Pangeran Kunala yang Baik Hati

Setelah Buddha meninggal, ada seorang raja bernama Usika. Dia adalah seorang raja yang sangat baik dan pemerintahannya juga baik. Raja Usika mempunyai seorang anak laki-laki yang mempunyai mata seindah mata kunala, burung di India yang terkenal karena keindahan matanya. Karena sang raja menyukai burung itu, dia menamai putranya Kunala. Ketika Pangeran Kunala bertumbuh dewasa, dia sangatlah tampan. Tindak tanduknya sopan dan dia sangatlah baik hati.

Raja Usika adalah seorang Buddhis yang taat. Suatu hari, sang raja membawa putranya ke kuil, dan menanyakan kepada seorang biksu bernana Yasa tentang ajaran-ajaran Sang Buddha. Yasa melihat ke arah Pangeran Kunala dan berkata, "Kehidupan manusia tiada kekal." "Jasmani melalui proses lahir, tua, sakit dan mati, dan kehidupan manusia dipenuhi oleh hal-hal yang kotor. Siapa yang dapat memiliki ketampanan masa muda untuk selamanya? Semuanya adalah ilusi. Sama halnya dengan mata sang pangeran, meskipun tampaknya indah, mereka sebenarnya penuh dengan kotoran dan sumber dari masalah."

Si pangeran sangat heran. Setiap orang selalu memuji dirinya karena matanya yang indah, tetapi mengapa biksu tersebut menyebut matanya sebagai hal yang kotor dan menjadi sumber masalah? Kata-kata ini selalu terngiang-ngiang di benaknya.

Ada banyak selir di istana raja. Salah seorang selir sangat tertarik dengan ketampanan Kunala. Ketika dia melihat Kunala sedang duduk seorang diri di taman suatu hari, dia mendekat dan mencoba merayu Kunala. Tetapi sang pangeran adalah seorang yang lurus dan tidak setuju dengan tingkah laku demikian. Dia menarik diri dan membebaskan dirinya dari perhatian berlebihan yang diberikan.

Suatu ketika, pangeran muda telah cukup dewasa untuk menikah. Raja Usika mencarikan jodoh yang pantas untuknya dan menikahkan keduanya. Ketika selir tersebut melihat pangeran idamannya menikah dengan orang lain, dia menjadi sangat cemburu dan cintanya berubah menjadi benci.

Tidak lama setelah pernikahan, sang raja sakit dan si selir merawatnya sampai sembuh. Raja berterima kasih atas perawatan tersebut dan berkata, "Karena engkau telah merawat diriku untuk waktu yang lama, saya akan memberikan apapun yang kau minta."

Si selir berkata, "Aku hanya ingin memerintah negara ini selama tujuh hari saja."

Sang raja berpikir, "Karena aku telah berjanji, aku harus menepatinya." Selain itu, hanya untuk tujuh hari saja, maka permintaan itupun dikabulkan.

Ketika si selir berada di tampuk singgasana, dia menulis surat yang berisikan cinta dan benci sekaligus dan mengirimnya untuk Pangeran Kunala. Dia menulis bahwa kemarahannya hanya dapat mereda apabila dia tidak akan pernah melihat mata sang pangeran lagi. Sekarang sang pangeran akhirnya mengerti apa yang biksu Yasa maksud, tetapi segalanya telah terlambat. Kata-kata dari si selir adalah seperti perintah dari raja, dan harus dipatuhi.

Kunala dengan berat hati mengorek keluar salah satu biji matanya dan memegangnya di telapak tangannya. "Ternyata sangat menjijikan," dia tiba-tiba menyadarinya. "Mengapa benda yang sekotor ini dipuji-puji oleh banyak orang dan mendatangkan begitu banyak masalah? Karena yang diinginkan adalah kedua bola mataku, aku akan mengorek keluar yang satu lagi." Ketika kedua bola matanya dikeluarkan, segala sesuatu diliputi oleh kegelapan total, tetapi batinnya dipenuhi oleh cahaya terang. Dia merasakan damai yang datang dari pencerahan spiritual.

Ketika istri sang pangeran mendengar berita tersebut, dia lari ke Pangeran yang sekarang buta itu dan mulai menanggis dengan sedih. Tetapi sang pangeran dengan tenang menghibur dengan ajaran-ajaran Sang Buddha. "Kehidupan manusia tidak kekal, jadi tidak perlu memendam benci atau risau, karena benci dan risau adalah musuh terbesarmu."

Pada ketika itu, seorang pengawal memeringatkan sang pangeran, "Yang Mulia, apabila Anda masih tinggal di istana ini, saya khawatir akan membahayakan nyawa Anda." Sang Pangeran tentu sudah tahu tentang hal ini, dan karena tidak ingin si selir untuk terus berbuat karma buruk lebih jauh lagi, dia dan istrinya pergi meninggalkan istana. Mereka belajar memainkan seruling dan menyanyi, dan mereka mengembara dari kota ke kota, membawakan pertunjukan musik di jalan-jalan. Rakyat akan melempar beberapa koin uang untuk mereka, dengan begitu, Pangeran dan istrinya dapat membeli makanan bagi diri mereka.

Beberapa tahun kemudian, mereka tanpa sengaja kembali ke ibukota. Suatu hari, mereka sampai di suatu jalan di pinggir istana dan mulai menyanyi. Ketika Raja Usika mendengar lagu yang merdu tapi sedih itu, dia teringat kepada putranya, yang tiba-tiba lenyap beberapa tahun sebelumnya. Dia memerintahkan pengawalnya untuk mengundang masuk ke istana pemain musik tersebut.

Ketika melihat pemain seruling, dia menyadari bahwa memang betul pemain seruling itu adalah putranya yang dipikirkannya setiap hari dan malam. Ketika dia melihat bagaimana Pangeran Kunala telah jatuh dari kehidupan istana dan sekarang hanyalah seorang pemain seruling buta yang menghibur di jalan-jalan untuk mendapatkan sesuap makanan, sang raja sangat terenyuh. Dia bertanya kepada sang pangeran, "Siapa yang melakukan hal ini kepadamu? Siapa yang membuatmu kehilangan penglihatan?" Tetapi Kunala menolak untuk membicarakan hal tersebut. Dia hanya memberitahu ayahnya tentang kebenaran yang dia pelajari, dan berharap ayahnya akan reda amarahnya.

Akhirnya, para menteri dan pengawal tidak dapat menahan diri lagi dan melaporkan apa yang sebenarnya terjadi kepada sang raja. Dia marah sekali dan ingin menghukum mati si selir, tapi sang pangeran membujuk ayahnya untuk memaafkan selir tersebut.

Sang raja tersentuh oleh cinta kasih Pangeran Kunala dan membebaskan selir muda itu. Tetapi, karena hati nuraninya sendiri, selir tersebut sangat malu pada dirinya sendiri dan bunuh diri. Karena cinta yang tak murni, dia telah membuat masalah dan benci, melukai orang lain dan membawa petaka bagi diri sendiri.

----------------------------------------------------------

Pesan Master Cheng Yen:

Kalau saja cinta dapat murni dan jernih dan dapat menghidupi semua makhluk seperti air bersih, itu akan sangat baik. Saya sering mengingkatkan bahwa kita harus menjaga batin kita agar cinta kasih universal dapat berkembang penuh. Kita harus berhati-hati menjaga batin kita tidak ternoda dengan nafsu kotor.

 
Setiap manusia pada dasarnya berhati Bodhisatwa, juga memiliki semangat dan kekuatan yang sama dengan Bodhisatwa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -