Master Bercerita: Penari yang Mencari Dharma


Kita harus bersungguh hati dan menggenggam waktu yang ada. Saat tubuh kita sehat dan indra kita sempurna, kita harus bersungguh-sungguh mendengar Dharma dan menyerapnya ke dalam hati. Dengan mendengar Dharma, kita dapat menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita. Jadi, jangan menunggu hingga sudah berumur, baru hendak tekun mendalami Dharma. Itu sudah terlambat. Kehidupan manusia sangatlah singkat.

Dahulu, saya sering berkata, "Nafsu keinginan bagaikan ombak tinggi yang menimbulkan gejolak pada lautan penderitaan." Di dunia ini, pikiran makhluk awam sangatlah rumit. Setelah mendengar Dharma yang merupakan kesempatan langka, orang-orang dipenuhi sukacita. Dengan penuh sukacita, mereka menyerap Dharma ke dalam hati.


Orang-orang sering kali berkata, "Saya telah memahami Dharma." Saat ada yang bertanya apakah mereka tahu bahwa kehidupan semua makhluk setara, mereka menjawab, "Ya, kehidupan semua makhluk setara." Namun, saat ditanya apakah mereka bervegetaris, mereka berkata, "Hanya saat saya bisa. Saat ada waktu dan jalinan jodoh, saya akan bervegetaris. Namun, saat bersosialisasi dengan orang lain, saya tetap pergi ke restoran mewah."

Saat ditanya mengapa, mereka berkata, "Ini demi bersosialisasi, saya tidak punya pilihan lain." Demi bersosialisasi dan memenuhi nafsu makan, mereka tidak dapat mengendalikan pikiran mereka. Jika demikian, bisakah mereka menyeberangi sungai kerisauan?


Di Kekaisaran Maurya, Raja Asoka menjunjung tinggi ajaran Buddha. Karena itu, dia bertekad untuk menyebarluaskan ajaran Buddha. Dia sering memberi persembahan kepada Sangha. Harapannya ialah setiap orang di negerinya dapat mendengar Dharma. Dia juga sering mengundang anggota Sangha ke istana untuk membabarkan Dharma.

Suatu hari, dia mengundang seorang bhiksu ke istana untuk menerima persembahan dan membabarkan Dharma. Saat itu, wanita tidak bisa mendengar Dharma secara terang-terangan. Para dayang istana harus bersembunyi di balik tirai untuk mendengar Dharma. Di antara mereka, ada seorang penari yang memiliki akar kebajikan dan kebijaksanaan. Dia sangat gemar mempelajari ajaran Buddha. Dia juga bersembunyi di balik tirai dan mendengar bhiksu itu mengulas tentang berdana dan berpegang pada sila.


Dia sangat tergugah dan berpikir, "Apakah yang diulas hanya tentang dua hal ini? Ceramahnya sudah berakhir? Pasti masih ada kebenaran yang bisa dibabarkan." Berhubung ceramah bhiksu itu akan segera berakhir dan dia tidak bisa menahan kehausannya terhadap Dharma, dia pun menyibak tirai tanpa berpikir panjang. Dia berlari ke hadapan bhiksu itu serta bersujud dan memohon dengan penuh hormat agar bhiksu itu dapat menjelaskan secara lebih mendetail. "Apakah Yang Arya hanya akan mengulas tentang berpegang pada sila dan berdana? Aku hendak lebih memahami makna sesungguhnya dari ajaran Buddha. Aku membahayakan nyawaku untuk memohon padamu."

Bhiksu itu sangat tersentuh dan berkata, "Kehidupan penuh dengan penderitaan. Penderitaan berasal dari nafsu keinginan." Penari itu lalu bertanya, "Dari mana nafsu keinginan berasal?" Bhiksu itu lalu menjelaskan Empat Kebenaran Mulia secara mendetail kepada penari itu. Sang penari bersungguh hati menyerap Empat Kebenaran Mulia ke dalam hati dan pada seketika itu juga, dia memahami segala kebenaran.


Dia tahu bahwa keluar dari balik tirai, dia akan dikenakan hukuman berat. Berhubung takut terlibat dalam masalah karena penari itu, dayang istana lainnya segera bersembunyi. Sang penari sendiri juga tahu akibat perbuatannya. Namun, setelah mendengar Dharma, dia merasa damai dan tenang. Dia mengambil sebilah pisau dan membawanya ke hadapan sang raja.

Setelah bersujud di hadapan sang raja, dia berlutut dan berkata, "Aku telah melakukan pelanggaran terbesar. Tidak mudah untuk terlahir sebagai manusia. Hidup sebagai manusia di dunia ini, aku merasa bahwa ada banyak prinsip kebenaran yang tidak aku pahami. Kini aku telah tercerahkan. Dharma ada di dalam hatiku dan aku dipenuhi sukacita. Mohon Yang Mulia dapat menghapus aturan yang melarang wanita untuk mendengar Dharma secara terang-terangan. Meski harus menerima hukuman dari Yang Mulia, aku rela."


Melihat bahwa dia sungguh-sungguh menghadapi hidup dan mati dengan tenang, sang raja menyadari bahwa dirinya harus bertobat. "Mengapa aku harus membeda-bedakan pria dan wanita? Wanita juga bisa menjadi Buddha. Engkau sangat berani. Terima kasih telah mengingatkanku bahwa dalam mempelajari ajaran Buddha, pria dan wanita hendaknya setara."

Demikianlah, pada masa Raja Asoka, semua orang dapat mempelajari ajaran Buddha. Raja Asoka menjunjung tinggi ajaran Buddha. Pada masa itu, ajaran Buddha berkembang pesat di seluruh India. Hingga kini, masih dikatakan bahwa Raja Asoka membangun 84 ribu stupa sebagai wujud rasa hormat terhadap ajaran Buddha. Jadi, kita harus tahu bahwa dalam mempelajari ajaran Buddha, kita harus sangat bersungguh hati dan berani.


Contohnya penari pada masa Raja Asoka. Dia hanyalah seorang gadis biasa, tetapi dia sangat berani. Dia bahkan rela membahayakan nyawanya demi bisa memahami ajaran Buddha. Karena perbuatannyalah, aturan itu akhirnya dihapus. Ini merupakan sebuah kontribusi besar. Jadi, kita harus tahu bahwa Dharma dapat menyeberangkan kita. Hanya Dharma yang bisa demikian.

Dengan Dharma, barulah kita bisa mencapai kondisi batin yang hening dan damai. Jika batin kita hening dan damai, berarti kita telah menyeberangi sungai kerisauan dan mencapai pantai kebahagiaan. Dalam mempelajari ajaran Buddha, kita harus berani dan bersemangat. Selain dana dan sila, kita juga harus menjalankan kesabaran, semangat, konsentrasi, dan kebijaksanaan. Jadi, kita hendaklah bersungguh hati.

Sumber: Program Master Cheng Yen Bercerita (DAAI TV)
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia (DAAI TV Indonesia)
Penyelaras: Khusnul Khotimah
Dengan keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -