Dukungan untuk Susana yang Ingin Terbebas dari Belenggu Rasa Sakit

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah, Videografer: Chandra S.

Tak bisa dibayangkan betapa tersiksanya Susana (36) selama sembilan tahun ini. Terdapat dua benjolan besar di lehernya, depan, juga belakang. Benjolan ini muncul tiba-tiba setelah ia melahirkan anaknya yang kedua.

“Sering nyeri. Saya kadang menangis sendiri, apalagi kalau kumat. Kalau kumat saya nggak bisa ngapa-ngapain, dibiarkan saja,” kata Susana di rumah kontrakannya di Kapuk Pulo, Cengkareng, Jakarta Barat.

Pada Januari 2016, Susana memeriksakan diri ke Rumah Sakit Cengkareng, hasil analisa dokter menyebut Susana terkena tumor darah. Ia pun dirujuk ke RSCM. Di sana dokter mengatakan benjolan di bagian depan adalah tiroid, sementara yang belakang adalah kelenjar getah bening. Namun saat itu RSCM belum memiliki alat untuk operasi.


Leng Leng mengunjungi Susana di kontrakannya. Pada kunjungan ini, Susana kembali mengungkapkan keinginannya untuk dioperasi agar terbebas dari rasa sakit.

Pada Juni 2018, adiknya kembali datang ke RSCM untuk bertanya kelanjutan pengobatan Susana, syukurlah alatnya sudah ada. Susana pun tinggal menunggu jadwal operasi.

Suatu hari, relawan Tzu Chi bernama Leo melihat Susana. Karena iba dengan kondisi Susana, Leo pun membantu mengajukan bantuan bagi Susana. Setelah proses survei, Susana pun dibantu oleh Tzu Chi berupa biaya pengobatan yang tidak ditanggung oleh BPJS.

Sampai datang giliran Susana untuk operasi, Lukman, sang suami berubah pikiran. Ia pun menolak untuk menandatangani surat persetujuan operasi karena takut Susana tak tertolong jiwanya. Sejak Lukman menolak tanda tangan, sejak itu pula Susana tak melanjutkan pengobatannya.

Kondisi Serba Sulit


Di kontrakan Susana tumpukan kardus tampak menggunung. Sudah empat bulan ini ia bekerja sebagai pemulung.

Waktu pun berlalu. Sebelumnya Susana adalah ibu rumah tangga. Sementara Lukman bekerja sebagai pengangkut sampah di sebuah perumahan di Cengkareng. Namun sejak pandemi, Lukman tak bisa bekerja lagi karena akses ke perumahan tersebut dibatasi. Untuk menyambung hidup, mau tak mau Susana pun bekerja, meski dengan kondisi berat akibat benjolan di leher.

Sudah empat bulan ini Susana memulung, setiap hari sejak pagi hingga sore. Areanya mencakup Taman Palem Lestari, Cengkareng. Barang daur ulang, ia bawa ke kontrakan dan tiap dua pekan sekali, pengepul datang mengambil.

Barang pulungannya dihargai 170.000 hingga 180.000 rupiah. Penghasilan yang jauh dari kata cukup, karena anggota keluarganya ada lima orang. Untuk menambah penghasilan, ia kadang menyapu di Pasar Palem dan diupah 25.000 hingga 35.000 rupiah.

Adalah Leng Leng, relawan Tzu Chi dari He Qi Barat 1 yang tinggal di Perumahan Palem Lestari. Ia beberapa kali melihat Susana dan memperhatikan jika benjolan di leher Susana dari hari ke hari kian membesar.

“Saya cek, ternyata Susana ini ada dibantu Tzu Chi dari 2018, dibantu biaya pengobatan di luar BPJS. Tapi kok bantuan itu tidak digunakan, nggak pernah berobat, ternyata suaminya tak mau menandatangi persetujuan operasi. Dan juga selama ini tak ada orang yang bisa menemani dia ke rumah sakit. Padahal jadwal untuk ke rumah sakit itu sudah ada,” kata Leng Leng.


Leng Leng dan relawan lainnya sangat mendukung agar Susana dapat segera dioperasi, namun semua tergantung persetujuan keluarga Susana.

Kepada tim di Misi Amal He Qi Barat 1, Leng Leng pun mengusulkan, dari pada bantuan pengobatan tak digunakan oleh Susana, bisakah bantuan itu diganti dengan bantuan biaya hidup. Setelah melalui survey ulang, disetujuilah, Susana diberikan bantuan biaya hidup dan DAAI Mi setiap bulan sejak November 2020.

“Saya mengucapkan banyak terima kasih atas bantuannya. Cuma saya banyak merepotkan Ibu Leng Leng,” kata Susana.

“Enggak merepotkan kok..,” ujar Leng Leng lembut.

Setiap bulan, di pekan pertama, Leng Leng membawakan jatah bantuan bulanan Susana. Mereka kadang bertemu di kantor RW Palem Lestari.

Pada Sabtu 30 Januari 2021, Leng Leng beserta Sharon mengunjungi Susana di kontrakannya. Pada kunjungan ini, Susana kembali mengungkapkan keinginannya bisa dioperasi agar terbebas dari rasa sakit. Leng Leng tentu mendukung keinginan Susana. Namun semua tentu kembali kepada keluarganya.

“Kalau saya pengennya sembuh total. Sangat mengganggu. Kalau tidur, saya selalu miring ke kanan,” ujarnya.

“Di masa pandemi ini mungkin kita agak kesulitan untuk pendampingan ke rumah sakit. Tapi kita akan coba kaji lagi apakah saudaranya atau keluarganya mau menemani. Kalau ada yang mau menemani mungkin kita akan atur bagaimana cara pendampingannya supaya dia bisa dioperasi,” terang Leng Leng.

Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Semangat Para Penerima Bantuan Tzu Chi di Tahun yang Baru

Semangat Para Penerima Bantuan Tzu Chi di Tahun yang Baru

08 Januari 2018
Semangat baru di tahun yang baru ditunjukkan para penerima bantuan Tzu Chi (Gan En Hu) Bogor dalam pertemuan Gan En Hu yang pertama tahun ini, Minggu, 7 Januari 2018.
Karunia Terbesar dari Tuhan

Karunia Terbesar dari Tuhan

09 September 2020

“Biar bagaimanapun yang namanya anak itu kan jiwa. Ini dari Tuhan, jadi kita harus benar-benar sabar. Apapun kondisinya kita harus terima dengan ikhlas, dengan semangat.” (Paulus Tjoei Ho, orang tua Jenny). 

Semangat Untuk Siti Aminah

Semangat Untuk Siti Aminah

18 Februari 2021

Wajah Siti Aminah (63) langsung ceria saat mendapati relawan Tzu Chi berada di depan pintu rumahnya dan mengucapkan salam. “Silahkan masuk. Maaf lantainya basah, habis banjir kemarin,” kata Siti Aminah dari atas kursi rodanya. Relawan pun segera masuk rumahnya yang terletak di wilayah Kamal, Kalideres, Jakarta Barat, Rabu, 17 Februari 2021. 

Apa yang kita lakukan hari ini adalah sejarah untuk hari esok.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -