Master Bercerita: Wanita dan Anjing Serigala

Nafsu keinginan dalam kehidupan sehari-hari mendatangkan banyak noda batin dan masalah bagi kita. Nafsu keinginan ini bagaikan racun yang ditambahi madu. Meski terasa manis, tetapi racun ini akan perlahan-lahan menggerogoti organ tubuh kita sehingga kita merasakaan penderitaan tak terkira.

Contohnya orang-orang yang mengonsumsi narkoba. Awalnya, mereka merasa sangat relaks, bagaikan melayang di udara. Namun, jika sudah kecanduan, mereka akan mengalami penderitaan tak terkira saat tidak dapat mengonsumsinya.


Seorang pecandu narkoba pernah berbagi bahwa saat kambuh, rasanya seperti ada ulat yang sedang menggerogoti seluruh tubuhnya serta memakan daging dan tulangnya. Dia merasakan penderitaan yang tak terkira.

Katanya, saat kambuh, dia sangat ingin menabrakkan diri ke tembok. Dia tidak dapat mengendalikan diri. Dia dengan jujur mendeskripsikan kondisinya saat kambuh. Dia juga ingin berhenti mengonsumsi narkoba, tetapi itu butuh pengorbanan yang sangat besar dan waktu yang sangat lama.


Sesungguhnya, begitu pikiran kita menyimpang, kita akan tersesat dan lepas kendali.  Namun, jika kita bisa berpegang pada kebijaksanaan dan keteguhan hati, secara alami kita tidak akan tergoda oleh lima nafsu keinginan. Sesungguhnya, lima nafsu keinginan berujung pada penderitaan.

Terdapat sebuah kisah singkat dalam Sutra. Ada seorang wanita yang memiliki suami yang sangat mencintainya dan kaya. Dia memiliki rumah tangga yang bahagia dan harmonis. Suatu hari, wanita ini mengenal seorang pemuda. Dengan kata-kata manis, pemuda itu berhasil memikatnya. Jadi, dia memiliki hubungan gelap dengannya.


Pemuda itu berkata padanya, "Hubungan gelap seperti ini tidaklah bebas. Mengapa kita tidak meninggalkan tempat ini dan membangun keluarga baru milik kita berdua di tempat lain?" Mendengar ucapannya, wanita itu pun setuju. Suatu hari, setelah suaminya keluar, dia pun mengemas semua barang berharga di rumahnya dan minggat dari rumah.

Saat dia tiba di dermaga, pemuda itu berkata padanya, "Ayo, lekas berikan barang bawaanmu padaku. Aku akan terlebih dahulu mengangkut barang-barang ini ke seberang, lalu kembali untuk menjemputmu. Jika tertangkap oleh orang lain, konsekuensinya tidak terbayangkan." Wanita itu juga setuju dan berkata, "Benar, engkau angkut barang-barang ini dahulu. Aku akan menantimu di sini."


Pemuda itu pun membawa pergi barang-barangnya. Wanita itu terus menantinya di sana. Sehari berlalu, dua hari berlalu, tiga hari berlalu. Wanita itu kelaparan dan kedinginan di sana. Dia berjalan ke dekat pohon dengan harapan pohon itu dapat melindunginya dari angin dan hujan. Dia merasa dingin dan lapar. Penderitaannya sungguh tak terkira.


Dia sangat menyesal. Dia tidak berani pulang ke rumah. Orang yang dinantinya pun tak kunjung datang. Pada saat itulah, dia melihat seekor anjing serigala. Anjing itu menggigit seekor burung elang. Burung elang itu meronta-ronta di mulutnya. Saat berlari dengan elang di mulutnya, anjing itu melihat seekor ikan di dalam air. Ia pun melepas elang itu dan bergegas untuk menangkap ikan. Akhirnya, ikan itu berenang menjauh, burung elang itu pun telah terbang. Wanita itu pun tertawa melihat semua itu.


Dia berkata, "Anjing serigala yang bodoh. Engkau melepaskan elang dari mulutmu demi menangkap ikan. Sekarang, elang terbang, ikan pun kabur. Bodoh sekali." Anjing serigala itu berbalik dan berkata, "Kebodohanku hanya membuatku menanggung rasa lapar satu kali, sedangkan kebodohanmu telah merusak seumur hidupmu." Saat itu, wanita itu baru sadar seakan terbangun dari mimpi. "Aku bukan hanya bodoh, tetapi juga tamak. Aku melepaskan suami yang kaya dan mencintaiku serta rumah tangga yang harmonis hanya demi seseorang yang membohongiku."


Ini karena nafsu keinginan dan niat yang salah. Menyesal pun sudah terlambat. Orang-orang selalu ingin mengikuti nafsu keinginan. Namun, adakalanya, mengikuti nafsu keinginan bukan hanya tidak mendatangkan kebahagiaan, bahkan dapat mencelakai diri sendiri. Mereka mungkin akan menderita dan tersiksa di kehidupan ini, bahkan hingga kehidupan mendatang. Karena itu, jangan membiarkan pikiran kita ternoda.


Contohnya orang-orang yang gemar berjudi. Awalnya, mereka mungkin menang berjudi sehingga ketamakan mereka terbangkitkan. Akhirnya, berjudi menjadi suatu kebiasaan. Begitu terbangkitkan, ketamakan akan tidak terkendali. Karena itu, janganlah kita membangkitkan ketamakan. Yang terpenting, kita harus senantiasa menjaga pikiran dengan baik agar tidak terpengaruh oleh kondisi luar ataupun nafsu keinginan kita. Dengan demikian, kita akan damai dan tenang.

Sumber: Program Master Cheng Yen Bercerita (DAAI TV)
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, (DAAI TV Indonesia)
Penyelaras: Khusnul Khotimah
Seulas senyuman mampu menenteramkan hati yang cemas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -