Dua Hari untuk Budi Pekerti

Jurnalis : Ivana, Fotografer : Anand Yahya
 
foto

* Kedekatan sebagai bagian dari satu keluarga, membuat relawan dan murid-murid SDN Jetis bisa cepat berbaur dan menyatu. Pelajaran terbaik adalah dengan memberikan contoh perilaku kepada anak didik.

Sekolah Terpadu Cinta Kasih Jetis, Bantul tetap terlihat megah seolah baru saja diresmikan. Pada tanggal 20 dan 21 Maret 2008 yang merupakan hari besar berderet ini, sewajarnya gedung megah sekolah tersebut sepi kegiatan belajar-mengajar. Namun ternyata tidak demikian adanya.

Guru-guru Sekolah Cinta Kasih Cengkareng, Jakarta pada tanggal 20 Maret 2008, untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di sekolah yang dibangun pascagempa Yogyakarta ini. Mata mereka menerawang dan memancarkan rasa takjub. Beberapa diantaranya bahkan mengatakan bahwa sebagai sesama sekolah yang pembangunannya ditangani Tzu Chi, sekolah ini jauh lebih megah dibanding sekolah tempat mereka mengajar.

Enam belas jam lamanya, 54 guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng dan 12 relawan Tzu Chi Jakarta menempuh perjalanan darat dengan bis untuk menuju sekolah ini. Rasa lelah di badan belum hilang juga rasa kantuk menyerang. Tugas panjang untuk memberikan Pembelajaran Budi Pekerti dengan Kata Perenungan bagi 71 guru Jetis tak dapat ditunda. "Pembelajaran budi pekerti dimana ini adalah tongkat estafet yang telah diberikan Master Cheng Yen pada guru Tzu Chi Taiwan lalu diberikan pada guru Tzu Chi Jakarta. Dan bersyukur hari ini kita bisa bertemu dengan guru di Sekolah Terpadu Jetis. Sementara untuk kami sendiri, saya ingin di antara teman-teman sendiri ada sarana sosialisasi yang fair dan terbuka juga ide-ide kreativitas yang muncul dari kebersamaan itu," kata Eko Rahardjo, guru yang memimpin rombongan dari Jakarta.

"Kami dengan kerendahan hati mengucapkan Sugeng rawuh, Selamat datang kepada bapak ibu sekalian. Meski ini ini hari libur, bapak ibu menyempatkan diri datang. Ini merupakan kebanggaan bagi kami di sini," ungkap Drs. H. Wiyono, Kepala Sekolah Terpadu Cinta Kasih Jetis.

Membentuk Karakter Sedini Mungkin
Budi pekerti disepakati oleh hampir semua guru sebagai bagian penting dari pendidikan untuk membentuk murid didik yang baik secara akademis maupun perilaku. Saat ini, Sekolah Terpadu Cinta Kasih Jetis yang berstatus sekolah negeri, wajib mengikuti ketetapan jam pelajaran dari pemerintah. Karenanya pelajaran budi pekerti ini umumnya diselipkan dalam pelajaran yang lain yaitu Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan serta Pendidikan Agama. Hanya SDN Jetis saja yang memberlakukan jam pelajaran budi pekerti secara terpisah, satu kali seminggu, berdurasi 35 menit.

foto   foto

Ket : - Dengan tekun dan sabar, para guru dari Sekolah Cinta Kasih Jakarta mengajarkan gerakan isyarat tangan
           kepada guru-guru di Sekolah Terpadu Tzu Chi Yogyakarta. (kiri)
         - Pembuatan kerajinan tangan (prakarya) sebagai sarana (media) pembelajaran budi pekerti yang efektif. Para
           guru Sekolah Terpadu Cinta Kasih Tzu Chi Yogyakarta diharapkan dapat membuat dan menjadikannya
           sebagai sarana pembelajaran kepada para siswanya. (kanan)

Usaha SDN Jetis dengan menggunakan porsi muatan lokal (Mulok) untuk pembelajaran budi pekerti sejak bulan Juli 2007, tepat saat Sekolah Terpadu dibuka, masih menghadapi kendala-kendala. "Kami mengalami kesulitan mengadopsi pembelajaran yang dari cinta kasih (Tzu Chi). Kendalanya cuma di kurikulum dan materi," ungkap Subahdi, Kepala Sekolah SDN Jetis. Ia sangat mendukung pembelajaran budi pekerti sebab menurutnya suasana belajar di kelas akan menjadi kondusif bila anak-anak memiliki sikap yang baik, apalagi bila budi pekerti itu dapat tertanam sedini mungkin.

Berbeda pula tantangan untuk Ika Sulistianti, yang mengajar di tingkat SMA. Menurut guru ekonomi kelas X ini, "Untuk anak SMA, sebenarnya mereka sudah berkembang ke arah matang, sehingga untuk pembentukan dari awal lagi sebetulnya sudah sulit." Meski demikian, Ika tetap berkeinginan mencari cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi siswa yang membutuhkan penanganan khusus.

Pengemasan pendidikan budi pekerti, memang membutuhkan kreativitas yang berbeda dibanding pelajaran akademis lainnya. Maka, susunan materi yg disampaikan oleh para guru Jakarta pun sangat bervariatif seperti pembuatan kerajinan tangan, pertunjukan boneka, bahasa isyarat tangan, permainan kelompok, dan menonton film. Di dalam materi-materi ini terselip nilai-nilai budi yang ditanamkan serta Kata Perenungan untuk memudahkan siswa mengingat dan mengubah diri menjadi lebih baik.

Antara Belajar dan Mengajar
Satu hingga tiga tahun lalu, guru Jakarta masih berstatus sebagai peserta pelatihan budi pekerti yang disampaikan guru-guru dari Taiwan. Saat ini mereka telah menjelma menjadi pengajar. Profesi sebagai guru pula yang memudahkan mereka untuk menularkan ilmu ini pada guru-guru Jetis. Para guru Jakarta mempersiapkan sendiri segala bahan mulai dari absensi, tanda pengenal, sampai dengan modul materi pembelajaran. Dan tentu mereka pula yang menjadi pengisi dari seluruh acara.

Datang ke tempat yang jauh untuk membagi ilmu rupanya justru memberikan kesempatan pada guru-guru Jakarta untuk saling mempererat kekerabatan diantara mereka sendiri. Kesamaan rasa dan keinginan untuk memberikan yang terbaik berwujud pada dua hari penuh koordinasi, saling mengingatkan, saling menutupi kekurangan, dan saling menyemangati. Mereka berdiskusi, mereka memotret, mereka mengatur makanan, menyusun kursi, dan tidak ketinggalan berlatih isyarat tangan di sudut-sudut ruang kelas yang kosong. Semuanya dilakukan dengan keanggunan sebagaimana seorang guru.

foto  

Ket : - Purwantaka, seorang guru dari Sekolah Terpadu Cinta Kasih Tzu Chi membacakan puisi berjudul 'Satu Jiwa'
           untuk mengenang seluruh kegiatan pembelajaran budi pekerti, sekaligus kehangatan dan perhatian yang
           diberikan relawan dan guru-guru Sekolah Cinta Kasih Jakarta

"Biarpun capek banget perjalanan lama, tapi seneng. Ketemu orang banyak, bisa melakukan sesuatu untuk orang lain," tukas Sandra, guru Kelompok Bermain Cinta Kasih yang memandu sesi senam. Upaya Sandra mencairkan suasana dapat dibilang cukup berhasil. Ia sukses membuat guru-guru Jetis yang semula malu-malu untuk menggerakkan badan mengikutinya sambil tertawa-tawa.

Kegiatan pada 2 hari besar nasional, dan salah satunya adalah hari Kenaikan Isa Almasih, menyebabkan beberapa orang guru yang beragama Katolik ataupun Kristen Protestan harus melewatkan hari besar ini jauh dari keluarga. "Apabila saya sudah diberi tanggung jawab, maka saya akan lakukan dengan sebaik-baiknya," ujar Sahat, salah seorang guru Jakarta yang merupakan umat Nasrani. Ia mengakui bahwa melakukan ibadah juga merupakan hal yang penting, dan ia akan menggantikannya pada hari Minggu ini saat hari raya Paskah. Ia juga bercerita seorang guru Jetis menyampaikan padanya bahwa apa yang sudah diajarkan dalam pembelajaran budi pekerti ini sangat bermanfaat dan pasti akan mereka terapkan dalam mendidik para siswa.

Langsung Bertindak untuk Lingkungan
Pembelajaran budi pekerti tidak hanya berlangsung di dalam kelas, namun juga diteladankan kepada para guru ketika mereka berbaris masuk kelas, makan, ataupun membuang sampah. Kehadiran relawan dalam kegiatan memang dapat memberikan suasana yang berbeda. Usai makan siang dengan menggunakan kotak kardus, para relawan dengan sendirinya langsung memilah sampah-sampah tersebut. Kotak-kotak kardus dibuka dan disusun rapi, begitu pula dengan gelas-gelas? plastik. Perbuatan mereka ternyata memberikan kesan tersendiri bagi para guru Jetis. Mereka langsung menirukan apa yang sudah dilakukan oleh relawan.

"Satu hal yang sangat berkesan bagi kami adalah bahwa sampah dapat diubah menjadi emas dan emas menjadi cinta kasih. Kami sudah mulai melakukaln hal tersebut. Dan ke depan kami bertekad untuk mulai mengorganisir sampah-sampah ini," ujar Sarjilah yang mewakili para guru Jetis menyampaikan kesan. Bahkan secara kebetulan, para guru Jetis telah menemukan pihak yang bersedia mengelola sampah-sampah tersebut.

foto  

Ket : - Di setiap kegiatan pembelajaran budi pekerti, selalu diselipkan kegiatan olah jasmani. Seperti pepatah,
           'Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat'.

Jalinan Kekeluargaan yang Baru (Nunung Nurhawati, penutupan, purwantaka, Purnomo)
Dua hari melewatkan waktu bersama telah menjalin kedekatan baru antara para guru Jetis dan Jakarta. Suasana asing dan dingin yang dirasakan saat kegiatan baru dimulai, berubah menjadi kehangatan dan keakraban seiring kegiatan berlangsung. "Saya mengagumi para relawan maupun guru dari Jakarta, yaitu etos kerjanya. Saya lihat mereka ini tidak pernah duduk dan saya mengamati bapak ibu relawan sepertinya tidak kenal lelah," ujar Purnomo, seorang guru di SMP Jetis.

Pada penutupan, kedua sekolah saling bertukar cindera mata. Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng juga meninggalkan semua materi dan bahan yang mereka gunakan pada kegiatan ini agar dapat digunakan oleh para guru Sekolah Terpadu Cinta Kasih Jetis.

"Saya merasa sedih, seperti kehilangan kerabat yang sangat dekat. Cara pembelajaran seperti kalau makan mencuci sendiri, itu akan agak sulit diterapkan. Tapi kalau memang bisa begitu alangkah indahnya. Semua terasa seperti kerabat sendiri. Terus terang, saya terkesan sekali," Nunung Nurhawati ikut menambahkan. Seorang guru SMA Jetis, Purwantaka, ternyata memberikan kejutan berupa puisi yang dibuatnya pada saat mengikuti sesi.

    Satu Jiwa

    Kepak sayap cinta terbang mengelilingi dunia.
    Akan hinggap kemana?
    Ke tempat manusia yang penuh derita?
    Oh, ternyata ke tempat manusia yang masih ada cinta
    Ke manusia yang masih menyimpan nurani

    Sayap-sayap kasih ditebar
    Harapan demi harapan digantungkan
    Keikhlasan yang tercermin dalam senyum
    Tak berharap balasan
    Akankah tumbuh?

    Dan sayap-sayap kasih mulai ditanam
    Masing-masing sanubari seperti pohon di lahan yang luas
    Akankah kita jaga kesuburannya?
    Sayap-sayap cintamu
    Sayap-sayap kasihmu
    Akan kujaga sepanjang hayatku
    Dan kutebarkan benih biar tumbuh

    Yang akan menjaga cinta kasih sucimu.

Ketika para guru bersalaman dan saling mengucapkan berterima kasih, serta berharap kegiatan semacam ini dapat dilakukan lagi di waktu mendatang, yang terpenting mereka membawa tekad untuk menerapkan metode pendidikan yang baru bagi anak-anak didik mereka.

 

Artikel Terkait

Suara Kasih: Rela Bersumbangsih

Suara Kasih: Rela Bersumbangsih

04 Juli 2012 Insan Tzu Chi membimbing warga dan berbagi dengan mereka bahwa asalkan ada niat baik, maka ada berkah, dan asalkan ada tekad, maka ada kekuatan. Meski yang kita berikan tidak banyak, namun tetap dapat bermanfaat bagi orang lain.
Suara Kasih: 20 Tahun Daur Ulang Tzu Chi

Suara Kasih: 20 Tahun Daur Ulang Tzu Chi

01 Juni 2010
Misi pelestarian lingkungan akan menginjak tahun ke-20 pada bulan Agustus mendatang. Bulan Agustus dua puluh tahun yang lalu, pada sebuah ceramah di Taichung saya mengimbau para hadirin untuk menggunakan tangan mereka yang tengah bertepuk tangan melakukan kegiatan daur ulang.
Relawan Tzu Chi di Bogor Salurkan Nasi Kotak Vegetaris untuk Nakes

Relawan Tzu Chi di Bogor Salurkan Nasi Kotak Vegetaris untuk Nakes

24 Agustus 2021

Relawan Tzu Chi di Kota Bogor memberikan nasi kotak vegetaris sekaligus mensosialisasikan tentang pola makan vegetaris untuk tenaga kesehatan di sentra vaksinasi yang bertempat di Wihara Dhanagun Kota Bogor, Jawa Barat. Ada 60 bungkus nasi vegetaris yang disediakan.

Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -