Memperkenalkan Budaya Humanis Tzu Chi

Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Himawan Susanto
 
foto

Dibangun sejak tanggal 10 Mei 2009 lalu, gedung kantin, dapur, dan toilet yang berada di dalam kompleks Aula Jing Si mulai kelihatan bentuknya.

Dari kejauhan, sepanjang mata kita memandang, puluhan paku bumi yang telah tertancap terlihat jelas terhampar di kompleks pembangunan Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Namun, ada satu pemandangan yang agak kontras saat kita menyapu pandangan ke arah belakang. Di sebelah utara, tepatnya ke arah freshmarket, sebuah bangunan permanen telah berdiri. Di antara kumpulan paku bumi, bangunan ini laksana pertanda telah mulai mewujudnya pembangunan Aula Jing Si Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

Bangunan permanen ini tak lain adalah gedung kantin dan dapur. Di sampingnya, sedang dibangun pula sarana sanitasi untuk umum. Total tanah untuk bangunan ini seluas 35x50 meter, sementara untuk bangunannya sendiri seluas 23x30 meter. Sejak pertama kali dibangun pada tanggal 10 Mei lalu, perkembangan pembangunan gedung ini telah mencapai 70%.

Gedung ini direncanakan sebagai tempat makan para pekerja pembangunan Aula Jing Si. Ruang makannya sendiri seluas 24x23 meter, sementara ruang dapurnya seluas 6x23 meter. Seluruh atap bangunan ini telah dilengkapi dengan lapisan penahan panas matahari. Untuk rangka bangunan, demi kekuatan, ketahanan, dan keawetan, digunakan rangka baja.

foto  foto

Ket : - Liu Su Mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bersama beberapa relawan melihat kondisi lantai
           dapur yang belum sepenuhnya selesai dikerjakan. (kiri)
         - Para pekerja tampak sedang mengerjakan pembuatan jalan setapak di area kantin dengan memasangkan
           paving block. (kanan)

Di sekeliling bangunan, tepatnya di dinding samping atas gedung terdapat 36 lubang angin yang rasanya dapat memberikan kesejukan kepada setiap orang yang beraktivitas di dalamnya. Ruangan makan juga dilengkapi dengan 12 lampu hemat energi (neon), dan 4 kipas angin gantung. Jika dibagi, dari keseluruhan ruangan, ¾ difungsikan sebagai ruang makan, sementara ¼ digunakan sebagai ruang memasak. Di depan gedung, disediakan pula 4 tempat pencucian tangan yang masing-masing tempat tersebut terdiri dari 7 keran air.

“Gedung ini akan tetap digunakan sampai seluruh pembangunan Aula Jing Si Tzu Chi Indonesia rampung,” ujar Alwin Scorp Leonardi, relawan Tzu Chi yang bertugas di sana. Gedung ini akan digunakan para pekerja untuk makan siang bersama. Untuk itu, akan dibuatkan pula urutan tata cara makan ala Tzu Chi. Mulai dari mencuci tangan di pancuran, antri mengambil piring, mengambil makanan yang tersedia, hingga terakhir mencuci kembali alat makan yang telah dipergunakan. Makanan yang dijual kepada para pekerja dengan harga terjangkau ini semuanya berjenis vegetarian. Makanan yang disediakan pun beragam jenisnya dan dapat mengambil sendiri alias prasmanan. Namun tetap saja, “Ambil secukupnya, kurang boleh tambah,” kata Alwin memberikan penjelasan.

foto  foto

Ket : - Relawan Tzu Chi tampak sedang mengamati perkembangan pembangunan gedung beserta jalan setapak
           di sekelilingnya. (kiri)
         - Usai meninjau lapangan, relawan Tzu Chi bersama dengan pihak-pihak yang terkait dalam pembangunan
           Aula Jing Si setiap hari Kamis menggelar rapat bersama. (kanan)

Pagi itu, Kamis 2 Juli 2009, Liu Su Mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bersama beberapa relawan Tzu Chi lainnya sedang mengecek perkembangan pembangunan gedung kantin, dapur, dan toilet. Mereka datang untuk mendiskusikan dekorasi bangunan yang akan diterapkan saat pembangunan telah benar-benar selesai. Selain difungsikan sebagai kantin dan dapur, gedung ini juga akan dijadikan sebagai tempat pameran perkenalan budaya Tzu Chi bagi para tamu yang datang ke lokasi pembangunan Aula Jing Si. Berdasarkan rencana, di sekeliling gedung akan diberikan pagar yang terbuat dari bambu dan ditanami tanaman sayur serta bunga. Dengan demikian, nuansa budaya humanis Tzu Chi pun dapat terasakan oleh setiap tamu yang datang berkunjung ke kompleks pembangunan Aula Jing Si.

 

Artikel Terkait

Cinta Kasih Muda-mudi Tzu Chi Pekanbaru Saat Berkunjung ke Panti Jompo

Cinta Kasih Muda-mudi Tzu Chi Pekanbaru Saat Berkunjung ke Panti Jompo

17 Oktober 2022

Cinta kasih dan kepedulian dari muda-mudi Tzu Chi Pekanbaru diwujudkan dengan kunjungan kasih ke Panti Jompo Embun Kehidupan Bangsa pada Minggu, 2 Oktober 2022.

Makna Tiga Tiada

Makna Tiga Tiada

19 Januari 2016
“Selama ini saya banyak aktif di misi amal, untuk semua makhluk kita harus mempunyai rasa cinta kasih besar. Untuk berinteraksi dengan sesama relawan kita harus mempunyai rasa maaf yang besar. Yang paling penting kita harus mempunyai rasa kebersamaan bahwa ini Tzu Chi, ini jalan kita semua," ujar Wie Sioeng (46) memaknai isyarat tangan “Tiga Tiada” (Pu Tien San Wu).
Menjadi sebuah Panutan

Menjadi sebuah Panutan

24 Juli 2013 Setelah mendengar presentasi singkat dari Tjhin Hong Ling, relawan komite Tzu Chi, para tamu dan relawan bergerak menuju Kali Angke. Mereka ingin melihat kondisi Kali Angke setelah warga yang tinggal di sana dinormalisasi dan pindah ke Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi.
Orang yang memahami cinta kasih dan rasa syukur akan memiliki hubungan terbaik dengan sesamanya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -