Petani Tua dan Kerbau

Kita harus memiliki hati Bodhisatwa. Hati Bodhisatwa adalah saat kita mencurahkan cinta kasih. Hati penuh cinta kasih tidak bersifat sementara, melainkan bersifat selamanya. Saya sering mengulas tentang tali cinta kasih yang panjang. Tali cinta kasih ini tersambung dari kehidupan ke kehidupan tanpa mengenal batas. Inilah yang disebut tali cinta kasih.

Cinta kasih universal sangat luas dan tidak terbatas. Ini adalah cinta kasih universal. Hati Bodhisatwa adalah cinta kasih terhadap semua makhluk dari kehidupan ke kehidupan tanpa ada batasnya. Yang harus kita teladani adalah hati seperti ini. Setiap orang memiliki cinta kasih. Di antara sesama manusia terdapat cinta kasih. Terhadap semua makhluk di dunia, kita juga tidak boleh kekurangan cinta kasih.

Ada seorang bapak tua yang bekerja sebagai petani. Dia memiliki seekor kerbau yang membantunya membajak sawah. Sejak muda, dia sudah memelihara kerbau ini. Setiap hari, kerbau ini selalu bersama dengannya. Demi bapak tua ini, kerbau itu juga bekerja keras membajak sawah. Dua puluh tahun kemudian, bapak itu semakin berusia lanjut. Dia juga sudah berhenti bercocok tanam selama tiga tahun. Dia sudah tak lagi bercocok tanam. Namun, dia sangat berterima kasih pada kerbaunya.

Setiap hari, dia tetap menuntun kerbau itu untuk makan rumput di luar. Dia tetap selalu bersama dengan kerbau itu. Setelah matahari terbenam, dia akan menuntun kerbau itu pulang ke rumah. Dia bahkan membuat kandang untuk si kerbau.  Bapak tua itu berpikir, "Saya sudah berusia lanjut. Kelak kerbau itu harus bagaimana?"

Dia pun mengeluarkan pengumuman dengan harapan ada orang penuh cinta kasih yang bersedia memelihara kerbau itu. Saat ada seorang pria bersedia memelihara si kerbau,  bapak tua itu sangat gembira. Dia mengeluarkan sebuah syarat, yakni tidak boleh membiarkan kerbau itu bekerja keras dan tidak boleh membunuhnya. Pria itu pun menyetujuinya. Dia pun membawa kerbau itu pulang ke rumah dan mengikatnya pada sebatang pohon. Beberapa waktu kemudian, bapak tua ini pergi menjenguk si kerbau. Melihat si kerbau diikat pada sebatang pohon, dia merasa sangat tidak tega. Meski kerbau itu tidak diminta bekerja keras dan tidak dibunuh, tetapi ia diikat setiap hari. Bapak tua itu merasa sangat tidak tega. Dia pun berunding dengan pria itu untuk meminta kembali kerbaunya. Namun, karena usianya semakin lanjut dari tahun-tahun, dia semakin merasa tak bisa lagi menjaga kerbau itu dengan baik.

Dia kembali membuat pengumuman untuk mencari orang yang bisa membantunya menjaga kerbau itu. Ada seorang pria yang sangat tersentuh oleh cinta kasihnya. Dia berkata kepada bapak tua itu, "Saya bersedia membantumu menjaga kerbau ini." Namun, bapak tua itu tetap merasa tidak tenang. Dia berkata kepada pria itu, "Saya sangat berterima kasih karena Anda bersedia menjaga kerbau ini. Namun, kita harus membuat surat perjanjian. Anda tidak boleh menyiksanya. Anda tidak boleh membiarkannya kerja keras, dan Anda tidak boleh membunuhnya. Anda harus memberinya kebebasan dan selalu melindunginya." Pria yang penuh cinta kasih ini semakin tersentuh mendengarnya. Dia pun menulis setiap kata petani itu ke dalam surat perjanjian. Ini adalah kisah nyata di sebuah desa kecil.

Saya sangat tersentuh. Inilah cinta kasih dan rasa syukur. Saya sering berkata bahwa orang tahu bersyukur karena memiliki cinta kasih universal di dalam hati. Bapak tua itu berterima kasih kepada kerbaunya  yang telah bekerja keras untuknya selama puluhan tahun. Meski hanya seekor kerbau, tetapi sang petani tidak melupakan budinya.

Inilah rasa syukur. Kerbau tua itu menerima rasa syukur dari tuannya. Kisah ini mengingatkan kepada saya betapa besar pengorbanan orang tua bagi anaknya. Orang tua bekerja keras siang dan malam demi anak-anaknya. Selain harus bekerja keras, sesungguhnya setiap menit dan setiap detik, orang tua selalu mengkhawatirkan anak-anaknya. Budi orang tua sangatlah besar. Berapa banyak orang di antara kita yang pernah sungguh-sungguh memahami kerja keras orang tua kita dan cinta kasih tanpa pamrih yang mereka curahkan kepada kita? Orang tua berkorban untuk anak-anaknya, tetapi ada berapa orang anak yang bisa berkorban untuk orang tua mereka?

Setiap kali melihat para lansia di panti jompo, saya merasa sangat tidak tega. Karena itu, saya sering berkata bahwa kita harus membimbing setiap orang di masyarakat untuk tinggal bersama dengan orang tuanya. Di dalam setiap keluarga kecil masa kini, suami dan istri sama-sama harus bekerja. Karena itu, kita mendirikan tempat penitipan lansia di siang hari. Anak-anak yang harus bekerja di siang hari bisa menjaga kebersihan tubuh orang tua mereka, lalu mengantarkannya ke tempat penitipan kita agar ada orang yang menemani dan menjaga orang tua mereka. Setelah pulang kerja, mereka bisa menjemput orang tua mereka pulang ke rumah. Dengan demikian, setidaknya mereka bisa merasakan kebersamaan keluarga di malam hari.

Saya sering berkata bahwa orang tua adalah contoh bagi anak-anak. Membawa orang tua pulang ke rumah dan menjaga mereka dengan baik, bukankah ini adalah contoh bagi anak-anak? Inilah yang harus kita wariskan kepada anak-anak. Kita melakukannya bukan hanya untuk diperlihatkan kepada anak-anak, tetapi sesungguhnya kita sedang menunaikan kewajiban sendiri.

Pendidikan ini harus terus diwariskan dari generasi ke generasi. Daripada membangun panti jompo, sesungguhnya yang terpenting adalah pendidikan keluarga. Kita bisa mendirikan tempat penitipan lansia untuk siang hari, sama seperti tempat penitipan anak-anak. Saya rasa ini adalah cara yang lebih baik dan sempurna. Hubungan antarmanusia adalah yang terpenting. Hubungan penuh cinta kasih di dunialah yang bisa sungguh-sungguh membawa kehangatan dan kebahagiaan.

 

Gambar: Program Master Cheng Yen Bercerita (DAAI TV Indonesia).

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina.

Berlombalah demi kebaikan di dalam kehidupan, manfaatkanlah setiap detik dengan sebaik-baiknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -