Master Cheng Yen Bercerita: Burung yang Jatuh di Jaring

Di dalam kehidupan sehari-hari setiap orang, tak peduli kaya ataupun miskin, jika tidak menunaikan kewajiban diri sendiri atau bersikap lengah terhadap pikiran dan tindakan, maka pasti akan menuai penderitaan. Saya sering berkata bahwa kebahagiaan bukan bergantung pada materi atau latar belakang keluarga, melainkan bergantung pada tindakan kita.

Ada sebuah keluarga ternama yang terpecah belah akibat harta. Ada anaknya yang meninggal dunia, ada yang kecanduan obat-obat terlarang, dan ada yang gemar berjudi. Ada pula yang berubah total akibat masalah rumah tangga. Dalam keseharian, dia terjerumus oleh rokok dan minuman keras tanpa memedulikan kesehatannya. Mengetahui hal ini, insan Tzu Chi mencurahkan perhatian bagi keluarga ini dan menggunakan cinta kasih yang tulus untuk membuka pintu hati mereka. Akhirnya, seluruh anggota keluarga ini bersatu kembali dan memulai kehidupan baru mereka. Sungguh, di dalam kehidupan sehari-hari, kita harus menjaga pikiran dan jangan melanggar sila.

Sila adalah prinsip dasar untuk menjadi manusia yang baik. Jika kita melanggar sila, maka akan timbul ketamakan. Sila dapat menghindarkan pikiran kita dari ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan. Inilah lima penyakit batin. Jika tidak menaati sila, maka pikiran kita akan menyimpang sehingga timbullah ketamakan. Akibat ketamakan dan kebodohan, kita menjadi tersesat dan terbuai oleh cinta duniawi dan narkoba.

Seseorang yang terjerumus dalam perjudian juga ada hubungannya dengan kebodohan dan ketamakan. Karena itu, kita harus senantiasa mawas diri. Sama halnya dengan saat berjalan di atas bentangan tali, kita harus sangat berhati-hati. Setiap langkah kita harus sangat hati-hati. Karena itu, Buddha berkata kepada kita bahwa saat ketamakan bangkit, ia dapat membawa bencana bagi kita.

Ada seekor raja merpati yang memimpin lebih dari 500 ekor merpati mencari makanan. Mereka terbang ke dalam taman istana. Mendengar hal ini, kaisar berkata, “Ini sangat jarang terjadi.” Beliau segera meminta pelayannya untuk memasang jaring. Saat burung merpati datang kembali, mereka semua terperangkap jaring. Melihat hal itu, para menteri merasa sangat gembira. Begitu pula dengan kaisar. Sang kaisar berkata kepada para pelayannya, “Kurung semua merpati ini di dalam sangkar dan berikan mereka beras coklat setiap hari.”

Kaisar ingin memelihara mereka agar cepat gemuk. Raja merpati sangat menyesal. Namun, akibat sebersit pikiran yang menyimpang, ia memimpin kawanannya terbang ke istana hingga akhirnya terperangkap jaring. Ia merasa ini terjadi akibat kesalahannya.

Suatu hari, pelayan mengantar makanan seperti biasanya. Raja merpati berkata kepada kawanannya, “Jangan makan jika kalian ingin bertahan hidup.” Akan tetapi, kawanan merpati menjawab, “Jika tidak makan, kami akan mati kelaparan.” Raja merpati berkata, “Jika terus makan, tubuh kita akan menjadi gemuk. Inilah yang kaisar tunggu-tunggu. Dengan menguruskan tubuh, mungkin kita berkesempatan untuk menyelamatkan diri.” Demikianlah lebih dari 500 ekor burung merpati itu mulai berhenti makan.

Beberapa hari kemudian, burung-burung itu menjadi kurus. Raja merpati terus berpikir bagaimana cara mereka menyelamatkan diri. Ia pun menyadari celah sangkar dan terus mematuknya setiap hari. Badan para merpati pun kian kurus. Saat itu, raja merpati berkata kepada kawananannya, “Mari kita menenangkan hati dan melafalkan nama Buddha dengan tulus saat terbang keluar lewat lubang ini.” Raja merpati menjaga di belakang. Setelah 500 ekor merpati terbang keluar semua, barulah ia terbang meninggalkan sangkar itu.

Melihat raja merpati terbang keluar, kawanan merpati berkicau gembira. Suara kicauan kawanan merpati seperti tengah melafalkan nama Buddha, Dharma, dan Sangha. Bercerita sampai di sini, Buddha berkata, “Tahukah kalian? Raja merpati di saat itu adalah Aku sekarang, Buddha Sakyamuni dan 500 ekor burung merpati itu adalah kalian yang sekarang. Pada kehidupan lampau, kita selalu menaati sila sehingga dapat hidup aman dan tenteram. Namun, akibat sebersit pikiran menyimpang, kita hampir kehilangan nyawa. Karena itu, Aku ingin mengingatkan kalian agar menjaga pikiran dalam keseharian. Kita harus selalu mawas diri. Dalam keseharian, kita jangan memiliki sedikit pun pikiran yang menyimpang.”

Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus sangat berhati-hati terhadap setiap tindakan dan pikiran kita. Pikiran kita jangan menyimpang sedikit pun. Jika pikiran menyimpang sedikit saja, maka arah kehidupan kita akan sangat mudah tersesat. Ini akan mendatangkan penderitaan yang tak terkira. Karena itu, dalam kehidupan sehari-hari, kita harus menjaga pikiran dengan baik.

Gambar: Program Master Cheng Yen Bercerita (DAAI TV Indonesia).

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina.

Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -