dan membawa makan siang sendiri ke kantor. Saya turut bahagia untuk mereka. Jika setiap orang dapat hidup dengan gaya hidup yang ramah lingkungan, kita akan bisa menjaga lingkungan kita dari kerusakan yang berkelanjutan.

Kebahagian datang dari hati yang penuh dengan cinta kasih 

Amerika Serikat telah dilanda gelombang panas pada musin panas ini, dengan suhu di 40 kota yang hampir mencapai 40 derajat celcius. Seperti di Jepang, pemerintah Amerika telah mengimbau warganya untuk melakukan penghematan energi dan pengurangan penggunaan pendingin. Amerika Serikat bukan satu satunya negara yang mengalami gelombang panas yang tidak wajar pada musim panas ini. Banyak tempat di seluruh dunia, juga sangat panas seperti di tungku. Suhu yang terik telah menyebabkan kegagalan panen dan kematian hewan ternak. Tetapi meskipun produksi makanan berkurang, populasi dunia meningkat dan diperkirakan akan mencapai 7 milyar pada akhir Oktober. Krisis makanan tampaknya tidak terhindarkan.

Krisis seperti ini sudah terjadi di Korea Utara. Kekurangan makanan yang parah terjadi bersamaan dengan banjir yang menyebabkan kegagalan panen dan menyebabkan jutaan penduduk Korea Utara kelaparan. Sehubungan dengan kondisi yang sangat menyedihkan ini, Pemerintahan Korea Utara yang sangat enggan untuk meminta pertolongan dari komunitas internasional, sekarang telah meminta pertolongan dari NGO internasional.

Kondisi yang terjadi di Korea Utara membuat saya memikirkan negkeara lainnya, yaitu Kamboja. Tzu Chi mngirimkan bantuan sebanyak 8 kali di antara tahun 1994 dan 1997 ke negara tersebut. Pada satu  pendistribusian, seorang ibu mengendong bayi yang kurus dan lemah saat menerima bantuan beras. Bayinya sedang mengalami demam tinggi. Melihat mereka yang tak berdaya dan raut wajah yang kehilangan semangat hidup dari si ibu, relawan menghampiri ibu tersebut untuk menanyakan apakah ia membutuhkan bantuan. Mereka khawatir ketika melihat bayi itu telah meninggal di pangkuan ibunya. Mereka bertanya kepada ibunya apakah ia mengetahui bahwa anaknya telah meninggal, dan ibu itu menjawab, “Saya tahu, tetapi saya tidak dapat meninggalkan tempat ini karena saya harus membawa beras ini pulang untuk 6 orang anak saya yang telah menunggu saya di rumah.

Betapa memilukan hati kisah ini! Dunia kita sangat penuh dengan penderitaan. Ketika melihat orang-orang menderita, kita harus sadar betapa kita diberkahi. Hanya ketika kita semua dapat menyatukan cinta kasih dan kebaikan, serta dapat memberikan pertolongan tepat waktu kepada yang membutuhkan, maka dukacita di dunia dapat berkurang.

Seperti yang kita lihat, bencana alam di dunia semakin meningkat frekuensi dan kekuatannya, sehingga menyebabkan begitu banyak orang menderita. Walaupun demikian, kita dapat menolong daerah bencana agar cepat pulih kembali jika kita dapat mengendalikan keinginan kita dan  menghimpun upaya serta keuangan kita untuk menolong para korban. Sayangnya banyak orang yang kurang cepat dalam memahami hal ini. Banyak orang di dunia ini yang terlalu terikat dengan keegoisan mereka dan terus memanjakan diri dalam kenyamanan dan konsumerisme yang berlebihan.Kebahagian datang dari hati yang penuh cinta kasih dan memberi adalah hal yang membahagiakan. Orang-orang yang tidak memiliki cinta kasih didalam hatinya tidak akan pernah merasakan kebahagiaan sepenuhnya. Hanya jika kita dapat mengendalikan keinginan kita, menghindari memanjakan diri dalam kenyamanan, konsumerisme yang berlebihan, bertobat atas kesalahan yang pernah kita lakukan, selalu tulus terhadap orang lain dan senantiasa waspada, maka akan membantu dunia kita menjadi lebih aman dan lebih damai.

Pikiran, Dunia

Pada pertengahan Juli, dalam 15 menit terjadi tiga ledakan di Mumbai, India. Banyak penduduk yang terluka dan meninggal dunia. Di Libya, pemberontakan anti pemerintahan semakin banyak dan sering. Pemimpin kaum Libya, Gaddafi, telah mengumumkan bahwa pemberontak telah mengambil alih ibu kota, ia mungkin akan menggunakan rudal dan bahan peledak untuk meledakkan kota.

Betapa mengerikannya pikiran seseorang!  Untuk melenyapkan bencana alam dapat terjadi jika setiap orang dapat membantu satu sama lain dengan cinta kasih, dengan begitu kerusakan yang terjadi dapat dipadamkan dengan sendirinya. Tetapi jika pikiran setiap orang tidak seimbang dan harmonis, maka konflik dan perang akan terus timbul dan mengakibatkan malapetaka yang tidak pernah berakhir.

Saat perang terjadi, kekurangan makanan dan air, serta penyakit menular juga akan terjadi. Di dalam Sutra dikatakan bahwa ini yang disebut sebagai tiga bencana kecil (kelaparan, peperangan, dan wabah penyakit)  di mana semua ini disebabkan oleh perbuatan manusia. Jika tiga bencana kecil ini digabungkan dengan tiga bencana besar, yaitu air, api, dan angin, yang menjadikan ketidakseimbangan empat unsur alam, maka konsekuensinya akan menjadi malapetaka yang sesungguhnya dan mengancam keberlangsungan hidup manusia. 

Inilah bagaimana pikiran jahat dalam diri seseorang dapat mengarah pada kerusakan dan kehancuran. Oleh karena itu setiap orang harus dengan seksama melakukan refleksi diri dan menjaga pikiran dengan baik.

Dalam beberapa bulan belakangan, kebakaran hutan telah melanda Rusia, ditambah dengan gelombang panas yang sangat ekstrem. Karena itu, tidak mungkin bagi kendaraan untuk menjangkau api di pegunungan, para petugas pemadam kebakaran harus mendaki gunung dengan tangan dan lutut mereka. Salah satu petugas mengatakan bahwa tugas ini sangatlah sulit. Ia berkata bahwa mendaki gunung pada saat ini seperti hukuman dari surga dan manusia perlu bertobat. Saya sudah mengimbau relawan Tzu Chi untuk terus melakukan pertobatan untuk menjernihkan hati dan pikiran mereka. Dan tidak disangka, kata "bertobat" juga dikatakan oleh seorang petugas pemadam kebakaran yang berada jauh di Rusia.

Langkah pertama yang harus dilakukan untuk mencegah kondisi perubahan iklim di dunia adalah merubah hati dan pikiran manusia. Setiap orang harus merefleksikan diri sendiri, bertobat, dan menjaga dengan baik pikiran mereka. Mereka harus menuntun ke arah ketekunan, hidup dalam kesederhanaan, serta menjernihkan pikiran yang tidak baik dan penderitaan. Hanya ketika hati manusia dipenuhi oleh welas asih serta cinta kasih, maka alam akan berfungsi dengan dengan baik di dunia yang penuh dengan harapan. 

Dua hal yang tidak dapat dihentikan dalam kehidupan

Ketika orang orang tidak dapat mengubah tabiat buruk mereka, biasanya mereka akan menjadi sangat marah ketika sesuatu tidak berjalan sesuai keinginannya. Bagaimana seseorang dapat berubah menjadi begitu buruk tempramennya? Jika kita mendengarkan ajaran Buddha tanpa memasukkannya ke dalam hati, Dharma itu hanya akan melintasi telinga kanan dan keluar dari telinga kiri. Pesan ini tidak memberikan kita hal yang baik. Hanya dengan Dharma masuk ke hati dan ketika kita bertobat atas kesalahan kita dan memperbaikinya, dan kita akan berubah untuk menjadi lebih baik.

Dalam beberapa bulan ini, relawan Tzu Chi diseluruh Taiwan dengan sangat rajin berlatih untuk pertunjukan musikal adaptasi sutra Pertobatan Air  Samadhi yang ditulis oleh Biksu Wu Da. Saat mereka menyanyikan dan memperagakan lirik lagunya, ajaran ini telah masuk didalam hati mereka.

Mei Xue Xu, salah satu relawan yang berpartisipasi dalam pertunjukan adaptasi sutra ini. Baginya sangatlah sulit untuk dapat mengingat lirik dari sutra ini karena ia tidak mengenyam pendidikan. Walaupun begitu ia merasa bahwa kesempatan untuk berpartisipasi dalam pementasan sutra ini sangatlah jarang dan berharga, sehingga ia memutuskan untuk tidak melewatkan kesempatan ini. Bagaimana ia bisa mengingat liriknya jika ia tidak dapat membaca? Ia berkata,"Saya hanya harus bekerja lebih keras lagi. Bahkah jika saya dapat mengingat hanya satu kata setiap waktu, pada waktunya saya akan mengingat semuanya."

Setiap orang yang akan berpartisipasi dalam pertunjukan musikal ini diharuskan untuk mengikuti bedah buku untuk memperdalam ajaran yang disampaikan dalam Pertobatan Air Samadhi. Dalam bedah buku ini, Xu duduk di samping relawan Shu Yan Bao, yang menjelaskan kata demi kata kepadanya. Xu sangatlah bersyukur kepada Bao yang telah membantunya. "Dimana ada keinginan, disana akan ada jalan”. Selama kita memiliki keinginan, maka akan ada orang orang yang menolong kita di sepanjang jalan, karena itu, walaupun Xu tidak mengenyam pendidikan, Xu dapat berpartisipasi dalam pementasan ini. Tekadnya untuk menaklukkan kesulitannya sungguhnya mengagumkan.

Melalui persiapan untuk pertunjukan musikal ini, banyak relawan Tzu Chi yang larut ke dalam lautan Dharma ini. Buddha adalah yang tercerahan di jagat raya ini. Kenyataan bahwa Buddha ada sejak 2.500 tahun yang lalu telah dibuktikan oleh teknologi modern. Karenanya kita harus memiliki kepercayaan pada ajarannya dan berpegang padanya dengan ketulusan hati.  Beberapa orang berkata," Saya percaya pada Buddha dan bertekad untuk berpegang pada ajarannya, tapi ini bukanlah waktu yang tepat untuk melaksanakannya dalam tindakan."

Kita harus tahu bawah dua hal yang tidak dapat kita hentikan didunia ini. Yang pertama adalah waktu yang telah berlalu, dan yang kedua adalah ketidakekalan dunia ini. Tidak seorangpun dapat menghentikan waktu bahkan sedetik pun waktu yang telah berlalu; seperti halnya ketika karma kita berbuah dan itu terjadi dalam waktu yang singkat tanpa adanya peringatan.

Jing Wen Dong adalah relawan Tzu Chi yang tinggal di Kaohsiung, bagian selatan Taiwan. Tahun lalu ayahnya dipukuli oleh orang yang mabuk dengan alasan yang tidak jelas hingga meninggal. Kesedihan dan kebencian memenuhi hatinya. Bahkan ia pernah bermaksud untuk mengakhiri hidupnya. Tetapi ia tidak cukup tega untuk meninggalkan keluarganya dan secara mental ia juga tertantang oleh saudaranya, sehingga ia hanya bisa memendam rasa benci ini jauh di lubuk hatinya.  

Kemudian, saat Jing Wen mempersiapkan latihan untuk pementasan adaptasi sutra Pertobatan Air Samadhi, secara kebetulan bertemu dengan beberapa lirik yang berbunyi: "Manusia memiliki buah karma yang berbeda-beda tergantung pada karma buruk yang telah mereka ciptakan, dan setiap buah karma mengikutinya seperti bayangan sendiri." Kemudian ia sadar bahwa semua hal yang terjadi berhubungan dengan hukum karma dan sebab akibat. Tidak ada jalan untuk menghindar dari hukum karma, menyimpan kejahatan tidak akan membantu apapun. Dengan begitu, simpul dihatinya pun terbuka. Ia membuka hatinya dan terbebas dari kesedihannya.

Banyak orang memperlajari ajaran Buddha untuk mencari kebebasan atas penderitaan. Tetapi jika kita terpaku dalam penderitaan mental seperti kemarahan, ketamakan, kebodohan, dan keraguan, bagaimana mungkin bagi kita untuk mencapai kebebasan yang sesungguhnya. Tidak ada seorang pun yang dapat membebaskan kita selain diri kita sendiri. Kita harus membersihkan segala kekotoran di dalam batin kita dan membuka hati kita. Hanya dengan begitu kita baru akan mencapai kebebasan yang sesungguhnya.

Hidup dengan Kebijaksanaan

Saat ini, kepercayaan banyak orang pada sistem ataupun nilai telah berubah. Hal yang lebih penting bahwa kepercayaan itu membuat kita belajar untuk membedakan yang benar dan salah. "Benar" berarti kebenaran sejati, yang mana kita harus dengan sungguh hati belajar; "Salah" berarti kekacauan, kegilaan, dan pengaruh buruk yang mana kita tidak boleh jatuh kedalamnya.

Di masyarakat modern, kehidupan orang-orang sangatlah terpengaruh pada pengetahuan yang mereka ketahui. Tetapi pengetahuan digunakan tidak pada tempatnya dapat membuat kekeliruan dan menyebabkan kita kehilangan arah kita.

Semua orang terlahir dengan sifat hakiki yang sama dengan Buddha; tapi sifat hakiki ini telah tersembunyi dan dicemari oleh kebodohan. Didunia dimana banyak kebodohan dan kekeliruan, kita harus belajar untuk mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan dan membuat kebijaksanaan mengarahkan kita sehingga cahaya kita dapat menerangi sifat hakiki kita.

Salah satu bagian dari lirik dalam pementasan adaptasi sutra Pertobatan Air Samadhi menjelaskan bahwa, “Dalam era sekarang diperlukan pemahaman atas benar dan salah; dalam masa penuh bencana diperlukan pembinaan welas asih agung; dalam era penuh kegelapan batin diperlukan kebijaksanan agung; dalam masa penuh kekacauan diperlukan pertobatan besar.” Ajaran Buddha penyembuh yang sangat menakjubkan pada masa yang penuh kekacauan. Karenanya kita harus hidup dalam ajarannya dan menjernihkan hati kita dengan Ajarannya. Tidak hanya menggunakan pengetahuan untuk menuntun hidup kita, tetapi iringilah dengan kebijaksaan.

Ketika kita melakukan hal yang benar, kita menggunakan kebijaksanaan kita. Ketika kita menahan diri untuk tidak melakukan hal yang salah, kita juga telah menggunakan kebijaksanaan kita. 37 Faktor Pencerahan mengajarkan kepada kita untuk menghentikan niat jahat yang sudah timbul, mencegah niat jahat yang belum timbul, menumbuhkan niat baik yang belum timbul, dan mengembangkan niat baik yang sudah timbul. Kita seharusnya tidak menunda perbuatan baik ataupun menunda mengoreksi diri dari kesalahan. Kita harus menghindari segala yang jahat dan melakukan segala yang baik.

Satu hari terdiri dari 86.400 detik, setiap detik dapat menjadi batas hidup dan mati. Jika kita dapat melewati setiap detik dengan aman, kita harus bersyukur. Pada setiap detik marilah kita selalu pada hati yang penuh syukur dan menghindar dari pikiran yang kacau sehingga kekotoran batin tidak menodai rasa syukur kita.

Hidup sangatlah singkat seperti embun di pagi hari, sepintas seperti mimpi, dan mudah hancur seperti gelembung. Karena hidup kita sangatlah singkat seperti embun pagi yang berkumpul di atas kaca dan menghilang begitu matahari terbit, apa yang harus kita perhitungkan?

Saya berharap setiap orang dapat meningkatkan kewaspadaan, berdoa dengan penuh ketulusan, melatih welas asih dan kebijaksanaan, memberi kepada sesama, dan menaburkan benih kebajikan ke dalam hati setiap orang. Dengan begitu akan membawa  keharmonisan ke dunia ini dan mengembalikan keseimbangan empat unsur alam. Marilah kita menjadi bagian dari kekuatan positif ini yang dapat membawa semua umat manusia hidup dalam kedamaian, keamanan, dan kegembiraan.

 

Artikel ini dirangkum dari kumpulan ceramah Master Cheng Yen dari 13 Juli-20 Juli 2011

Diterjemahkan oleh Padmawati (Tzu Chi Pekanbaru)

Sumber: Majalah Tzu Chi Quarterly

 

Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -