Intisari Dharma: Menyentuh Semangat Tiga Perlindungan


Seringkali, ketika membaca kitab suci seperti Sutra atau mendengarkan sebuah pembabaran Dharma, kita merasakan kedamaian dan pemahaman yang amat mendalam. Kita seakan dibimbing naik ke puncak gunung dengan pemandangan yang sungguh memesona. Namun, kondisi batin yang demikian segera menghilang saat kita kembali pada kehidupan duniawi sehari-hari. Semua ini bisa terjadi saat seseorang membuat kita jengkel, dan amarah kita pun bangkit.

Mengapa perasaan damai ini dapat lenyap dengan mudah?
Ketika membaca atau mendengarkan Dharma, kita dengan jelas dapat melihat puncak gunung itu, tetapi ketika kita melihat diri kita saat ini, kedua kaki kita masih berada di dasar gunung. Kita dapat melihat puncaknya, tetapi kita masih belum berada di sana. Kita masih perlu mendaki gunung tersebut dengan cara berjalan pada jalur pendakiannya.

Untuk itu, kita perlu menumbuhkan hati yang tulus, murni, dan bertekad luhur. Sebagai praktisi Buddhis, kita menyatakan berlindung kepada Buddha, Dharma, dan Sangha. Untuk menyentuh semangat Tiga Perlindungan, kita perlu mengembangkan ketulusan hati, kemurnian hati, dan keluhuran tekad.

Ketulusan Hati
Buddha adalah guru kita. Kita menerimanya sebagai guru karena Beliau adalah orang yang telah sadar akan kebenaran dan hukum alam semesta yang mengatur kehidupan. Karenanya, kita perlu mengembangkan keinginan yang tulus dan murni untuk memahami kebenaran yang Beliau sampaikan kepada kita. Pertamatama, dengan cara meyakini bahwa Buddha adalah orang yang tercerahkan, dan kemudian percaya akan kebenaran yang Beliau sampaikan.

Pertama, kita harus benar-benar yakin apa yang Beliau katakan bahwa kita semua memiliki, jauh di dalam diri kita, sebuah hakikat yang tercerahkan—itulah hakikat sejati kita. Kita pun mampu untuk mencapai pencerahan yang sama seperti yang telah Beliau lakukan.

Kita juga perlu memercayai apa yang Beliau sampaikan mengenai hukum karma yang mengatur kehidupan dan kebenaran tentang karma kolektif. Kita harus memahami bahwa dalam kegelapan batin dan pikiran kita yang salah, kita telah bersikap penuh ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan. Ini menciptakan karma buruk yang terakumulasi menjadi karma kolektif.

Namun, kita selalu merasa bahwa kita benar, tidak pernah menyadari bahwa tindakan kita mungkin salah. Inilah sebabnya kita perlu berbalik ke dalam dan becermin, dan kemudian menjernihkan hati kita. Barulah kemudian kita dapat menerima ajaran Buddha dengan penuh keterbukaan.

Dengan ketulusan hati dan kesungguhan untuk belajar, kita akan lebih mudah memahami kebenaran yang Buddha ajarkan kepada kita. Kita dapat mendekatkan diri pada pemahaman pencerahan tersebut menyentuhnya agar hati Buddha menjadi hati kita; hati kita, setara dengan hati Buddha.

Ini berawal dari keyakinan akan pencerahan Buddha, yang menumbuhkan keinginan tulus untuk belajar dari Beliau. Tanpa adanya keyakinan tersebut, bagaimana kita dapat mulai? Tanpa adanya ketulusan dan kesungguhan untuk belajar, bagaimana kita dapat menerima ajaran?

Kemurnian Hati
Walaupun kebenaran universal yang Buddha coba sampaikan kepada kita pada kenyataannya sangat sederhana, tetapi karena hati kita tidak murni, kita tidak dapat menangkapnya. Kita tidak dapat menyerapnya ke dalam hati dan tetap saja meneruskan kebiasaan lama kita, buta akan banyak prinsip kehidupan. Inilah alasan mengapa menjernihkan hati sangatlah penting.

Bagaimana kita menjernihkan hati? Dengan menaklukkan noda batin dan berusaha mengatasi kecenderungan tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita menunjukkan kebiasaan dan karakter buruk kita ke permukaan, mereka mencerminkan kondisi batin kita. Ketika tabiat buruk telah sangat mengakar, terlihat bahwa hati dan pikiran kita tidaklah terlalu bersih. Cara untuk mulai menjernihkan hati dan pikiran adalah dengan bertobat, berusaha melenyapkan ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan, dengan mempraktikkan sila.

Kita membutuhkan hati dan pikiran yang bersih agar dapat memahami ajaran Buddha yang sesungguhnya. Ketika kita mencoba mempelajarinya tanpa persiapan, ini bagaikan menuangkan air bersih ke ember yang kotor: airnya akan tercemar. Seperti air yang tercemar, pemahaman kita terhadap ajaran Buddha akan menyimpang.

Apabila kita mempelajari Dharma dengan hati dan pikiran yang bersih, kita akan dapat lebih memahami dan menyentuh kebenaran di dalamnya. Inilah yang harus kita lakukan ketika mempelajari Sutra. Walaupun banyak orang hanya memusatkan diri pada tindakan melafalkan Sutra untuk mendapatkan pahala, kita seharusnya melihat Sutra sebagai sumber kebijaksanaan tercerahkan dan berjuang untuk menyadari prinsip yang terkandung di dalamnya.

Sutra tidaklah rumit; Dharma yang terkandung di dalamnya sesungguhnya sangatlah sederhana. Ketika hati dan pikiran kita bersih, kita dapat menyentuh esensi Dharma; kebijaksanaan batin kita dapat timbul dan memperoleh pemahaman yang mendalam.

Jadi, marilah kita menjernihkan hati dan pikiran kita dengan cara melenyapkan tabiat buruk kita, dan dengan hati yang murni berjuang untuk memahami esensi ajaran Buddha, mempelajari Dharma secara mendalam, dan memperoleh pemahaman.

Keluhuran Tekad
Dalam pelatihan diri, kita juga harus mempunyai keinginan mendalam dan tekad luhur untuk membimbing lebih banyak orang untuk bergabung bersama kita di jalan menuju pencerahan. Pada masa kini, banyak orang telah kehilangan arah tentang apa sebenarnya kehidupan itu. Tanpa adanya tujuan yang jelas, mereka terjebak akan makna hidup yang semu.

Kita harus membangkitkan keinginan tulus untuk membantu sesama hidup berdasarkan makna sejati kehidupan. Dalam hati kita, perlu ada tekad yang luhur dan tanpa pamrih. Jika lebih banyak orang dapat memahami ajaran Buddha yang sebenarnya, mereka dapat memperoleh kebijaksanaan dan memahami nilai sejati kehidupan.

Ketulusan hati, kemurnian hati, dan keluhuran tekad adalah intisari dalam pelatihan diri kita. Ketulusan hati berarti keinginan yang tulus untuk memahami hati Buddha dan kebenaran yang telah Beliau sadari. Kemurnian hati berarti usaha murni untuk menjernihkan hati agar kita dapat menyentuh kesederhanaan kebenaran dari ajaran Buddha. Keluhuran tekad berarti memiliki cita-cita yang kuat untuk menginspirasi orang lain agar bergabung menapaki jalan ini. Hati demikianlah yang seharusnya dipraktikkan oleh praktisi Buddhis.

Sumber: Buku KEKUATAN HATI
Penulis: Master Cheng Yen
Penerjemah: Amelia Devina
Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -