Bantuan Merapi : “Tegar”

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto
 
 

foto Inilah kondisi terakhir para pengungsi di TPA Desa Jumoyo yang menampung 442 keluarga atau 1.352 jiwa yang berasal dari Dusun Gempol, Kecamatan Salam, Kab. Magelang.

Siang telah menjelang di lokasi pengungsian Desa Jumoyo. Meski jarum jam baru menunjukkan pukul 10 pagi, namun sinar matahari telah cukup terik hingga membuat para pengungsi memilih untuk keluar dari tenda. Di lapangan bola ini memang dibangun sekitar 400 tenda yang dihuni oleh sebanyak 1.353 jiwa. Para pengungsi di tempat ini berasal dari Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang. Desa Jumoyo sendiri kini kondisinya rusak parah. Jembatan yang dahulu membelah Kali Putih juga turut hanyut bersama puluhan rumah warga lainnya.

Lahir di Pengungsian
Di antara para pengungsi lainnya, kehadiran Tegar cukup menarik perhatian pengungsi lainnya. Bayi yang baru berumur 45 hari ini lahir di tengah kondisi bencana yang melanda. “Lahir tanggal 8 Januari 2011,” kata Sutarti sang ibu. Warga Dusun Gempol, Desa Jumoyo, Kecamatan Salam RT 01/01 ini terpaksa harus mengungsi sejak 4 November 2011 lantaran tempat tinggalnya tak lagi aman ditempati. Saat erupsi Merapi pada bulan Oktober 2010 lalu, Sutarti terpaksa mengungsi di GOR New Armada sebelum akhirnya pindah ke Tempat Pengungsian Akhir (TPA) Desa Jumoyo. Sutarti yang kala itu tengah hamil 7 bulan akhirnya melahirkan anak keduanya ini di pengungsian. “Lahirnya di bidan,” katanya. Bayi laki-laki ini kemudian diberi nama Tegar Dwi Saputro.

Bukan tanpa alasan jika Sutarti dan sang suami Mohdai memberi nama ini, “Karena memang dia itu ‘tegar’, sejak saya hamil dah dibawa lari-larian terus. Lahirnya juga di saat kami masih mengungsi,” terang Sutarti. Tegar juga tampak sehat meski harus tinggal di pengungsian. “Karena masih bayi jadi kami nggak di tenda, kami menginap di sekolahan (SMK Jumoyo –red),” kata Mohdai, yang sehari-hari bekerja sebagai buruh bangunan.

Meski berada di pengungsian, kebutuhan sehari-hari Sutarti dan para pengungsi lainnya sudah tercukupi. Hal itu berkat adanya bantuan dari pemerintah, relawan, maupun Lembaga Swadaya Masyarakat yang bersimpati kepada penderitaan para pengungsi. Meski demikian Sutarti mengaku ‘tak kerasan’ tinggal di pengungsian. “Panas, dan nggak enak. Masih mending di rumah sendiri, susah-senang juga di rumah sendiri,” ungkapnya. Sutarti dan Mohdai sendiri belum memiliki rumah sendiri. Keduanya masih menumpang di rumah orang tua Sutarti. “Rumahnya dah nggak bisa ditempati lagi,” terang Sutarti. Seperti para pengungsi lainnya, Sutarti pun tak tahu sampai kapan ia harus hidup di pengungsian. “Kalau mau balik sekarang-sekarang ini juga takut, kalau hujan takut kena banjir pasir lagi,” tuturnya dengan logat Jawa yang kental.

foto  foto

Keterangan :

  • Tim Tanggap Darurat Tzu Chi datang ke Magelang memenuhi permintaan relawan Tzu Chi di Magelang untuk membantu warga yang terkena musibah Merapi. Bersama mereka mengupayakan penyaluran 1.500 paket bantuan kepada para pengungsi di Kabupaten Magelang dan sekitar. (kiri)
  • Sutarti menerima bantuan dari relawan Tzu Chi sambil menggendong putranya, Tegar Dwi Saputra yang lahir di pengungsian. (kanan)

Butuh Waktu
Menurut Sungkono, Kepala Desa Jumoyo, setidaknya butuh waktu 3-4 tahun untuk memulihkan kehidupan warga. Dusun Gempol sendiri memang sangat parah kondisi kerusakannya. Sedikitnya 70 rumah hilang terseret aliran banjir lahar dingin Merapi dari Kali Putih yang mengalir ke desa mereka. Jarak Desa Jumoyo dengan Merapi sendiri sekitar 15 km. Tak heran jika saat erupsi maupun pascaletusan Merapi warga desa ini selalu dirundung bencana.

Sehari sebelumnya (21 februari 2011), relawan Tim Tanggap Darurat Tzu Chi kembali memberikan bantuan kepada para pengungsi Merapi di daerah Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Sekali ini sebanyak 442 Kepala Keluarga menerima bantuan berupa peralatan mandi (sabun, ember, gayung, handuk), sandal, peralatan makan, dan selimut. Ketua Tim Tanggap Darurat Tzu Chi, Joe Riadi mengatakan, “Kondisi mereka sangat memprihatinkan. Apalagi kita lihat sendiri desa-desa yang rusak parah akibat bencana ini.” Tim Tanggap Darurat Tzu Chi sendiri datang ke Magelang memenuhi permintaan relawan Magelang untuk membantu warga yang terkena musibah Merapi ini. Bersama relawan Tzu Chi Magelang, Tim Tanggap Darurat Tzu Chi dari Jakarta ini menyalurkan 1.500 paket bantuan kepada para pengungsi di Kabupaten Magelang dan sekitarnya. “Kita telah menyurvei dan melihat langsung, dan kami rasa mereka memang sangat membutuhkan bantuan. Jika masih dibutuhkan kami siap untuk membantu,” tegas Joe Riadi.

foto  foto

Keterangan :

  • Di antara para pengungsi lainnya, kehadiran Tegar cukup menarik perhatian pengungsi lainnya. Bayi yang baru berumur 40 hari ini lahir di tengah kondisi bencana yang melanda. (kiri)
  • Para pengungsi menerima jatah makanan dan minuman dari posko yang dimasak oleh relawan konsumsi. Bahan baku makanan ini berasal dari bantuan pemerintah, relawan, maupun lembaga swadaya masyarakat lainnya. (kanan)

Atas nama warga Desa Jumoyo, Sungkono lantas menyampaikan rasa terima kasihnya atas perhatian dan bantuan relawan Tzu Chi kepada warganya. Sebagai aparat pemerintah yang berhadapan langsung dengan warga, Sungkono berharap agar kehidupan warganya bisa kembali pulih seperti semula. “Semoga yayasan Tzu Chi ini bisa semakin maju dan semakin banyak menolong orang,” kata Sungkono.

  
 

Artikel Terkait

200 Paket Beras untuk Pedagang Kaki Lima

200 Paket Beras untuk Pedagang Kaki Lima

03 September 2021

Relawan Tzu Chi Bandung menyalurkan 200 paket beras dan 10 pcs masker medis untuk para pedagang kaki lima di pasar tradinional Andir Kota Bandung.

Pembekalan Dalam Pelaksanaan Bagi Kupon Beras Tzu Chi

Pembekalan Dalam Pelaksanaan Bagi Kupon Beras Tzu Chi

10 September 2014 Minggu, 7 September 2014, Yayasan Buddha Tzu Chi Bandung mengadakan sosialisasi pembagian kupon beras cinta kasih Tzu Chi. Kegiatan ini berlangsung di  Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP) Jl. Nana Rohana No. 37, Bandung.
Menjaga Harapan Terus Menyala

Menjaga Harapan Terus Menyala

09 Agustus 2019

Penampilan My Dream masih begitu melekat di sanubari, terutama bagi masyarakat Medan, kota terakhir yang disambangi My Dream pada 3 dan 4 Agustus 2019 di Selecta Ballroom, Jl. Listrik No. 2, Medan. Semua pemain My Dream tampil dengan penampilan menawan. Termasuk Wang Qi pemain saksofon berusia 35 tahun ini.

Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -