Master Bercerita: Di Bawah Pohon Berangan

Di alam semesta ini, segala tempat hidup semua makhluk memerlukan keharmonisan. Contohnya, negara membutuhkan perdamaian. Masyarakat membutuhkan ketenteraman. Lingkungan tempat tinggal perlu kerukunan. Keharmonisan tidak hanya dibutuhkan oleh manusia, melainkan juga semua makhluk hidup.

Manusia kerap menekankan kebajikan. Kebajikan tanpa keharmonisan tetap akan membawa masalah. Kebajikan tanpa keharmonisan bukanlah kebajikan. Jika masyarakat kita tak dapat harmonis, ia akan kacau. Jika keluarga tak dapat harmonis, ia tidak akan bahagia. Jika tiada keharmonisan dalam watak manusia, watak ini akan menjadi jahat. Jadi, kita harus menciptakan keharmonisan pikiran.

 

Terhadap manusia, hal, materi, dan prinsip, kita harus harmonis. Tanpa keharmonisan, kehidupan tidak akan sempurna. Kita harus senantiasa mengikis ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan, barulah bisa tenang dan harmonis serta selalu damai; bebas dari kebencian, kemarahan, rasa iri, ketamakan, keraguan, dan kesombongan.

Untuk itu kita harus senantiasa mengendalikan pikiran kita. Jika pikiran tak dikendalikan dengan baik, bagaimana kita bisa harmonis dalam menghadapi orang dan masalah? Kita harus melatih batin kita dan mengendalikan pikiran dengan baik. Demikianlah manusia.

Sesungguhnya, makhluk bernyawa apa pun tak bisa kekurangan keharmonisan. Dengan adanya keharmonisan batin, baru ada keharmonisan antarsesama. Jika kita dapat mengharmoniskan batin kita, barulah kita bisa menghormati orang lain. Dengan adanya rasa hormat, barulah ada rasa saling mengasihi.

 

Di sebuah gunung ada sebatang pohon berangan liar. Buah berangan di pohon itu sudah matang. Saat angin berembus, buah berangan berjatuhan ke tanah. Melihatnya, sekelompok kera sangat gembira. Dengan sebuah keranjang, mereka memunguti buah berangan itu. Selain untuk dimakan sendiri, mereka juga membawa buah itu pulang untuk dibagikan kepada kelompok mereka.

Saat mereka sedang memunguti buah, buah dari atas pohon masih terus berjatuhan. Salah satu kera berkata kepada kawanannya, "Kita ambil secukupnya saja dan sisakan untuk para rubah." Senang keranjang mereka sudah penuh, mereka lalu beranjak pulang.

 

Tak lama kemudian, rubah datang. Melihat buah berangan di tanah, ia sangat senang dan mulai memungutinya. Dalam hati ia berpikir, "Aku akan menyisakan untuk para tikus." Ia pun mengambil secukupnya, lalu pulang dengan menyisakan sedikit buah di tanah.

Tak lama kemudian, beberapa ekor tikus datang dan mulai memunguti buah berangan itu. Sambil memungut, mereka melihat ke sekeliling, sepertinya tiada lagi hewan yang akan muncul. Mereka akhirnya memunguti semua buah berangan yang tersisa di tanah, lalu pergi.

 

Tak disangka, setelah itu, datanglah seekor berang-berang. Melihat tak ada lagi buah berangan di tanah, tetapi masih ada buah berangan di atas pohon, ia berpikir, "Mengapa aku begitu lamban?" Namun, berhubung tiada lagi buah di tanah, ia memandangi pohon dan berpikir, "Buah yang tidak jatuh alami dari pohon, bolehkah aku petik sendiri? Tidak, aku lebih baik menaati hukum alam." Ia lalu merasa kecewa.

Pada saat itu, seekor burung gagak merasa kasihan pada si berang-berang. Atas dasar belas kasih, ia terbang ke atas pohon dan menggoyang-goyangkan pohon itu sehingga batang-batang pohon itu bergetar dan buah berangan berjatuhan ke tanah. Melihat buah berjatuhan, si berang-berang sangat senang dan memunguti buah-buah itu untuk dibawa pulang.

 


Melihat hal ini dari atas pohon, burung gagak ini juga merasa bahagia. Dengan sebuah tindakan kecil, ia membawa kebahagiaan bagi sesama hewan. Ia sendiri juga gembira.

Ini memang hanyalah cerita animasi. Namun, dari dalamnya kita bisa melihat bahwa hewan juga bisa hidup harmonis dan saling menghormati. Mereka hidup harmonis, saling menghormati, dan saling mengasihi. Ini menggambarkan alam liar yang damai.

Kita harus ingat bahwa keharmonisan adalah yang paling berharga. Dunia membutuhkan perdamaian. Masyarakat membutuhkan keharmonisan. Hati manusia membutuhkan keselarasan. Jika hati manusia harmonis dan selaras, barulah masyarakat akan harmonis dan dunia akan damai. Jadi, keharmonisan ini sangatlah penting.

Sumber: Program Master Cheng Yen Bercerita (DAAI TV)
Penerjemah : Hendry, Karlena, Marlina, Stella (DAAI TV Indonesia)
Penyelaras : Khusnul Khotimah

Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -