Sanubari Teduh: Dua Puluh Lima Aku

Dikatakan “Adakalanya menciptakan segala karma buruk akibat dua puluh lima aku”. Ada dua puluh lima “aku”. Masing-masing dari kita memiliki “aku”. Karena itu kita menciptakan banyak “aku yang semu sehingga tersesat dan membuat banyak karma buruk.

Jadi kita harus selalu berinstropeksi, apakah kondisi pikiran tanpa “tanpa aku“ batin kita tersesat ataukah jernih. Apakah kita dapat mengembangkan “aku” ini. Menjadi “aku” universal ataukah malah semakin tersesat dan menimbulkan kesombongan? kita harus bisa membedakannya.

Di antara kita mungkin ada yang bertanya “Jika tidak ada “aku”  untuk apa kita membahasnya”. Benar, yang ditakutkan adalah penyimpangan pandangan tentang “aku“. Kita hendaknya bisa mengubah “aku” yang egois menjadi “aku” yang universal.

Dari sikap mementingkan diri sendiri  menjadi sikap penuh empati. Dari sikap individualitas menjadi mampu memikirkan keluarga, lalu memikul tanggung jawab lebih. Dari sebatas keluarga  hingga meluas ke komunitas. Jika komunitas tenteram. Barulah keluarga kita juga tenteram.

doc tzu chi

Dari komunitas, meluas lagi ke masyarakat. Jika masyarakat damai dan bebas dari bencana, inilah baru kebagiaan seluruh masyarakat. Ini pulalah ketentraman bagi diri kita sendiri. Jika kita bisa memperluas “aku“  hingga mencakup seluruh dunia, mengubah “aku” yang egois merubah menjadi “aku” universal. Maka “aku” ini menjadi “Kesadaran Agung.”

Bukankah kita mempelajari ajaran Buddha untuk mencapai  “Kesadaran Agung”? Mempelajari ajaran Buddha berarti meneladani Kesadaran Agung Buddha. Mengubah “aku” yang egois merubah menjadi “aku“ universal. Inilah yang disebut Kesadaran Agung.

Dua puluh lima “aku” : Hakikat awal, potensi kecerdasan, keakuan, lima elemen dasar, lima unsur lima indra, lima organ aktivitas, organ pikiran jiwa atau roh. Dari hakikat awal, timbul potensi kecerdasan, ini juga berarti kesadaran. Dari Hakikat awal timbul kesadaran, dari sana timbul “keakuan.“

Apakah yang paling besar? tentu keakuan. Dengan adanya kesadaran terhadap “aku“, keakuan akan semakin besar. Jadi dari keakuan timbullah lima elemen dasar. Lima elemen dasar disebut juga lima elemen halus.

Lima elemen dasar : Rupa, suara, aroma, rasa, sentuhan. Lima elemen dasar melahirkan lima unsur. Lima unsur terdiri dari atas tanah, air, api, angin dan ruang. Dari lima unsur lahirlah lima indra. Lima indra adalah mata, telinga, hidung, lidah dan tubuh. Dari lima indra lahirlah lima organ aktivitas yaitu mulut, tangan, kaki, saluran pembuangan air kecil  dan anus, terakhir adalah jiwa dan roh semuanya berjumlah dua puluh lima.

Dharma begitu sederhana asalkan kita bersungguh hati semua orang bisa memahami dharma ini dengan pikiran sederhana, murni dan jernih. Yang terpenting batin kita harus seimbang. Pikiran kita harus dijaga dengan baik, pemikiran kita pun harus berimbang. Semua ini harus kita jaga sendiri.

Jangan sampai tersesat, karena sekali tersesat, selamanya kita akan berada dalam kegelapan. Jadi kita harus kembali dari kegelapan ke kesucian. Kita harus berjalan menuju kecemerlangan. Inilah yang benar. Untuk itu, harap semua selalu bersungguh hati.

Demikianlah diintisarikan dari Sanubari Teduh: Dua Puluh Lima Aku

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisatwa
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -