Di Balik Persiapan Baksos

Jurnalis : Eddy Rizal (He Qi Timur), Fotografer : Eddy Rizal (He Qi Timur)
 
 

fotoRelawan Tzu Chi menurunkan barang-barang yang akan digunakan dalam pelaksanaan Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi di Lampung.

Sekitar jam 3 pagi tanggal 8 April 2011, saya sudah tidak bisa tidur. Meski sudah membolak-balikkan tubuh, tetap saja mata tidak bisa diajak kompromi untuk ditidurkan lagi, tetap melek terus. Melek terus karena teringat pesan dari Rudi Shixiong bahwa kita harus bertemu di Bandara Soekarno-Hatta pukul 07.00 pagi. Pesan itulah yang kemudian selalu terngiang-ngiang di telinga.

Dalam baksos kali ini saya bertugas di bagian peralatan kedokteran gigi yang pengaturannya harus diselesaikan dengan baik. Itulah targetnya. Karena jika diselesaikan dengan baik maka paramedis Tzu Chi International Medical Association (TIMA) juga akan dapat menjalankan tugas mereka dengan sebaik mungkin.

Pagi itu, kami take off  30 menit lebih lambat dari jadwal yang seharusnya. Perjalanan udara kami berjalan lancar dengan sesekali hadirnya awan tipis di sekitar pesawat. Saat pesawat Boeing 737 yang kami tumpangi landing, landasan Bandara Raden Intan Lampung yang agak basah karena habis disiram hujan langsung menyambut kedatangan kami.

Usai mengurus koper dan bagasi, kami menuju ke pintu keluar. Di sana kami segera disambut oleh relawan Tzu Chi lainnya ke Tulang Bawang, tempat pelaksanaan bakti sosial kesehatan. Untuk mencapai lokasi baksos, penulis harus berkendara kurang lebih 6 jam lamanya. Itupun dengan catatan tidak hujan, karena jika di musim penghujan jalanan tanah liat yang dilalui akan berubah menjadi licin dan ban mobil pun selip. Tentu waktu tempuh pun menjadi bertambah lama.

Kami tiba di lokasi baksos sekitar pukul 16.00 WIB. Setelah beristirahat sejenak, kami kemudian mengadakan rapat dengan relawan Tzu Chi setempat. Dalam rapat itu, dibahas job description dan skenario penempatan ruangan untuk pelaksanaan baksos gigi, umum, apotek, tempat pengambilan obat, dan lain-lain.

Hari Sabtu, 9 April 2011 penulis dan relawan Tzu Chi lainnya mulai menyulap ruangan kantor yang ada menjadi tempat operasional baksos. Kami terlebih dahulu mengerjakan pengaturan alat-alat kedokteran gigi karena memerlukan ruang yang lebih banyak. Hari itu, para staf kantor masih bekerja seperti biasa, maka pengaturan lanjutan pun dilakukan seusai jam kerja selesai.

Penulis terkesan sekali dengan kekompakan yang begitu nyata di lapangan. Para relawan Tzu Chi begitu rapi dan tulus mengerjakan pengaturan alat-alat. Praktis sekitar pukul 17.00 WIB semua pengaturan telah selesai dilakukan. Baik yang di dalam ruangan kantor maupun di luar seperti tenda besar yang berfungsi sebagai meja pendaftaran dan pengukuran tensi. Semua sudah siap ”tempur” untuk menunggu hari H-baksos yang segera datang.

foto  foto

Keterangan :

  • Para pekerja melakukan penyetelan peralatan baksos di dalam ruangan kantor untuk menjadi tempat pelaksanaan baksos kesehatan. (kiri)
  • Inilah sebagian kecil perlengkapan kesehatan yang dibawa langsung dari Jakarta. Meski sekadar kegiatan baksos, relawan Tzu Chi senantiasa tetap mengedepankan prosedur kesehatan yang berlaku. (kanan)

Sekitar pukul 22.00 WIB sekitar 30 relawan Tzu Chi Lampung yang terdiri dari relawan medis, perawat, dan relawan setempat datang dengan sebuah bus besar di lokasi baksos. Mereka segera disambut oleh relawan lainnya. Meski perjalanan cukup berat dan guncangan di dalam bus sangat terasa, namun para relawan dari Lampung ini tetap saja ceria dan tersenyum meski mereka terlihat jelas letih usai mengarungi jalan penuh guncangan.

Perjalanan yang Menegangkan
Sekarang di manakah relawan Tzu Chi dari Jakarta? Menurut jadwal, relawan Tzu Chi yang terdiri dari relawan medis, perawat dan mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Moestopo Beragama yang berangkat dari Jakarta dengan menggunakan bus pukul 07.00 WIB sudah harus tiba di lokasi baksos pukul 19.00 WIB. Apa pasal mereka belum juga tiba? Ternyata di sore hari itu wilayah Tulang Bawang turun hujan, sehingga jalan setapak yang tadinya dapat dilalui dua kendaraan di saat kering kini tidak bisa dilalui dua kendaraan lagi. Kendaraan yang bertemu harus bergantian atau sedikit menepi. Apalagi tanah di pinggir jalan pun tidak dilapisi aspal sehingga licin dan rawan selip. Itulah yang kemudian terjadi dengan bus relawan dari Jakarta. Bus mereka terjebak di tengah-tengah hutan kelapa sawit karena di saat melaju mereka bertemu dengan mobil lain dari arah berlawanan. Pengemudi bus tidak berani mengambil resiko menepi karena khawatir terperosok dan terguling. Akibatnya, macet pun terjadi.

Barulah sekitar pukul 01.00 WIB, tanggal 10 April 2011, kami kemudian mendapatkan informasi dari relawan lainnya bahwa bus dari Jakarta terjebak macet. Sekali lagi, relawan Tzu Chi Lampung mengambil inisiatif. Mereka mengirimkan 7 buah mobil box penumpang untuk membantu mengangkut para relawan dari Jakarta ini. Dengan cara estafet, barulah sekitar pukul 02.00 WIB rombongan kloter pertama dari Jakarta tiba di lokasi baksos. Saat itu mereka tidak lagi mengenakan sepatu karena jika masih dipakai maka kemungkinan besar sepatu tersebut tertinggal di dalam lumpur. Apalagi mereka juga harus berjalan kaki sejauh 500 meter terlebih dahulu menuju mobil penjemput. Mereka ini bagaikan para petani yang baru saja pulang dari mencangkul di sawah. Celana panjang sudah digulung ke atas dan kaki yang penuh lumpur. Sekitar pukul 03.00 WIB semua rombongan pun akhirnya bisa dievakuasi dan beristirahat di mess yang telah disediakan.

Saat itu juga, Drg. Linda dan penulis segera meninjau lokasi baksos. Drg. Linda memeriksa kembali apa-apa yang masih kurang baik dari formasi duduk dan pengaturan alat-alatnya. Dari tinjauan itu ada sedikit perubahan yang harus kami kerjakan dan selesaikan saat itu juga mengingat baksos akan segera dimulai pada pukul 08.00 WIB. Praktis karena itu, kami pun baru dapat kembali ke mes sekitar pukul 04.30 WIB. Tiga jam setengah lagi baksos akan dibuka. Ternyata, masih ada masalah lain yang menunggu. Beberapa alat kedokteran gigi yang dibawa paramedis dari Jakarta karena kondisi yang tidak memungkinkan tidak dapat diturunkan pada saat melakukan penjemputan di tengah hutan sawit. Maka sekali lagi dengan gesit relawan Tzu Chi Lampung mengirimkan traktor untuk mengambil alat-alat yang dibutuhkan tersebut.

Akhirnya kita pun boleh bernapas lega karena pada akhirnya semua perlengkapan yang diperlukan dapat tiba di lokasi. Baksos pun kemudian selesai pada pukul 15.00 WIB. Dengan gesit semua relawan yang terlibat membongkar kembali semua peralatan baksos dan dimasukkan ke dalam mobil boks untuk dibawa kembali ke Jakarta. Sore itu juga, kami bergegas meninggalkan lokasi baksos dan kembali ke Jakarta. Selamat tinggal Baksos   Tulang  bawang  2011, sampai jumpa lagi di lain kesempatan.

  
 

Artikel Terkait

Semangat Vegetaris dari Bodhisatwa Cilik

Semangat Vegetaris dari Bodhisatwa Cilik

24 Juli 2017

Relawan komunitas He Qi Utara 1 mengadakan gathering relawan yang mengajak semuanya agar bervegetaris sekaligus membagikan paspor vegetarian. Pada sesi sharing, Shelly Widjaja mengajak Vincent dan kakak-kakaknya untuk tampil dan sharing suka duka menjalani pola makan vegetaris.

Menjadi Murid yang Memahami Guru

Menjadi Murid yang Memahami Guru

07 Maret 2012 Pada tanggal 3 dan 4 Maret  2012, sebanyak 48 relawan biru putih mengikuti pelatihan calon komite di Sekolah Tzu  Chi Indonesia. Relawan yang hadir pada hari tersebut adalah mereka yang sudah siap untuk menjadi calon komite yang akan dilantik pada bulan November 2012 di Taiwan.
Bedah Kampung: Merangkul Semua Orang

Bedah Kampung: Merangkul Semua Orang

03 Februari 2012 Kunjungan ini dilakukan dalam rangka untuk mempererat hubungan kerjasama pada program bedah kampung bagi masyarakat kurang mampu.
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -