Sanubari Teduh: Tujuh Kemurnian dan Delapan Kekeruhan

doc tzu chi


Semoga berkat pahala yang tumbuh dari pertobatan atas noda batin akibat tujuh kebocoran, delapan kekeruhan, sembilan belenggu, sepuluh ikatan dan lainnya ini, dari kehidupan ke kehidupan, dapat duduk di atas bunga tujuh kemurnian. Bermandikan air delapan pembebasan, menyempurnakan sembilan pemutusan, dan mencapai praktik sepuluh Bhumi.

Kini kita akan membahas apa yang disebut bunga tujuh kemurnian. Tujuh kemurnian adalah proses pelatihan kita. Untuk mencapai kemurnian batin dan melenyapkan kekotoran, ada tujuh cara atau faktor.

Bunga Tujuh Kemurnian :

1.   Kemurnian sila

2.   Kemurnian pemikiran

3.   Kemurnian pandangan

4.   Kemurnian transformasi keraguan

5.   Kemurnian pembedaan jalan

6.   Kemurnian pemahaman

7.   Kemurnian Nirvana

Yang pertama adalah Kemurnian sila. Kita tidak membuat kekeliruan. Melatih diri tidak luput dari sila. Sila adalah panduan moral. Dalam melatih diri, kita harus mencegah kesalahan dan menghentikan keburukan. Di dalam batin harus ada kewaspadaan. Kita harus mencegah kesalahan. Jangan sampai kekeliruan menggangu pikiran kita, apalagi sampai terwujud ke dalam perbuatan kita.

Tubuh dan batin kita harus dijaga agar tidak melanggar sila. Niat yang keliru tidak boleh timbul. Niat yang keliru ini berakar dari noda batin.  Begitu noda batin bangkit, pikiran keliru akan tumbuh dan memicu berbagai kesalahan. Begitu pikiran keliru muncul, berbagai kesalahan juga akan timbul.

Pikiran keliru adalah awal pelanggaran sila. Jadi, janganlah kita sampai melanggar sila. Sila harus dijaga kemurniannya. Jangan sampai batin kita tercemar. Kita harus mencegah pikiran yang keliru.

Yang kedua adalah Kemurnian pikiran. Artinya, pikiran tidak melekat pada kekeliruan. Sama halnya, jika sila dapat dijaga dengan murni, pikiran juga akan murni. Jika sila kita tidak terjaga dengan murni, pikiran kita tentu saja tidak mungkin murni. Jadi, jika sila dan pikiran murni, secara alami kekeliruan tidak akan muncul.

Berikutnya adalah Kemurnian pandangan. Artinya, tidak tercemar oleh segala debu. Jika pandangan kita jernih, maka berbagai kondisi luar, baik kekacauan maupun pencemaran, tidak akan mampu menjerumuskan kita.

Kondisi luar adalah rupa, suara, aroma, rasa, sentuhan, nama, keuntungan, kedudukan, dan sebagainya. Terhadap berbagai hal ini, jika kita memiliki pandangan murni dan lurus, maka tidak akan timbul ketamakan saat kita bersentuhan dengan semuanya. Jika tidak bersentuhan dengan kondisi luar, maka secara alami kita tidak akan tercemar.

Jangan melihat yang tidak patut dilihat,

Jangan mendengar yang tidak patut didengar,

Jangan mengucapkan yang tidak patut diucapkan,

Jangan melakukan yang tidak patut dilakukan.

(Kitab Lunyu–Konfusius)

Janganlah kita tercemar oleh semua itu, ini bergantung pada pandangan kita. Jika pandangan kita lurus dan benar, maka kita tidak akan melihat yang tidak patut dilihat, tidak akan mendengar yang tidak patut didengar, tidak mengucapkan yang tidak patut diucapkan, dan tidak melakukan yang tidak patut dilakukan. Inilah yang disebut tidak tercemar segala debu. Inilah yang disebut kemurnian pandangan.

Berikutnya adalah Kemurnian transformasi keraguan. Artinya, keraguan sesat tidak muncul. Manusia memiliki keraguan. Keraguan ini ada karena pikiran sesat. Sesat berarti tidak benar. Kini kita memiliki keyakinan terhadap ajaran Buddha yang kita anggap baik. Namun, meski mengaku yakin terhadap ajaran Buddha, tetapi adakalanya keyakinan manusia menyimpang.  Jadi, jika pikiran kita selalu benar dan lurus, maka kesesatan tidak akan masuk.

Inilah kemurnian transformasi keraguan. Segala keraguan sudah mampu diluruskan. Jika pikiran kita lurus, maka keraguan akan sirna. Dengan demikian kemurnian akan tercapai.

Yang kelima adalah kemurnian pembedaan jalan. Ini merujuk pada jalan yang benar. Kita harus maju melangkah di jalan yang benar. Untuk maju melangkah, kita harus memilih jalan yang aman dan lapang. Jangan kita memilih jalan yang menyimpang. Kita harus tahu di mana tujuan kita dan berjalan ke arah tujuan itu. 

Jadi kita harus bisa memilih jalan yang akan kita tapaki. Demikian pula dengan keyakinan. Jika keyakinan kita benar, maka jalan yang kita tapaki tak akan menyimpang. Jadi, kemurnian pembedaan jalan adalah memilih jalan yang murni. Dharma yang murni harus kita latih, sedangkan praktik yang tercemar jangan kita lekati.

Yang keenam adalah kemurnian pemahaman. Pemahaman kita harus senantiasa murni. Jika pemahaman menyimpang, berarti pemahaman kita tidak murni. Artinya, jika enam indra kita murni, maka pemahaman kita juga akan sempurna. Jika akar keyakinan kita murni, kita akan mampu memahami segalanya dengan jelas.

Yang ketujuh adalah kemurnian Nirvana. Nirvana sama dengan kondisi kebuddhaan, di mana kita dapat merasakan keabadian, kebahagiaan, Aku, dan kesucian. Setelah kita memahami ketidakkekalan, kita akan memahami  tentang kekotoran batin. Dengan memahami ketidakkekalan, kita akan mencari jalan kebenaran sejati hingga mencapai kekosongan sejati dan eksistensi ajaib. Ini adalah yang tidak timbul dan tidak lenyap. Inilah yang dimaksud keabadian.

Jika tidak lagi tercemar oleh noda batin, kita akan senantiasa diliputi oleh kebahagiaan. “Aku” yang dimaksud adalah Aku universal. Jika dapat menyatu dengan kebenaran alam semesta, kita akan mencapai kesucian tanpa noda. Batin kita tidak akan tergoyahkan dan mencapai keheningan. Inilah kondisi yang hening dan jernih. Dengan mencapai kondisi ini, berarti kita mencapai Nirvana.

Di awal ada disebutkan tentang delapan kekeruhan.

Delapan Kekeruhan :

1.   Tidak menghormat Buddha

2.   Tidak menghormat Dharma

3.   Tidak menghormat Sangha

4.   Tidak berbakti pada orang tua

5.   Tidak menghormati guru

6.   Tidak menolong fakir miskin

7.   Tidak merawat oang sakit

8.   Tidak iba terhadap binatang

Delapan kekeruhan berarti ketidakmurnian. Jika kita mampu melenyapkan delapan kekeruhan, kita akan memperoleh delapan pembebasan atau yang disebut delapan pengalihan. Maksud pengalihan adalah jika makhluk awam terpengaruh pada nafsu, maka sebaliknya kita ingin melenyapkannya. Pikiran makhluk awam harus dialihkan  kepada pelatihan ke arah kesucian.

Jadi kita harus berpaling dari keinginan awam. Inilah yang disebut pengalihan. Artinya adalah pelenyapan. Kita harus melenyapkan lima nafsu duniawi. Jika kita dapat menjaga pikiran dengan baik, maka segala kotoran batin dan kerisauan akan menjauh. Intinya, harap semua lebih bersungguh hati.

GATHA PELIMPAHAN JASA
Semoga mengikis habis Tiga Rintangan
Semoga memperoleh kebijaksanaan dan memahami kebenaran
Semoga seluruh rintangan lenyap adanya
Dari kehidupan ke kehidupan senantiasa berjalan di Jalan Bodhisatwa


Giat menanam kebajikan akan menghapus malapetaka. Menyucikan hati sendiri akan mendatangkan keselamatan dan kesejahteraan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -