Intisari Dharma: Dengan Satu Pikiran Penuh Rasa Hormat, Segalanya Dapat Terwujud

Rasa hormat dan keyakinan dapat diungkapkan dalam satu kata, yaitu “cinta kasih.” Setiap hari, saya menyerukan kepada semua orang untuk dengan khidmat berdoa demi perdamaian dunia dan berupaya menghapus bencana dengan kesadaran dan cinta kasih. Ketika semua orang dapat melangkah maju ke arah yang benar dengan satu hati, dan energi positif ini tetap berada di jalur yang benar, inilah yang disebut jalan penuh rasa hormat.
Sebuah agama dengan keyakinan yang benar memerlukan rasa hormat dari setiap orang. Meskipun para relawan Tzu Chi memiliki keyakinan agama yang berbeda-beda, di Tzu Chi kita bersatu dengan cinta kasih yang tulus dan bergerak menuju satu arah bersama—arah untuk menjadi Bodhisatwa.
“Bodhisatwa” memiliki pemahaman yang benar. Dengan pemahaman yang tepat, kita dapat melihat keadaan secara akurat dan menyebarkan Cinta Kasih Agung di dunia. Dengan hati penuh Cinta Kasih Agung dan pikiran penuh hormat, kita dapat membawa kedamaian bagi dunia.
Meskipun bencana alam menakutkan, bencana buatan manusia lebih mengkhawatirkan. Kerusakan akibat bencana alam dapat diperbaiki dengan membangun kembali rumah. Namun, jika hati manusia kacau dan tidak harmonis, akan sulit menjalani kehidupan dengan damai. Makhluk hidup menderita begitu dalam. Sebagai manusia, mengapa ada negara yang terus-menerus dilanda bencana sementara negara lain diberkahi dan orang-orang hidup seolah di surga?
Buddha mengajarkan kepada kita bahwa “inilah sebabnya, inilah kondisinya, inilah akibatnya, inilah balasannya, dan inilah ‘hukum sebab akibat dari karma’.”
Penyebab yang baik ibarat benih yang baik. Setelah menanam benih yang baik di tanah yang subur, kita juga membutuhkan kondisi yang baik. Meskipun ada air untuk menyuburkan tanah, kita tetap memerlukan sinar matahari dan udara segar. Semua itu adalah kondisi. Yang paling penting adalah benihnya. Satu benih dapat menghasilkan benih tak terbatas. Benih kacang tidak akan tumbuh menjadi labu; ia akan tumbuh menjadi banyak kacang. Demikian pula, dengan benih yang baik dan kondisi yang baik, segalanya akan tumbuh dengan benar. Ketika semua orang menyadari kekuatan cinta kasih dan mengikuti arah yang benar, kekuatan bersama akan terhimpun dalam mengembangkan ladang berkah. Dengan setiap benih baik yang telah kita tanam, maka siklus kebajikan hasil dari yang ditanam akan terus bertumbuh hingga tak berujung.
Setelah tiga tahun pandemi, lebih dari seribu “benih” akan disahkan tahun ini. Dalam upacara pelantikan, kita berkumpul bersama untuk menjadi saksi cinta kasih Tzu Chi. Seiring kita semakin memahami Tzu Chi, kita menyadari bahwa tujuan Tzu Chi adalah cinta kasih, dan dengan demikian, kita berharap dapat menyatukan Cinta Kasih Agung semua orang untuk bekerja bersama demi membantu mereka yang menderita di dunia ini.
Selama Upacara Pelantikan, sekelompok relawan yang baru dilantik dan berasal dari berbagai negara, dengan bahasa dan warna kulit yang berbeda, berjalan di hadapan saya. Banyak dari mereka yang meneteskan air mata. Hati welas asih mereka saling terhubung. Mereka peduli pada orang-orang yang menderita di dunia dan mencintai semua makhluk hidup di dunia ini. Ketika saya menyematkan lencana Tzu Chi di dada mereka, saya berharap benih kebajikan akan masuk ke dalam hati mereka. Setiap orang adalah benih yang penuh potensi; ketika mereka kembali ke negara masing-masing, mereka harus dengan sungguh-sungguh mengolah benih tersebut, menumbuhkan benih di dalam hati mereka hingga bagaikan pohon besar, dan mewujudkan semangat Tzu Chi.
Dalam diri saya, terdapat begitu banyak doa berkah untuk setiap orang, dan saya berharap bahwa setiap orang tidak hanya berpikir, “Saya kini telah dilantik dengan lencana Tzu Chi yang tersemat di dada saya”; saya berharap setiap orang akan menanam benih ini dengan kokoh di dalam hati mereka. Tzu Chi hendaknya tetap berada di dalam hati, sehingga setiap hari, Tzu Chi akan menjadi arah dan hati di dalam diri setiap relawan. Hanya ketika kita semua bergerak ke arah memberi manfaat bagi makhluk hidup dan membawa kedamaian dengan cinta kasih, maka keberkahan sejati dapat hadir di dunia ini.
Dalam video “Tzu Chi 2022 Year in Review”, kita melihat indahnya negara Indonesia. Mengingat gejolak sosial di Indonesia tiga puluh tahun lalu, Bapak Eka Tjipta Widjaja pernah bertanya, “Metode apa yang dapat digunakan untuk membuat negara ini stabil dan damai?”
Saya menjawab, “Cinta kasih adalah satusatunya jalan. Cinta kasih dapat mengubah hidup manusia, menstabilkan negara, meredakan kebencian, dan membawa kedamaian.” Saya benar-benar mengagumi Bapak Widjaja yang merendahkan hati untuk memimpin dengan cinta kasih. Beliau mengambil inisiatif dan memimpin pembersihan Sungai Angke. Mengumpulkan sekelompok pengusaha dan mengajak pemerintah, militer, dan masyarakat lokal untuk bekerja sama, mereka membersihkan Sungai Angke, yang dikenal sebagai “Jantung Hitam Jakarta.”
Sebelum Sungai Angke menjadi tempat pembuangan sampah, sungai itu begitu jernih hingga orang bisa melihat dasar sungainya.
Pernah juga terjadi tragedi kemanusiaan saat sungai itu berubah menjadi merah karena darah. Momen-momen waktu menjadi sejarah; ada banyak tragedi namun juga masa-masa Bahagia.
Manusia menciptakan karma; jika karma negatif terus menumpuk dan tidak bisa diredam, hal itu dapat meledak, memicu krisis, dan menyebabkan penderitaan di dunia. Namun jika kita dapat terus menyebarkan Dharma kebajikan, hati manusia akan bergerak ke arah yang baik. Ketika semua orang menciptakan berkah dan saling mendukung dengan cinta kasih, masyarakat akan menjadi damai dan stabil. Dunia seperti ini ibarat surga.
Surga dan neraka selalu bisa terlihat di bumi. Saya terus mengingatkan semua orang bahwa dalam masyarakat yang diberkahi, hal terpenting bagi manusia adalah “mengingat kembali masa lalu” dan tidak melupakan jerih payah yang telah dilakukan. Semua orang harus terus memberi dengan cinta kasih. Kita memerlukan dana dan tenaga untuk melanjutkan usaha ini. Namun yang paling penting adalah hati dan ketulusan dalam memberi. Dengan hati yang tulus dan kekuatan bersama, bukan hal yang mustahil untuk membalikkan penderitaan.
Dahulu, Kali Angke sangat kotor, dan rumah-rumah di sekitarnya sangat kumuh; namun kini, telah berdiri gedung-gedung tinggi, lingkungan yang indah, dan sungai yang jernih tempat orang dapat mendayung perahu naga. Selama ada yang mengerjakan, para relawan Tzu Chi akan mempelajari, berbagi, dan saling menyemangati.
Segala hal di dunia ini mengikuti prinsip yang sama. Segalanya dapat dicapai melalui upaya manusia, dan segalanya dapat terwujud seiring berjalannya waktu.
Catatan:
Eka Tjipta Widjaja (1921–2019) adalah pendiri Sinar Mas Group Indonesia dan salah satu dari sepuluh orang terkaya di Indonesia. Beliau juga seorang filantropis. Setelah banjir besar melanda Jakarta pada tahun 2002, beliau terinspirasi oleh Tzu Chi dan mendedikasikan dirinya untuk membersihkan lingkungan yang kotor dan bau, meskipun saat itu usianya sudah delapan puluh tahun dan keluarganya serta dokter mencoba mencegahnya. Pak Eka juga memimpin donasi dana dan bantuan, serta mengajak para pengusaha lokal untuk bergabung dalam aksi kemanusiaan tersebut.
Disusun dari ajaran Master dalam Upacara Pelantikan Komite Internasional dan Anggota Faith Corps Tzu Chi pada 23 dan 24 Juni 2023.
Diterjemahkan oleh: Olivia Tan (He Qi PIK)







Sitemap