Cun Nyoh Menanti Rumah Baru

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya


Hok Cun, relawan yang mendampingi proses bedah rumah Ibu Cun Nyoh membantu membongkar rumah. Material yang masih layak digunakan, dikumpulkan agar nantinya bisa digunakan kembali.

Adalah suatu berkah dan kebahagiaan bisa mengenal Tzu Chi. Setidaknya itulah yang dirasakan Cun Nyoh. Bukan lagi kebahagiaan yang biasa, namun kebahagiaan yang berlipat-lipat rasanya.

Pagi itu, Kamis 17 Desember Cun Nyoh tengah duduk di depan rumahnya yang sedang dibongkar oleh relawan, dibantu dengan tukang dan warga. Cun Nyoh tinggal di rumahnya yang memprihatinkan karena tiangnya sudah sangat rapuh dan dimakan rayap. Hari itu, rumah Cun Nyoh yang tak layak huni akan mulai dibangun kembali oleh Tzu Chi.


Eeng anak sulung Ibu Cun Nyoh yang mengalami depresi ikut membantu pembongkaran rumah bersama warga sekitar dan Ketua RT setempat.

Saat proses pembongkaran dilakukan, mata Cun Nyoh menerawang memandang ke arah rumahnya, mungkin tengah mengingat berbagai kenangan bersama keluarga yang telah tercipta di dalamnya. Ia juga terdiam dengan raut wajah yang sudah tak lagi muda tertutup oleh masker yang digunakannya.

“Saya nggak bisa ngomong apa-apa lagi selain terima kasih banyak pada Yayasan Buddha Tzu Chi karena sudah bantu sejak saya sakit dulu, sampai sekarang bangunin rumah saya. Belum lagi biaya bulanan yang saya terima, semua dari Tzu Chi. Terima kasih banget buat relawannya,” ungkap Cun Nyoh.

Tulang Punggung Keluarga


Cun Nyoh bersama anak keduanya, Oong yang mengalami gangguan jiwa berat sedang menyaksikan rumahnya yang dibongkar untuk dibangun kembali agar layak huni.

Cun Nyoh, yang usianya kini lebih dari 70 tahun adalah tulang punggung keluarga yang bertahan hidup dengan memulung. Dulu ia sempat membantu usaha suaminya, yakni membuat hio. Namun sepeninggal sang suami, produksi hio tak dilakukan lagi. Bukan hanya karena suami yang meninggal, namun juga karena kecanggihan alat dan teknologi yang membuat hio buatan Cun Nyoh tak lagi dilirik konsumen.

Kini untuk kehidupan sehari-hari, Cun Nyoh mengaku tak bisa mengandalkan kedua putranya, Eeng (46) dan Oong (41) karena keduanya menderita depresi berat setelah ayahnya meninggal. Untuk itu, ia bekerja semampunya dengan memulung berbagai barang yang masih mempunyai nilai jual.

“Dulu mah waktu saya masih kuat mulung rongsokan, sehari bisa dapat 50 – 60 ribu. Sekarang saya sudah nggak kuat, pinggul dan kaki pada sakit kalojalan jauh,” aku Cun Nyoh.

Kondisi pandemi saat ini pun semakin memorak-porandakan perekonomian keluarganya. Namun tetap saja ia tak bisa berbuat banyak kecuali tetap berusaha. “Saya jual barang rongsokan paling kardus sekuatnya saya aja dan karena sekarang motor lagi rusak, ya sudah jual di daerah sini. Paling dapet 15 – 20 ribu sehari,” ungkap Cun Nyoh.

Berjodoh dengan Tzu Chi


Kondisi fisik Oong, anak kedua Ibu Cun Nyoh yang sangat memprihatinkan. Relawan Tzu Chi rencananya bersama dengan RT akan mengajak Oong perlahan-lahan untuk membersihkan badannya.

Cun Nyoh pertama kali mengenal Tzu Chi dari sosialisasi celengan bambu yang dilakukan oleh relawan di Kampung Simpak. Dari pertemuan itu, Cun Nyoh bercerita tentang kondisi ekonomi dan keluarganya. Dari sanalah relawan mulai berkunjung ke rumahnya di Kampung Ciresek dan mulai memberikan perhatian serta bantuan untuk Cun Nyoh dan keluarga.

“Ketika ia sakit, relawan menyempatkan untuk datang berkunjung. Ketika dirawat relawan pun membantu mengurus BPJS-nya dan membantu pengobatannya di salah satu rumah sakit di Kota Tangerang,” ungkap Hok Cun, relawan Tzu Chi Tangerang.

Hingga pada 11 Desember 2020 lalu, relawan kembali menyurvei rumah Cun Nyoh. Dari hasil survei itu, relawan Tzu Chi sepakat untuk membantu merenovasi rumah Cun Nyoh di Kampung Ciresek, Ds. Jagabaya, Kec. Parung Panjang. Kab. Bogor.

“Hari ini kami membongkar rumah Ibu Cun Nyoh yang dibantu oleh masyarakat sini dan beberapa seniman (tukang) bangunan. Kami bisa lihat sendiri rumah terbuat dari kayu, atap rumahnya banyak yang sudah dimakan rayap, kamar mandi sudah rusak, kotor, sangat tidak sehat. Ditambah lagi, kami lihat Ibu Cun Nyoh juga sudah tua dan sering sakit-sakitan. Kedua anaknya pun mengalami gangguan jiwa. Atas dasar inilah kami bantu memperbaiki rumahnya,” jelas Hok Cun.


Hok Cun sangat bersyukur bisa bersumbangsih untuk membantu pembangunan rumah Cun Nyoh. Ia berharap rumah ini nantinya bisa memberikan ketenangan jiwa dan batin Ibu Cun Nyoh.

Relawan Tzu Chi Tangerang berharap ke depannya keluarga Cun Nyoh bisa menjaga kebersihan rumah dan lingkungan setelah pembangunan selesai dilakukan.

“Kami relawan akan selalu mendampingi anak dan Ibu Cun Nyoh untuk selalu menjaga kebersihan rumah. Ini sulit karena kedua anaknya mengalami gangguan jiwa, namun pelan-pelan harus dilakukan,” ujar Hok Cun.

Apabila pembangunan berjalan lancar dan sesuai rencana, rumah Cun Nyoh akan segera selesai dalam waktu satu bulan dengan fasilitas 2 kamar tidur, satu ruang tamu, satu dapur, dan satu kamar mandi.

Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Tibalah Hari yang Dinanti-nanti

Tibalah Hari yang Dinanti-nanti

30 Maret 2023

Kegembiraan tengah menyelimuti hati para guru dan murid-murid Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam. Tak lama lagi gedung madrasah mereka akan segera dibangun oleh Tzu Chi Indonesia. 

Ladang Berkah Menciptakan Rasa Syukur

Ladang Berkah Menciptakan Rasa Syukur

25 Maret 2022

Bertahun-tahun menyaksikan sendiri perubahan yang sedikit demi sedikit tercipta di Kamal Muara, bukanlah satu hal yang mudah, tapi juga bukan yang melelahkan untuk Teksan Luis. Ia mengaku lebih banyak menerima pelajaran berharga. Seperti itu pula rasa syukurnya.

Bedah Rumah Tzu Chi di Kamal Muara: Ternyata Begini Rasanya, Bahagia!

Bedah Rumah Tzu Chi di Kamal Muara: Ternyata Begini Rasanya, Bahagia!

19 Desember 2022

Tzu Chi memulai Program Bedah Rumah Tahap ke-3 di Kamal Muara, Sabtu, 17 Desember 2022 dengan membongkar lima rumah para penerima bantuan. Pembangunan kembali rumah ini diperkirakan akan selesai dalam tiga bulan ke depan.

Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -