Master Bercerita: Memimpikan Enam Alam Kehidupan

Penderitaan dan kebahagiaan bergantung pada sebersit niat. Saat buah karma terpampang di hadapan, kita bagai merasakan puluhan ribu kali kematian dan terlahir di alam neraka. Jadi, alam neraka tidak terlalu jauh dari alam manusia. Benih apa yang ditanam, itulah buah yang akan kita tuai.

Janganlah berkata bahwa dalam kehidupan ini, kita tak dapat melihat di mana alam neraka berada. Saat buah karma matang, sesungguhnya alam neraka ada di alam manusia. Ia bukan tak terlihat.

Saya ingin berbagi sebuah kisah dengan kalian. Di dalam karangan Mahabhiksu Lian Chi ada sebuah kisah seperti ini. Seorang nyonya di sebuah keluarga berada sangat gemar memakan daging hewan, terutama hewan yang dimasak hidup-hidup. Suaminya sudah bervegetaris sejak muda. Suaminya adalah umat yang sangat menghormati Tiga Permata dan gemar berdana.

doc tzu chi

Suatu hari, saat sang istri ingin merayakan ulang tahun secara besar-besaran. Banyak babi, ayam, dan itik ditangkap untuk dijadikan santapan. Mendengar tangisan hewan-hewan itu, sang suami berkata kepada istrinya, "Kamu boleh merayakan ulang tahunmu. Akan tetapi, bagaimana boleh kamu mengorbankan begitu banyak hewan?"

Istrinya menjawab, "Hewan-hewan ini lahir untuk dibunuh dan disantap oleh orang. Jika kamu tidak membunuh dan menyantap mereka, bukankah dunia ini akan menjadi dunia yang penuh dengan hewan?" Sang suami sangat tak berdaya.

Malam itu, sang istri bermimpi dia berjalan ke dapur. Dia melihat si juru masak mengangkat babi ke atas bangku. Sang istri merasa dirinya adalah babi itu. Si juru masak mengambil sebilah pisau tajam dan berjalan ke arahnya. Lalu, menusuk leher babi tersebut. Darah si babi terus mengalir. Sebelum mengembuskan napas terakhir, si babi kembali disiram dengan air mendidih. Kemudian, bulunya dicukur. Selanjutnya, seekor kambing diangkat masuk dan diiris-iris dagingnya. Kemudian, terdengar suara jeritan ayam dan itik. Mereka dipotong seiris demi seiris.

doc tzu chi

Di saat yang bersamaan, si juru masak mengambil seekor ikan mas yang masih hidup. Pelayannya berkata, "Nyonya paling suka  makan bakso ikan. Mari kita potong ikan ini." Pelayan itu mulai membuang sisik ikan tersebut. Ikan itu sangat kesakitan, tetapi pelayan dan juru masak itu malah berbincang dengan gembira. Sang istri menjerit ketakutan hingga terjaga dari tidurnya.

Pelayannya masuk ke kamar dan berkata, "Nyonya, ada bakso ikan kesukaan Nyonya." Dengan sangat ketakutan, sang nyonya berkata, "Cepat bawa keluar." Suaminya datang dan bertanya, "Apa yang terjadi?" Dia menceritakan satu per satu mimpinya kepada suaminya. "Saya percaya adanya alam neraka dan hukum karma. Itu sangat menakutkan dan menderita."

Sang suami berkata padanya, "Kamu harus lebih banyak membangkitkan cinta kasih dan welas asih serta lebih banyak menanam benih karma baik." Sejak saat itu, sang istri mulai bervegetaris dan menyatakan perlindungan kepada Buddha.

doc tzu chi

Kisahnya hanya sampai di sini. Namun, apakah setelah berlindung kepada Buddha dan bervegetaris, dia dapat terhindar dari derita alam neraka? Apakah setelah dia terbangun dari tidurnya, siksaan di dalam pikirannya dapat terlenyapkan? Tidak tahu.

Singkat kata, seberapa jauh jarak alam neraka dari alam manusia? Seharusnya tidak terlalu jauh. Karena tidak memercayai hukum sebab akibat, kita mungkin melakukan banyak kejahatan. Penderitaan dan kebahagiaan hanya bergantung pada sebersit niat. Lebih baik kita menciptakan karma baik atau menanam benih karma buruk?

Dengan menciptakan karma baik, tentu kita akan memperoleh kebahagiaan, sebaliknya jika menciptakan karma buruk, maka kita akan tersiksa akibat penderitaan fisik dan batin. Inilah hukum sebab akibat. Contohnya sang istri tadi. Saat buah karma matang, dalam waktu sekejap saja, dia dapat merasakan berbagai penderitaan di alam neraka.

Jadi, kita harus meyakini hukum sebab akibat. Lihatlah, dia sendiri merasakan kesakitan dan penderitaan dalam wujud yang berbeda-beda. Seperti inilah penderitaan di neraka. Semua orang pasti menerima buah hasil perbuatannya sendiri. Setiap orang menerima konsekuensi dari perbuatannya masing-masing.

Lihatlah, alam neraka menyeramkan atau tidak? Kita juga dapat melihat alam neraka di alam manusia. Ada orang memakan ikan atau daging bukan dengan dimasak, tetapi dengan dipanggang. Hewan-hewan itu ditusuk dengan garpu panjang, lalu dipanggang dengan api. Setelah dibakar, minyaknya terus menetes. Setelah itu, dagingnya diiris-iris untuk dihidangkan.

Pikirkanlah, apakah itu berbeda dengan alam neraka? Hewan-hewan itu mengalami siksaan alam neraka di alam manusia. Tangisan mereka tidak terdengar. Seperti nyonya tadi yang telah merasakan penderitaan babi, kambing, ayam, itik, ikan, dan lain-lain. Dia melihat pelayannya menyembelih hewan sambil bercanda dengan orang lain. Meski dia berteriak meminta tolong di sana, tetapi tak ada orang yang menolongnya.

Baik ayam, itik, babi, maupun kambing, semuanya menangis sedih dan meminta tolong di dapur. Saat ditusuk dengan sumpit atau pisau, mungkin mereka sedang mengerang kesakitan  atau menyumpahi kita. Mereka menyumpahi, "Sekarang kamu memakan dagingku, kelak aku akan menggerogoti tulangmu." Sungguh menakutkan.

Neraka dapat terlihat di alam manusia. Jadi, kita sungguh harus membangkitkan niat baik dan menghormati semua kehidupan. Dengan melepaskan makhluk hidup, melindungi makhluk hidup, dan tidak membunuh mereka, bukankah hati kita akan terasa tenang?

Saudara sekalian, dalam mempelajari ajaran Buddha, kita harus meyakini hukum sebab akibat. Jika tidak, maka saat buah karma matang, kita akan bagai merasakan puluhan ribu kali kematian dan merasakan penderitaan di alam neraka. Penderitaan seperti itu sungguh tak terkira. Jadi, harap semuanya senantiasa bersungguh hati.

Gambar: Program Master Cheng Yen Bercerita (DAAI TV Indonesia).

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina.

Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -