Master Bercerita: Pria Miskin Membakar Pakaian

Saat kita berada di tengah lingkungan yang tenang, kondisi batin kita bagaikan sebidang cermin yang tertutup dari kondisi luar dan tidak merefleksikan apa pun. Namun, jika di permukaan cermin terdapat debu, maka debu itu akan tetap ada.

Dengan adanya debu di permukaan cermin, kondisi luar seperti apa pun akan terlihat kabur sehingga kita tidak bisa melihat kebenaran.

Untuk melihat keindahan kondisi luar, kita harus mengelap cermin batin hingga bersih agar bisa melihat kondisi luar dengan jelas.

 

Ada seorang pria miskin yang diundang ke pesta pernikahan kerabatnya. Dia sangat gembira karena dalam pesta pasti ada makanan lezat. Namun, untuk menghadiri pesta, dia harus menjaga penampilannya. Jadi, dalam waktu yang lama, dia sangat bekerja keras.


Dia bersusah payah baru bisa membeli sepotong kain untuk menjahit pakaian baru. Dia sangat gembira karenanya.

Setelah menjahit pakaian baru, dia mengenakannya dan terlihat berwibawa. Dia merasa sangat puas. Dengan gembira, dia pergi ke rumah kerabatnya. Dalam pesta itu, banyak kerabat dan teman yang hadir.

 

Saat dia menghadiri pesta itu, seorang pria tua duduk di sampingnya dan berkata padanya, "Kamu terlihat berwibawa. Sayang sekali hanya mengenakan pakaian sederhana seperti ini. Jika mengenakan pakaian mewah, kamu pasti bagaikan orang berkedudukan tinggi."

 

Dia berkata, "Apa yang bisa saya lakukan? Saya bekerja keras sangat lama, baru bisa membeli kain untuk menjahit pakaian ini."

Pria tua itu berkata padanya, "Jika kamu menuruti perkataan saya, saya yakin kamu bisa menukar pakaianmu yang sederhana ini dengan pakaian yang mewah."

Pria tua itu lalu mengajaknya berjalan ke suatu tempat dan berkata padanya, "Dengan menuruti perkataan saya, kamu pasti bisa mendapatkannya."

Dia merasa bahwa dia akan sangat gembira jika bisa mendapatkannya.

 

Pria tua itu lalu menyalakan api. Saat api sudah berkobar, pria tua itu berkata, "Tanggalkan pakaianmu dan lemparlah ke dalam kobaran api. Dengan begitu, pakaianmu yang sederhana akan berubah menjadi pakaian yang mewah."

Pria miskin itu sungguh menuruti perkataannya dan menanggalkan pakaian yang dia kenakan, lalu melemparnya ke dalam kobaran api. Api yang membara tentu menghanguskan pakaiannya.

 

Saat pakaiannya terbakar, pria miskin itu terus menanti pakaiannya yang terbakar berubah menjadi pakaian yang mewah. Pria miskin itu terus berdoa dengan tulus. Namun, saat api padam, yang tersisa hanyalah setumpuk abu, tidak ada apa pun lagi.


Pria miskin itu lalu bertanya pada pria tua, "Di mana pakaian saya?"

Pria tua itu berkata, "Kamu tidak cukup tulus."

Setelah itu, pria tua itu pun pergi.

Pria miskin itu menangis pilu di sana.

 

Saya sering berkata bahwa sulit untuk terlahir sebagai manusia dan mengenal Dharma. Bisa terlahir sebagai manusia di kehidupan ini, kita hendaknya tahu bahwa di kehidupan lampau, kita pasti telah menciptakan karma baik. Kita hendaknya menghargai tubuh ini dan bersungguh-sungguh untuk terus tekun dan bersemangat membina keluhuran dan pelatihan diri. Namun, pria miskin itu tidak demikian. Karena itu, saat menghadapi godaan, dia mudah menyimpang dan tersesat.

Usia kehidupan manusia sangatlah singkat. Di kehidupan ini, jika kita tidak bersungguh-sungguh memanfaatkan tubuh yang merupakan media pelatihan ini untuk melatih diri, maka sedikit menyimpang saja, mungkin butuh puluhan ribu kalpa bagi kita untuk terlahir kembali sebagai manusia. Akankah kita seperti pria miskin itu?

 

Kita hendaknya senantiasa meningkatkan kewaspadaan agar pikiran kita tidak menyimpang ataupun melakukan perbuatan yang tidak baik. Saat kita tergoda, pikiran buruk akan timbul dan ketika kita melakukannya, kita dapat menciptakan karma buruk. Jadi, kita harus bersungguh hati.

Jika kita menyimpang sedikit saja dan cermin batin kita buram, saat orang lain memberikan nasihat, kita belum tentu bisa menerimanya, bahkan mungkin selalu diselimuti delusi. Ini bisa mendatangkan penderitaan yang tak terkira.

Manusia mengenakan pakaian karena memiliki rasa malu. Ini juga menunjukkan rasa hormat terhadap sesama. Selain penampilan luar, kita juga hendaknya memperhatikan batin kita. Jika kita hanya mementingkan kualitas pakaian, berarti kita tamak akan kenikmatan sesaat.

Jangan biarkan kenikmatan sesaat mengikis karma baik yang susah payah kita ciptakan di kehidupan lampau hingga bisa terlahir sebagai manusia sekarang. Contohnya pria miskin yang memiliki pakaian yang sederhana itu.

Pakaian yang sederhana juga tidak buruk asalkan pantas dan sopan. Jadi, dalam mempelajari Dharma, bagaimanapun bentuk fisik kita, kita hendaknya menghargainya dan tidak menggunakannya dalam hal yang salah.

Sumber: Program Master Cheng Yen Bercerita (DAAI TV)
Penerjemah : Hendry, Karlena, Marlina, Stella (DAAI TV Indonesia)
Penyelaras : Khusnul Khotimah
Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -