Bagi Hati, Bagi Beras

Jurnalis : Yusie (He Qi Timur), Fotografer : Thomas Ng (He Qi Timur)
 
 

fotoMemberi bantuan tanpa pamrih dan penuh sukacita akan membawa kebahagiaan dalam diri.
.

Minggu pagi tanggal 7 Agustus 2011, warga Cilincing beramai-ramai datang ke Wihara Lalitavistara. Di tempat itu sedang diadakan kegiatan pembagian beras. Acara ini akan dimulai pukul 08.00 WIB, tetapi warga sudah berdatangan dan mengantri satu jam sebelumnya. Demi keamanan dan kenyamanan warga, relawan mengatur barisan dengan mendahulukan para orang tua dan ibu hamil.

 

Warga dengan penuh semangat mulai berbaris rapi sembari bercanda, baik dengan sesama warga maupun dengan relawan Tzu Chi, sehingga tampak kebahagiaan di wajah mereka. Kegiatan ini bukan acara pembagian beras dan minyak goreng semata, tetapi lebih bertujuan membagikan sukacita dan cinta kasih bagi sesama yang membutuhkan. Berdasarkan data dari pembagian kupon yang telah dilakukan pada tanggal 31 Juli 2011, jumlah keluarga yang mendapatkan bantuan sebanyak 2.125 keluarga. Sekitar 100 relawan dan 30 Tzu Ching ikut berpartisipasi. Kegiatan ini juga dibantu oleh aparat Kelurahan Cilincing, Polsek Cilincing,  dan anggota TNI sehingga kegiatan dapat berjalan dengan tertib dan lancar.

Nenek Minah (85) di barisan terdepan. “Saya lihat di tv ada nenek meninggal karena diinjek pas lagi bagi sembako. Saya takut nih, gemeteran,” ucap Minah. “Tapi kalo di sini rapi ye...”, lanjutnya. Minah pun menyampaikan perasaan bahagianya menerima bantuan beras cinta kasih ini dengan mata berkaca-kaca, “Ya Allah, terima kasih banget. Nenek girang banget, dikasih beras. Nenek mah udah nggak punya beras.” Sambil menunggu waktu dimulainya pembagian beras, para relawan menghibur warga dengan isyarat tangan lagu “Satu Keluarga”.

foto  foto

Keterangan :

  • Walikota Jakarta Utara H. Bambang Sugiyono disaksikan oleh Muspika setempat dan Korlap pembagian beras, Johan Shixiong, ikut menyerahkan beras dan minyak goreng kepada warga Cilincing, Jakarta Utara.(kiri)
  • Ketua He Qi Timur Lynda Shijie dengan penuh semangat dan gembira tidak mau ketinggalan untuk ikut memanggul beras. (kanan)

Pembagian Beras Dimulai
Tepat jam 8 pagi pembagian beras dimulai. Satu per satu warga menerima satu karung beras cinta kasih yang berukuran 20 kg dan satu liter minyak goreng. Para relawan dengan sigap membantu memanggul beras menuju ke pintu keluar. Tidak hanya para Shixiong yang membantu memanggul beras, para Shijie pun ikut serta, bahkan Ketua Heqi Timur Lynda Shijie juga bersemangat memanggul beras. Sementara relawan yang lain dengan rendah hati mengucapkan “Gan en” kepada setiap warga yang sudah mendapatkan beras dan minyak goreng. Tumpukan beras berkurang sedikit demi sedikit seiring dengan keceriaan warga yang melangkah pulang, namun semangat relawan tidak berkurang sedikit pun.

Menurut Walikota Jakarta Utara H. Bambang Sugiyono, kegiatan ini bukan hanya sekadar pembagian beras dan minyak semata, namun juga ada rasa saling mengasihi dengan sesama yang membutuhkan. Beliau mengatakan, “Jika hal seperti ini terus dilakukan, maka akan membuat manusia di dunia ini mewujudkan tali kasih sehingga dunia ini menjadi damai.” Atas nama warga Cilincing, walikota menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. “Bagi warga yang sedang menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan dan mendapatkan bantuan seperti ini, tentunya hal ini sungguh luar biasa. Merupakan wujud tali kasih yang patut ditiru,” tambah Bambang.

Kisah di Balik Pembagian Beras
Di tengah antrian, seorang ibu harus dibawa keluar barisan karena kurang sehat. Dwi (32) terpaksa didorong menggunakan kursi roda. Ibu satu orang anak ini menderita penyakit gagal ginjal yang mengharuskannya menjalani cuci darah. “Sakitnya sih sudah dirasa dari lima tahun lalu. Dua minggu yang lalu, saya periksa dan divonis sakit ginjal. Sudah nggak bisa diapa-apain, harus cuci darah karena ginjal yang kiri sudah rusak dan kanan ada tiga batu,” kisahnya sambil menahan rasa sakit. Keterbatasan ekonomi keluarga membuatnya pasrah atas kondisi ini. Sang anak pun harus berhenti sekolah karena biaya dialihkan untuk pengobatan alternatif, ditambah suaminya telah berhenti dari pekerjaannya karena masa kontrak sudah habis sehingga untuk kehidupan sehari-hari  mereka mendapat bantuan dari orang tuanya yang juga hanya bekerja serabutan. “Saya senang dan merasa tertolong dengan bantuan beras ini. Saya rencananya juga pengen ke Tzu Chi di  ITC Mangga Dua, cuma belum ada waktu dan kendaraannya,” ucapnya. Salah seorang relawan Tzu Chi  menganjurkan bahwa tidak perlu dirinya yang datang sendiri, tetapi bisa minta bantuan sanak saudaranya. Dwi pun merasa ada harapan kembali.

foto  foto

Keterangan :

  • Dwi (32) penerima bantuan beras yang juga penderita gagal ginjal merasa mendapatkan harapan kembali setelah mengenal Tzu Chi. (kiri)
  • Relawan Tzu Chi memperagakan isyarat tangan “Satu Keluarga” yang mengingatkan kita adalah satu keluarga besar yang saling membutuhkan dan mendukung satu dengan lainnya. (kanan)

Keprihatinan lain datang dari Nenek Selbia. Nenek yang sudah tidak mengingat umurnya ini tinggal di rumah yang cukup memprihatinkan, dengan tinggi sekitar 170 cm, berlantai tanah, dan cukup gelap. Saat hujan turun, rumahnya selalu terendam air setinggi kira-kira 10 cm. Tidak banyak perabotan yang ada di sana. “Rumah nenek mah udah rombeng, suka malu ama orang,” ungkapnya. Nenek Selbia tinggal bersama ketiga anak dan cucunya, ia mengandalkan kehidupannya sehari-hari hanya dari anak-anaknya yang juga berpenghasilan tidak tetap. “Alhamdulillah, nenek bersyukur dikasih beras. Bisa buat sampai lebaran, tapi habis lebaran nggak tau lagi mau makan apa,” ungkapnya .

Pukul 12.00 WIB kegiatan pembagian beras 42,5 ton dan minyak goreng 2.125 liter sudah selesai. Seperti tidak ada rasa lelah setelah berkali-kali memanggul beras, para relawan masih tetap bersemangat merapikan tempat kegiatan dan membantu warga yang masih tampak datang satu per satu. Kegiatan pembagian beras boleh selesai, tapi cinta kasih dan sukacita yang telah dibagikan semoga semakin berbuah dan tersebar ke seluruh dunia.

  
 

Artikel Terkait

Perayaan 17 Agustus di Sekolah Tzu Chi

Perayaan 17 Agustus di Sekolah Tzu Chi

22 Agustus 2011
Orangtua yang menyaksikan ikut bergembira menyemangati anak-anaknya dengan teriakan “Jiayou, Jiayou” (semangat).  Setelah bermain, anak-anak dibimbing gurunya untuk menuju ke area lomba lainnya, salah satunya Blind-folded krupuk eating competition (lomba makan kerupuk dengan mata tertutup kain).
Peduli Sesama Melalui Donor Darah

Peduli Sesama Melalui Donor Darah

21 April 2017

Minggu, 16 April 2017 relawan Tzu Chi Padang mengadakan kegiatan rutin berupa donor darah yang bekerja sama dengan PMI Kota Padang. Kegiatan ini nampaknya merupakan kegiatan yang sudah ditunggu-tunggu oleh masyarakat karena sejak dibuka, masyarakat antusias datang dan mendaftarkan diri untuk donor.

Belajar Melestarikan Lingkungan

Belajar Melestarikan Lingkungan

12 Oktober 2018
Kelas budi pekerti untuk anak-anak Rusun II Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke yang rutin diadakan setiap bulannya kembali dilaksanakan pada 7 Oktober 2018. Bertemakan Pelestarian Lingkungan, anak-anak dibimbing untuk senantiasa sadar akan kebersihan dan tidak membuang sampah sembarangan. 
Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -