Master Bercerita: Anjing Menyelamatkan Majikannya

Setiap orang memiliki cinta kasih. Karena memiliki hakikat kebuddhaan, maka setiap orang memiliki cinta kasih. Dengan cinta kasih, kita berharap semua makhluk bahagia dan terbebas dari kerisauan. Inilah cinta kasih. Cinta kasih ini adalah cinta kasih yang tulus, tanpa pamrih, dan tidak ternodai. Dengan cinta kasih yang tidak ternodai, kita memperhatikan semua makhluk. Inilah hati Buddha.

Di Amerika Serikat, ada seorang pria yang memelihara seekor anjing. Anjing itu selalu mengikutinya ke mana pun dia pergi. Tidak peduli pria itu mendaki gunung ataupun pergi ke pantai, anjing itu selalu menjadi partner terbaiknya. Suatu hari, pria itu terperangkap di danau. Saat mencoba berjalan menyeberangi danau, dia malah terperangkap oleh lumpur. Semakin berjalan, dia terperangkap semakin dalam.


Saat dia ingin mundur, sudah terlambat. Dia terperangkap semakin dalam dan tidak bisa menyelamatkan diri. Satu hingga dua jam berlalu. Di bawah suhu udara -5 derajat Celsius, dia terperangkap di danau hingga tubuhnya hampir membeku. Beruntung, dia membawa telepon seluler. Jadi, dia menghubungi 911 untuk meminta pertolongan. Saat tim penyelamat tiba, mereka tidak bisa menjangkaunya dengan perahu karena danau itu penuh dengan lumpur. Mereka harus bagaimana? Melihat anjingnya yang sangat panik, tim penyelamat mendapat sebuah ide.

Mereka mengikatkan tali penyelamat pada tubuh anjing itu dan menyuruhnya masuk ke danau. Anjing itu membawakan tali penyelamat kepada majikannya. Setelah menerima tali penyelamat itu, majikannya pun mengikatkannya ke tubuh sendiri. Para anggota tim penyelamat yang ada di daratan menariknya dengan sekuat tenaga. Dia juga berjalan maju selangkah demi selangkah. Anjing itu telah menyelamatkan majikannya. Hal ini membuat semua orang merasa bahwa anjing sungguh merupakan sahabat manusia yang paling baik dan setia.


Kita sering berkata bahwa semua makhluk memiliki hakikat kebuddhaan. Hewan juga memiliki hakikat kebuddhaan. Jadi, janganlah kita meremehkan kehidupan makhluk lain. Kita harus menghormati kehidupan semua makhluk. Ada banyak hewan yang dijadikan manusia sebagai hewan peliharaan. Namun, kasih sayang para majikan malah membuat hewan-hewan terbelenggu dan terkekang. Orang yang menyayangi burung malah menggunakan sangkar burung yang kecil untuk mengurung burung peliharaan mereka sehingga mereka tidak bisa terbang bebas. Yang paling membahagiakan bagi burung adalah terbang bebas di langit yang luas.

Agar hewan-hewan bahagia, kita harus membiarkan mereka hidup secara alami. Kita hendaknya menyayangi mereka seperti ini. Janganlah kita melukai hewan-hewan karena mereka memiliki pola hidup tersendiri. Jika kita menyayangi anjing atau kucing, maka janganlah mengekang mereka. Anjing dan kucing tidak perlu mengenakan pakaian, tetapi manusia malah mengenakan pakaian pada mereka. Perlu diketahui bahwa tubuh anjing dan kucing penuh dengan bulu. Mengenakan pakaian pada anjing dan kucing bagai membalut kulit manusia dengan plastik. Kehidupan hewan yang semula sangat alami menjadi tidak alami karena ulah manusia.


Manusia mengubah pola hidup hewan demi kesenangan diri sendiri tanpa memedulikan perasaan hewan-hewan karena mereka tidak bisa mengungkapkannya. Inilah delusi semua makhluk. Dengan memperlakukan hewan seperti itu, itu bukanlah kasih sayang yang sesungguhnya. Sebaliknya, itu malah membuat mereka merasa bingung dan mengalami kesulitan. Mereka juga tidak mengerti mengapa manusia mengurung mereka di dalam ruang yang kecil.

Dalam memperlakukan semua makhluk, kita hendaknya melapangkan hati untuk memahami pola hidup dan kebutuhan mereka. Inilah kebenaran yang diajarkan para Buddha dan Bodhisatwa. Kita ingin terbebas dari penderitaan, makhluk lain juga ingin terbebas dari penderitaan. Kita ingin meraih kebahagiaan, begitu pula dengan makhluk lain. Namun, kita tidak memahami prinsip-prinsip kebenaran ini.

Karena itu, kita harus bersungguh hati mendalami prinsip kebenaran.

Giat menanam kebajikan akan menghapus malapetaka. Menyucikan hati sendiri akan mendatangkan keselamatan dan kesejahteraan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -