PAT 2019: Membangun Keluarga Tzu Chi yang Saling Mendukung

Jurnalis : Meity Susanti ( Tzu Chi Palembang), Fotografer : Albert, Meity Susanti, Stefen Saputra, Manleksang (Tzu Chi Palembang)


Para penerima bantuan, bersyukur dapat menjadi bagian keluarga Tzu Chi dan berterima kasih atas bantuan para donatur yang telah diberikan. Mereka memberikan sharing di Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi 2019.

Ketulusan, Kebenaran, Keyakinan, dan Kesungguhan Laksana Tanah yang Subur. Cinta Kasih, Welas Asih, Sukacita, dan Keseimbangan Batin Laksana Angin yang Sejuk, merupakan tema Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi 2019. Kegiatan ini adalah ungkapan syukur Master Chen Yen kepada seluruh relawan dan donatur yang selama ini telah mendukung dan membantu mewujudkan semua misi Tzu Chi tanpa pamrih.

Di Palembang, Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi 2019 diadakan pada Jumat, 10 Januari 2020 di Hotel Royal Asia Palembang dengan dibuka oleh penampilan isyarat tangan Qian Shou Lai Qian Shou (Bersama-sama Bergandeng Tangan Melakukan Kebaikan Agar Tercipta Dunia Harmonis).

Herman The dan Indra Muliawan yang mewakili relawan Tzu Chi berharap para donatur yang hadir dapat terjun langsung membantu orang lain karena Master Chen Yen mengatakan, ‘Kenapa kita miskin? Karena di dunia ini banyak sekali orang sakit yang membutuhkan uluran tangan.’


Suharjo sangat bersyukur dapat menjalin jodoh dengan Tzu Chi sehingga satu keluarganya bertekad selalu berada di Jalan Tzu Chi.

“Apalagi nanti di bulan Maret nanti, Tzu Chi Palembang akan mengadakan baksos katarak untuk warga kurang mampu dan berharap semua yang hadir di sini saling bahu membahu dalam berbuat kebaijkan,” ujar Herman The.

Merasakan Bantuan Langsung dari Tzu Chi
Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi 2019 ini diisi pula dengan berbagai sharing dari penerima bantuan. Mereka antara lain: Robiansyah (bantuan pengobatan), Irene (bantuan beasiswa pendidikan), dan Itut (bantuan bedah rumah). Mereka sangat berterima kasih atas bantuan yang diberikan para donatur melalui Tzu Chi.

Robiansyah (39) merupakan seorang pasien kulit yang terluka karena disiram zat kimia cuko para atau asam sulfat atau yang biasa dikenal dengan air keras. Akibat kejadian itu, 90 persen kulitnya terluka bakar dan sebelah matanya tidak bisa lagi melihat.

Gunawati (62), ibu Robiansyah menceritakan bahwa beberapa kali mereka berpindah rumah sakit terkait penggunaan kartu bantuan kesehatan. Hingga pada akhirnya memutuskan untuk rawat jalan karena uang mereka semakin menipis.


Pembagian angpau dari Master Chen Yen berlangsung dengan teratur dan khidmat.

“Sampai waktu saudara memberitahu kami untuk mencoba meminta bantuan kepada Tzu Chi. Kami datang ke kantor dan esoknya disurvei. Kemudian Robi langsung dibawa ke rumah sakit oleh relawan Tzu Chi, sangat cepat tindakan dari Tzu Chi,” cerita Gunawati.

Selama penanganan, Robiansyah diopersi 8 kali di bagian kulit dan mata. “Kalau tidak ada bantuan dari Tzu Chi, kami pun tidak tahu harus bagaimana,” kata Gunawati berkaca-kaca. Hampir satu tahun pascaoperasi kondisi Robi kian membaik.

Dari pendampingan pengobatan Robiansyah, relawan merasa mendapatkan banyak hal. “Saya belajar akan nilai kehidupan sebagai manusia bahwa, ego yang melampau batas akan menjadi bumerang bagi diri sendiri,” ucap Saputra, relawan pendamping Robiansyah.

Saputra ingat kala pertama mendampingi Robiansyah, ia sungguh merasakan hal yang berat. Terlebih kondisi Robi saat itu sangat tersiksa. “Pertama membawa Robi ke rumah sakit, luka ditubuhnya sangat basah dan bernanah hingga tercium bau,” cerita Saputra. “Tapi relawan saling mendukung untuk terus menindaklanjuti pengobatan Robi. Hingga kini kondisinya kian membaik,” lanjutnya.

Satu Keluarga di Tzu Chi
Selain penerima bantuan, ada juga relawan yang berbagi kisah tentang jalinan jodohnya bergabung menjadi relawan. Ia adalah Suharjo.

Suharjo saat ini bertanggung jawab sebagai koordinator pelestarian lingkungan di Palembang. Dulunya, ia bergabung menjadi relawan karena ia merasakan kebaikan Tzu Chi di seluruh dunia melalui bantuan pengobatan, pendidikan, atau pun bedah rumah.


500 tamu undangan menerima angpao di Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi 2019.

Beberapa waktu lalu ketika salah satu anak Suharjo, Sinby, dirawat di Jakarta maupun Singapura, ia menerima dukungan dari relawan Tzu Chi Jakarta dan Singapura. Mereka memberikan pendampingan dan menyiapkan segala hal yang keluarganya butuhkan. Bahkan ketika sang anak tiada, ada 52 relawan Singapura datang untuk melakukan doa bersama dan menguatkan Suharjo beserta keluarganya.

“Saya sekeluarga melihat merasakan ketulusan relawan Tzu Chi Jakarta, Singapura, dan Palembang setelah Sinby sakit hingga tiada, yang terus memberikan pendampingan dan semangat. Sejak itu saya, istri saya Muliana, dua anak saya: Dewi dan Arya bertekad untuk terus berjalan di Jalan Tzu Chi,” ucap Suharjo. “Bagi insan Tzu Chi di mana pun kita berasal, kita adalah satu keluarga yang sudah selayaknya saling memberi semangat ketika saudara sedang membutuhkan,” lanjutnya.

Pemberkahan yang Berkesan
Mendengar berbagai kisah yang dibagikan dalam Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi 2019, Poonam, satu dari 500 tamu undangan yang hadir mempunyai kesan tersendiri. “Saya tersentuh saat mendengarkan sharing Suharjo akan apa yang dialami oleh anaknya dan apa yang diberikan oleh relawan dari pendampingan hingga mengantarkan almarhum di perabuan. Semuanya membuat saya benar-benar takjub akan kekuatan cinta kasih satu keluarga,” kata Poonam.


Menurut Poonam (kiri), Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi 2019 selalu menyuguhkan berbagai kisah yang inspiratif dari tahun ke tahun.

Menurut Poonam pula, Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi 2019 selalu menyuguhkan berbagai kisah yang inspiratif dari tahun ke tahun. Ditambah lagi ringkasan video kilas balik selalu ditampilkan membuatnya tahu perkembangan Tzu Chi dari tahun ke tahun.

“Tzu Chi memiliki ciri khas yang paling saya kagumi, yaitu kedisplinannya. Itu yang sangat jarang terjadi di tempat lain,” ucap Poonam.

Ketulusan hati relawan telah membangun komunitas yang tak hanya mampu membantu namun juga memberikan kekuatan hati dan pikiran untuk menjalankan visi misi Tzu Chi. Dengan adanya jalinan jodoh, semua relawan berharap pelita cinta kasih akan terus menyala dan meluas sehingga dapat memperpanjang barisan Tzu Chi di seluruh dunia.

Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

PAT 2018: Niat Tulus Mampu Mewujudkan Dunia yang Damai

PAT 2018: Niat Tulus Mampu Mewujudkan Dunia yang Damai

30 Januari 2019
Sebagai wujud rasa terima kasih terhadap para donatur dan para relawan, Tzu Chi Surabaya menggelar Pemberkahan Akhir Tahun 2018. Rasa syukur dihaturkan kepada para donatur, tim medis Tzu Chi, relasi, dan semua relawan Tzu Chi atas segala perhatian dan dukungan sehingga Yayasan Buddha Tzu Chi Surabaya bisa menjalankan misi kemanusiaannya.
Pemberkahan Akhir Tahun: Menguatkan Tekad di Hati

Pemberkahan Akhir Tahun: Menguatkan Tekad di Hati

22 Januari 2016
Sederhana namun bermakna. Inilah kesan dalam Pemberkahan Akhir Tahun yang diadakan Tzu Chi Bali pada 17 Januari 2016. Acara ini diikuti oleh 85 orang relawan dan donatur beserta keluarganya.
PAT 2019: Membangun Keluarga Tzu Chi yang Saling Mendukung

PAT 2019: Membangun Keluarga Tzu Chi yang Saling Mendukung

20 Januari 2020

Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi 2019 di Palembang diisi dengan berbagai sharing dari penerima bantuan. Mereka antara lain: Robiansyah (bantuan pengobatan), Irene (bantuan beasiswa pendidikan), dan Itut (bantuan bedah rumah). Mereka sangat berterima kasih atas bantuan yang diberikan para donatur melalui Tzu Chi.

Dengan keyakinan yang benar, perjalanan hidup seseorang tidak akan menyimpang.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -