Master Bercerita: Tuan Tanah Penyebar Kebajikan


Sebagai makhluk yang berakal budi, manusia selalu berkata, "Kita pasti bisa mengalahkan alam dan melakukan segalanya." Jika benar demikian, mengapa manusia tidak berpikir untuk melindungi semua kehidupan?

Pada hakikatnya, sifat manusia ialah bajik. Dengan sifat hakiki yang bajik ini, kita hendaknya melindungi semua makhluk. Kita hendaklah hidup berdampingan dengan segala sesuatu di dunia ini. Kita hendaknya menghargai dan melindungi hewan karena hewan juga turut berkontribusi untuk kehidupan manusia yang nyaman.

Beragam tanaman pangan bertumbuh seiring pertukaran empat musim. Tanah, air, dan cahaya matahari yang pas pada setiap musim telah menyediakan apa yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk bertahan hidup.


Semua makhluk hidup berinteraksi dan mendukung kehidupan satu sama lain. Semuanya saling berkaitan. Sesama makhluk hidup hendaklah saling mengasihi. Bagaimana manusia melindungi kehidupan? Asalkan membina cinta kasih untuk melindungi kehidupan, kita akan dipenuhi berkah.

Sesuai hukum sebab akibat, semua perbuatan kita akan berbuah pada waktunya. Dalam sejarah kuno dari Sutra Buddha dan kisah zaman dahulu, agar orang-orang lebih memahami hukum sebab akibat, kisah kehidupan manusia juga digunakan sebagai perumpamaan untuk menjelaskan hukum sebab akibat. Karena itulah, terdapat sebuah kisah seperti ini.


Ada seorang tuan tanah yang memiliki banyak sawah. Suatu kali, dia membuka bukunya yang tebal dan mendapati bahwa dia harus menagih biaya sewa dari seorang petani. Dia pun pergi ke desa petani itu.

Demi menyambut tuan tanah ini, petani itu berusaha untuk menangkap satu-satunya ayam yang dimiliki guna disembelih dan dimasak. Berhubung petani itu berusaha untuk menangkapnya, ayam itu berlarian dengan panik dan berkotek pilu.


Melihat ayam betina itu, tuan tanah ini merasa tidak tega dan berkata, "Jangan menangkap ataupun menyembelihnya. Berhubung langit mengasihi semua makhluk, maka aku tidak tega mengonsumsi dagingnya. Nasi putih dan sayuran yang sederhana saja sudah membuatku berpuas diri dan bisa menunjukkan ketulusanmu menyambutku." Ayam itu berlari dengan santai sambil berkotek-kotek karena nyawanya telah terselamatkan.

Setelah menerima jamuan dan keluar dari rumah petani itu, tuan tanah ini melihat ayam tadi sedang mengerami telur di sarangnya. Ternyata, di dalam sarangnya terdapat banyak telur. Tuan tanah ini merasa lega karena niat baiknya tadi telah menyelamatkan ayam betina itu sehingga ia dapat menjaga telur-telurnya. Dia merasa sangat gembira.


Saat petani itu hendak mengantarnya, dia berkata, "Biaya sewa kali ini tidak perlu dibayar. Kasihilah semua makhluk hidup." Dia meneruskan kebaikan ini kepada petani itu.

Menerima kebaikan ini, petani itu bertekad dan berikrar untuk giat bercocok tanam dan mengasihi semua makhluk hidup. Dia tidak akan membunuh hewan lagi serta akan mengasihi kerbau dan hewan ternaknya. Semua ini berawal dari sebersit niat.


Suatu kali, terjadi pergolakan dan peperangan. Ada sekelompok prajurit yang semula hendak menyita harta petani tersebut. Namun, mereka melihat petani yang merupakan umat Buddha yang taat itu tengah melantunkan Sutra dengan khidmat di depan rupang Buddha. Saat tiba di depan pintu rumahnya, kuda-kuda itu diam dengan sendirinya. Prajurit yang duduk di atas kuda juga diam.

Saat mereka diam dan mendengarkan lantunan Sutra, pikiran mereka menjadi sangat tenang. Mendengar petani itu melafalkan nama Buddha, pikiran mereka menjadi tenang. Mendengar tentang menghindari membunuh dan mengonsumsi daging, mereka bertobat dengan sendirinya dan menyadari banyak prinsip kebenaran. Setelah itu, peperangan pun berakhir. Para prajurit ini juga beralih profesi. Ada yang menjadi pekerja, ada yang menjadi petani, ada pula yang menjadi pedagang.


Setiap orang mencari nafkah dengan cara sendiri sehingga masyarakat kembali damai dan tenteram. Jadi, kita harus membimbing orang-orang yang tersesat dengan cinta kasih dan welas asih agar mereka dapat kembali ke jalan yang benar.

Mari kita menenangkan pikiran dan pikirkanlah tentang cinta kasih dan welas asih. Bagaimana agar masyarakat damai dan bahagia? Menciptakan berkah bagi dunia, inilah wujud cinta kasih. Timbulnya niat untuk bersumbangsih setelah melihat penderitaan di dunia ini, inilah wujud welas asih.


Kita hendaknya selalu memikirkan penderitaan orang lain. Saat melihat orang-orang yang menderita, kita hendaknya menyadari bahwa jika kita tidak menolong mereka, penderitaan seperti ini mungkin juga akan menghampiri kita. Singkat kata, kita harus membimbing orang-orang dengan cinta kasih dan welas asih agar mereka tidak tersesat.

Kita harus giat mempraktikkan kebenaran. Hanya tahu dan paham tidaklah cukup. Kita harus bertindak secara nyata untuk membangkitkan kebajikan orang-orang. Janganlah kita membatasi cinta kasih kita. Asalkan mampu bersumbangsih, setiap orang hendaklah bersumbangsih. Inilah arah yang benar dalam hidup ini.  

Sumber: Program Master Cheng Yen Bercerita (DAAI TV)
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto (DAAI TV Indonesia)
Penyelaras: Khusnul Khotimah         
Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -