Master Cheng Yen Bercerita: Energi Kebaikan Dari Sila

Kita harus tahu melatih sila. Melatih sila berarti mencegah kesalahan dan menghentikan keburukan. Ia dapat mencegah kita berpikiran menyimpang dan menghentikan kita dari perbuatan buruk. Dengan mencegah kesalahan dan menghentikan keburukan, secara alami kita tak akan berjalan menyimpang. Setelah menyerap kebijaksanaan Buddha ke dalam hati, kita akan memahami kebenaran. Buddha berusaha untuk membuka pintu kebijaksanaan semua makhluk.

Kita harus tahu bahwa melatih sila sangatlah penting. Buddha datang ke dunia demi membimbing kita bahwa terhadap hal yang harus dilakukan, kita harus tekun dan bersemangat. Terhadap hal yang tidak boleh dilakukan, kita harus segera mencegah dan menghentikannya. Jika kita dapat mencegah diri dari perbuatan yang tidak pantas serta berpikiran dan berperilaku lurus, maka kita dapat melenyapkan ribuan kejahatan. Saat pikiran lurus, maka segala jenis kejahatan tidak akan mengganggu kita.

Dahulu ada sebuah kisah seperti ini. Ada seorang anak muda yang datang ke sebuah desa kecil. Dia berkata kepada seorang tuan rumah, "Saya sangat lelah berjalan. Bolehkah mengizinkan saya menginap semalam di sini? Saya datang dari Negeri Sravasti. Saat keluar berbisnis, saya minum hingga mabuk. Saat pulang ke rumah, orang tua saya sangat marah. Mereka bilang saya melanggar sila. Mereka lalu mengusir saya dan meminta saya mengintrospeksi diri”.

 

Sang tuan rumah pun menyediakan sebuah kamar untuknya. Di malam hari, sang tuan rumah sibuk memberi persembahan kepada setan. Setelah menerima persembahan, setan-setan itu akan membawa barang-barang berharga dari luar. Anak muda itu terus bertobat di dalam kamar. Dari kejauhan terpancar energi kebaikan. Para setan tidak dapat mendekat. Mereka lalu berbalik badan dan meninggalkan tempat itu. Sang tuan rumah mengejar mereka sambil memanggil. Sambil berlari, salah satu setan berbalik dan berkata, “Di rumah Anda ada seorang tamu yang dikelilingi oleh banyak dewa pelindung. Karena itu, kami tidak dapat mendekat”.

Dia pun teringat pada anak muda di rumahnya. Pada keesokan paginya, usai sarapan, dia bertanya pada anak muda tersebut. Anak muda itu menjawab, “Lima sila yang diajarkan oleh Buddha adalah ajaran kebenaran. Meski telah melanggar salah satu sila, tetapi saya tetap menaati empat sila lainnya. Karena itu, di sekitar saya terdapat dewa pelindung”.

"Apa sesungguhnya ajaran Buddha itu”? Sang tuan rumah memutuskan pergi ke Negeri Sravasti untuk bertemu dengan Buddha dan Sangha. Saat senja, dia meminjam tempat tinggal pada orang lain. Yang datang membuka pintu adalah seorang perempuan yang sangat cantik. Perempuan itu menolaknya dengan berkata, “Suami saya adalah setan yang gemar memakan daging manusia”.

 

Dia tidak percaya dan bersikeras untuk menginap di sana. Saat si setan ingin pulang ke rumah, dia melihat banyak dewa pelindung di sekeliling. Dia pun segera pergi. Pada keesokan paginya, dia melihat banyak tengkorak di depan rumah. Sebelum pergi meninggalkan tempat itu, dia melihat perempuan yang cantik itu dan berpikir untuk membawanya pulang. Dia terus berusaha membujuk perempuan itu. Setelah matahari terbenam, setan itu pulang ke rumah. Sang istri menyembunyikan pria itu di dalam pasu.

Meski demikian, setan itu tetap dapat  mencium aroma manusia. Dia berkata kepada istrinya, “Saya lapar. Tadi malam di sekitar rumah kita ada dewa pelindung sehingga saya tidak dapat pulang ke rumah. Cepat keluarkan manusia itu. Cepat keluarkan manusia itu”. Istrinya bertanya, "Apa itu dewa pelindung”? Setan itu menjawab, “Orang yang menaati sila akan dilindungi oleh dewa. Orang yang menaati lima sila akan dilindungi oleh 25 dewa”. Istrinya kembali bertanya, "Apa  saja lima sila itu”? (Tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berbuat asusila, tidak berbohong, dan tidak minum minuman keras).

Usai setan itu memberi penjelasan, sang istri diam-diam melafalkan nama Buddha dan pria yang bersembunyi di dalam pasu pun mulai bertobat. Ketika kedua orang ini mulai bertekad melatih lima sila, dewa pelindung datang kembali. Setan itu pun segera kabur karena panik. Awalnya, anak muda yang datang dari tempat jauh itu menumpang tidur semalam di sana. Setelahnya, pemilik rumah itu terinspirasi dan bertekad untuk melatih lima sila. Hanya dengan membangun tekad saja, dia sudah mendapat perlindungan dari dewa. Namun, saat tekadnya goyah, dewa pelindung pun pergi sehingga setan dapat mendekat.

 

Sila sungguh membawa kekuatan yang tak terbayangkan. Setan itu mengetahui tentang lima sila. Meski tahu tentang lima sila, mengapa ia masih menjadi setan? Ini karena kejahatannya belum terlenyapkan. Meski tahu tentang lima sila, tetapi dia tidak menerima dan mempraktikkannya. Prinsip kebenaran haruslah diterima dan dipraktikkan. Tanpa menerimanya dan mempraktikkannya, maka ia tidaklah mendatangkan kekuatan. Meski sudah membangkitkan niat baik, tetapi jika kita memiliki keraguan atau tekad pelatihan diri kita mundur, maka kita tak akan dapat melenyapkan kejahatan.

Dengan menaati lima sila, maka kita akan dilindungi oleh 25 dewa. Meski akar kebaikan sudah bertumbuh, tetapi akar kejahatan belum terlenyapkan. Karena itu, kita harus melatih diri untuk menumbuhkan akar kebaikan dan melenyapkan akar kejahatan. Saat akar kebaikan tertanam kokoh, maka niat yang buruk tidak akan kembali lagi. Setelah kejahatan terlenyapkan, maka niat buruk tidak akan kembali lagi. Untuk itu, kita harus mengingat ajaran Buddha dan menerapkannya dalam keseharian tanpa ada celah sedikit pun.


Gambar: Program Master Cheng Yen Bercerita (DAAI TV Indonesia).

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina.

 

Seulas senyuman mampu menenteramkan hati yang cemas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -