Kursi Roda Khusus untuk Almira

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah, Videografer: Chandra S.

Almira Azalia lahir dan tumbuh normal layaknya bayi pada umumnya. Ia sudah bisa tengkurap, duduk, tertawa, menangis, juga mengucapkan kata “Pa” dan “Ma”. Namun menginjak usia 1,5 tahun, kondisi Almira berubah.

Dimulai dengan panas tinggi Almira hingga 39 derajat Celsius, orangtuanya membawa Almira ke Puskesmas dan diberikan obat. Setelah bangun tidur, kondisi Almira tak membaik, ia muntah-muntah. Beberapa hari kemudian Almira dibawa ke RSUD Cilincing kemudian dirujuk ke RSUD Koja, Jakarta Utara.


Orang tua Almira terharu saat Ketua Misi Amal He Qi Timur, Johan Kohar secara resmi menyerahkan bantuan kursi roda untuk Almira.

Di RSUD Koja, Almira mengalami kejang, setelah di-scan, ternyata banyak cairan di kepalanya, Almira pun menjalani operasi dan dirawat selama dua pekan. Dokter menjelaskan, Almira menderita Cerebral Palsy.

“Tadinya saya tidak tahu apa itu Cerebral Palsy. Trus dikasitahu dokter Cerebral Palsy itu kelumpuhan otak. Otaknya anaknya ibu ada masalah. Nanti perkembangannya lambat jadi kayak bayi lagi,” kata Mut Mainah, ibu Almira.

Masa-masa Paling Berat


Rina dari tim Bakti Amal Yayasan mengajarkan ayah Almira cara menggunakan kursi roda ini dan bagaimana cara melipatnya.

Kenyataanya Almira memang seperti kembali menjadi bayi yang baru lahir. Almira tak bisa lagi berbaring, tak bisa duduk, bahkan tak bisa menangis. Kalau sedang tidak tidur, Almira hanya diam saja. Ketika kesakitan, ia hanya bisa mengangkat-angkat tangannya.

Inilah masa terberat yang dirasakan orang tua Almira. Sang ayah mengaku merasa kehilangan, meski Almira berada di pangkuannya.

“Kami sebagai orang tua benar-benar merasa kehilangan. Yang tadinya ini anak aktif, bisa memanggil orang tua, tahu-tahu seperti ini. Yang tadinya bisa panggil Pa, Ma, trus ditinggal mamanya sebentar saja dia benar-benar menangis,” ujar Muhammad Arifin, ayah Almira.

Beberapa hari kemudian setelah pulang dari perawatan di RSUD Koja, Almira mengalami sesak napas. Sejak saat itu hingga sekarang Almira seperti langganan pergi ke rumah sakit. Bahkan kadang dalam sepekan, Almira tiga kali ke rumah sakit. Satu kali untuk pengobatan dan dua kali untuk terapi.

Almira menjalani fisoterapi supaya bisa duduk lagi, bisa tengkurap, bisa berdiri, juga terapi supaya bisa makan tanpa menggunakan selang NGT. Selama ini, Almira hanya bisa minum susu menggunakan selang, per tiga jam sekali.

Kini setelah pengobatan Almira berjalan hampir empat tahun, kedua orang tua ini sudah lebih kuat, lebih tabah dan sudah bisa menerima keadaan. Dengan ketelatenan mereka, kondisi fisik Almira juga sudah mengalami kemajuan.

“Sekarang badannya sudah nggak pada kaku, agak lemesan, kepalanya bisa mengangkat sedikit sedikit setelah terapi,” kata Mut Mainah.

Membutuhkan Bantuan


Kursi roda ini nyaman dan aman, untuk dipakai berjemur juga sangat aman karena Almira dapat terikat dengan baik. Untuk mobilitas, yakni dibawa pergi juga mudah membawanya. 

Meski menggunakan layanan BPJS untuk pengobatan Almira, perjuangan orang tua untuk Almira benar-benar tak mudah. Muhammad Arifin mencari nafkah dengan berjualan batagor. Sementara Mut Mainah fokus merawat Almira dan kakak Almira yang duduk di bangku sekolah dasar.

Suatu hari, teman Mut Mainah yang juga punya anak dengan Cerebral Palsy memberitahunya tentang Yayasan Buddha Tzu Chi. Sang teman yang melihat kondisi keluarga Almira pas-pasan pun menganjurkan mereka untuk mengajukan bantuan ke Tzu Chi.

Dengan menumpang bus Transjakarta, pada Desember 2020, ayah Almira datang langsung ke Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk. Ia mengajukan bantuan berupa diapers dan susu bagi Almira. Ternyata persyaratan yang harus dibawa ayah Almira kurang. Ia tak membawa surat rekomendasi dari dokter.

Sepekan kemudian Arifin dan Mut Mainah kembali ke Tzu Chi Center dengan membawa serta Almira. Berdasarkan nasihat dari dokter, mereka pun akhirnya mengajukan bantuan kursi roda. Sang dokter menilai, kursi roda akan meringankan beban Mut Mainah yang selama ini harus bolak-balik ke rumah sakit dengan menggendong Almira.

Di Tzu Chi Center, orang tua Almira ditemui oleh Rina, staf dari Bakti Amal. Dan sekitar dua pekan kemudian, Rina pun melakukan survey. Karena masih dalam situasi pandemi, proses survei dilakukan secara daring, melalui video call.

Melihat kondisi fisik Almira, tim Bakti Amal pun mengambil kesimpulan bahwa kursi roda yang dibutuhkan Almira harus dengan spesifikasi khusus yang manfaatnya bisa maksimal. Terutama melihat kebutuhan Almira untuk berobat dan terapi.

Butuh waktu hampir dua bulan tim Bakti Amal dan para relawan mencari kursi roda ini. Kursi roda ini harus custom, atau dipesan khusus karena menyesuaikan dengan badan Almira. Kursi roda ini juga bisa dipakai dalam jangka waktu yang lebih lama, bisa lebih dari empat tahun jika dirawat dengan baik.

Sampai Tak Dapat Berkata-kata


Ayah Almira sangat lega setelah membawa pulang kursi roda untuk sang bungsu. Almira saat ini berusia 4 thn 8 bln. Almira mempunyai satu orang kakak berusia 13 tahun. 

Minggu, 28 Februari 2021 menjadi hari yang membahagiakan bagi orang tua Almira. Pagi-pagi mereka sudah berangkat dari rumah mereka di wilayah Kalibaru, Cilincing menuju kedai Lomie Abeng di Kelapa Gading, lokasi sementara yang digunakan komunitas relawan He Qi Timur untuk pembagian bantuan bulanan Gan En Hu.

Almira tampak tertidur digendong Mut Mainah. Beberapa relawan Tzu Chi juga sudah tampak di sana. Sebuah mobil pun datang. Dibantu relawan, Rina dari Bakti Amal membawakan kursi roda yang dirancang khusus untuk Almira.

“Saya bahagia sekali sampai-sampai mau menangis. Kalau beli kan nggak kebeli karena harganya mahal,” kata Mut Mainah.

Arifin, ayah Almira juga masih tak menyangka, kursi roda yang ia ajukan sudah di genggamannya. Rina dan beberapa relawan kemudian mengajarikan cara memasang, melipat, juga cara mendudukkan Almira di kursi tersebut.

“Saya terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi sudah membantu anak saya dengan memberikan kursi roda supaya meringankan beban saya, enggak gendong-gendong lagi,” kata Mut Mainah.

Selain dapat lebih meringankan beban kedua orang tua Almira, bantuan ini rupanya juga menambah semangat mereka dalam merawat anak bungsunya ini.

“Iya tambah semangat. Makin giat, berjuang buat anak supaya cepat sembuh, cepat sehat,” kata Arifin.

“Saya optimis pasti anak saya bisa jalan lagi, bisa ngomong lagi, sehat lagi kayak anak normal lainnya, bisa sekolah,” tambah Mut Mainah.


Almira saat diberi minum susu melalui selang NGT.

Pada penyerahan bantuan kursi roda ini, Johan Kohar, Ketua Misi Amal di He Qi Timur berpesan agar merawat kursi roda ini.

“Pesan saya ya ini harus dirawat, karena hal itu juga merupakan satu ungkapan terima kasih kepada para donator yang begitu antusias memperhatikan kebutuhan anak ini,” tutur Johan Kohar.

Johan Kohar juga mengatakan, bahwa ketika seseorang menjadi Gan En Hu Tzu Chi, ia menjadi bagian dari keluarga besar Tzu Chi. Karena itu, para relawan di komunitas He Qi Timur khususnya, akan selalu memberikan perhatian untuk Almira. Ia dan relawan lainnya mendoakan agar Almira makin sehat, dan orang tua Almira bisa terus semangat.

Editor: Erli Tan


Artikel Terkait

Guru dan Orang Tua Siswa Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng Bagikan 200 Paket Sembako

Guru dan Orang Tua Siswa Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng Bagikan 200 Paket Sembako

17 Januari 2022

Relawan Tzu Chi Indonesia bersama orang tua murid dan guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng membagikan 200 paket sembako kepada penerima bantuan Tzu Chi.

Keceriaan itu Ada di Santa Anna

Keceriaan itu Ada di Santa Anna

05 Maret 2015 Rencana kunjungan akhirnya terlaksana pada Minggu, 1 Maret 2015. Pada pukul 14:00 WIB, sebanyak 25 orang relawan Tzu Chi komunitas Hu Ai Angke termasuk saya, mengunjungi Panti Jompo Santa Anna yang berlokasi di Jalan M No. 40 Gang Mazda, Teluk Gong.
Dengan Memulung, Pak Oding yang Sudah Sepuh Bertahan Hidup

Dengan Memulung, Pak Oding yang Sudah Sepuh Bertahan Hidup

08 November 2021

Tuntutan hidup memaksa Oding Sahri (81) untuk bekerja sebagai pemulung di Papanggo, Jakarta Utara. Warga sekitar yang pengertian, biasanya memilah sampah daur ulang mereka dan memberikannya kepada Pak Oding.

Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -