Master Bercerita: Persahabatan Kuda dan Kambing

Kita hendaknya tahu bahwa sulit untuk terlahir sebagai manusia. Kita harus bersyukur saat hidup dalam kondisi aman dan tenteram. Setelah mendengar Dharma, kita harus membangkitkan cinta kasih yang setara terhadap semua makhluk di dunia. Untuk itu, kita harus menyerap ajaran Buddha ke dalam hati. Tujuan Buddha membabarkan Dharma adalah untuk mengajarkan orang-orang agar menghargai tubuh ini. Buddha mengajarkan orang-orang untuk tahu menghargai tubuh ini.

Kita yang terlahir sebagai manusia disebut sebagai makhluk tercerdas di bumi. Ini adalah hal yang sulit ditemui. Makhluk hidup di dunia ini sangat banyak. Jenisnya tak terhitung karena sangat banyak. Kita sangat beruntung karena dapat terlahir sebagai manusia. Di antara begitu banyak makhluk hidup, kita harus sangat menghargai kesempatan karena dapat terlahir sebagai manusia.  Sebagai makhluk yang tercerdas, kita harus membangkitkan kasih sayang terhadap semua makhluk. Buddha mengajarkan kita untuk mengasihi semua makhluk.


Ada seekor kuda peliharaan. Kuda yang sudah berusia 40-an tahun ini kehilangan salah satu daya penglihatannya, sedangkan matanya yang lainnya buram. Karena khawatir si kuda kesulitan bertahan hidup dalam kondisi buta, sang pemilik berpikir untuk melakukan suntik mati terhadap kudanya.

Ada pula seekor kambing di dalam peternakan itu. Kambing ini sering menghabiskan waktu bersama si kuda agar kuda bisa mengenalnya. Saat si kuda berjalan, si kambing pasti mengikuti  di sisi yang terlihat oleh si kuda. Berselang beberapa waktu, si kuda sangat memercayai si kambing. Perlahan-lahan kedua mata si kuda tak dapat lagi melihat. Ia hanya dapat mengandalkan pendengarannya untuk mengetahui gerakan si kambing.


Ke mana pun si kamping pergi, si kuda akan mengikuti. Setiap hari si kambing menuntun si kuda pergi memakan rumput. Suatu hari, tiba-tiba terjadi angin rebut dan turun hujan lebat. Si kambing berlari dengan cepat. Ia berlari menuju rumah pemilik peternakan dan terus bersuara untuk memanggil sang pemilik. Karena tidak tahu apa yang terjadi, sang pemilik dan keluarganya segera keluar mengikuti si kambing.

Melihat pohon-pohon yang tumbang, mereka segera memindahkannya. Si kuda pun terselamatkan. Setelah peristiwa itu, sang pemilik memahami bahwa meski berbeda jenis, tetapi hewan juga memiliki cinta kasih. Sang pemilik merasa tenang dan terus memelihara si kuda. Setelah 16 tahun berlalu, si kuda pun mati. Mengetahui bahwa si kuda sudah mati, si kambing datang ke hadapan kuda dan menundukkan kepala sebagai petanda berduka.


Pikirkanlah, inilah dunia hewan. Meski berbeda jenis, hewan tetap dapat membangkitkan belas kasih dan cinta kasihnya. Lalu, bagaimana dengan manusia? Apakah manusia juga dapat demikian? Inilah yang harus kita pelajari. Kita harus belajar memiliki cinta kasih yang setara. Kita harus percaya bahwa semua makhluk memiliki sifat hakiki yang setara. Kita harus memahaminya dengan sepenuh hati.

Inilah prinsip kebenaran. Kebenaran ada di dunia dan di dalam hubungan antarsesama. Jadi, kita harus bersungguh hati. Contohnya kuda dan kambing tadi. Saya yakin saat terlahir kembali, mereka tetap membawa hati penuh syukur, hormat, dan cinta kasih yang setara.


Kini kita dapat melihat banyak anak yang polos dan menggemaskan. Mereka tidak tega melihat hewan dijadikan santapan karena hewan juga memiliki kehidupan. Inilah cinta kasih dan kepolosan hati. Inilah sifat hakiki semua makhluk, yaitu kebajikan. Semoga setiap orang dapat memahami bahwa semua makhluk memiliki hakikat kebuddhaan. Semua makhluk adalah calon Buddha dan adalah setara.

Setiap manusia yang di bumi ini hendaknya membangkitkan cinta kasih dan welas asih yang setara. Kita harus saling menyemangati untuk mempelakukan semua makhluk di dunia dengan pandangan setara. Saya berharap setiap orang  dapat memahami prinsip kebenaran ini. Karena itu, kita harus lebih bersungguh hati.
Berlombalah demi kebaikan di dalam kehidupan, manfaatkanlah setiap detik dengan sebaik-baiknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -