Rumah Baru Ibu Emeria

Jurnalis : Soit (Tzu Chi Medan), Fotografer : Soit (Tzu Chi Medan)


Dengan penuh sukacita Emeria Pasaribu membuka kunci rumah barunya yang dibangun relawan Tzu Chi Binjai.

Setelah kurang lebih tiga bulan masa pembangunan (18 November 2020), relawan Tzu Chi Medan (Hu Ai Binjai) akhirnya meresmikan dan menyerahkan kunci rumah Emeria Pasaribu (54) yang telah selesai dibangun. Sabtu, 29 Februari 2020, sebanyak 16 relawan Tzu Chi Medan mengunjungi Ibu Emeria Pasaribu untuk melakukan penyerahan kunci sebagai tanda mulai ditempatinya rumah tersebut.

Rumah yang sebelumnya tidak layak huni dan sudah mau rubuh sekarang telah berganti dengan rumah yang berdiri dengan kokoh dengan ukuran 6x6 meter dan memiliki 1 ruangan untuk tamu dan makan, 2 ruangan kamar tidur, 1 ruangan kamar mandi dan dapur di belakang. Pemandangan ini kontras sekali dengan keadaan sebelum dibedah dimana cuma ada hanya ada satu ruangan yang difungsikan untuk semua, dengan lantai dari tanah dan berbatu.

“Hari ini Yayasan Buddha Tzu Chi bisa memberikan bantuan bagi Ibu Emeria Pasaribu, ini merupakan berkah bagi kita semua, berkat kumpulan cinta kasih dari setiap orang akhirnya terbentuk dan terbangun sebuah rumah yang indah ini. Semoga rumah ini dipenuhi dengan keharmonisan dan kebahagiaan serta sukacita dalam Dharma selalu menyertai,” kata Suriaty, Ketua komunitas relawan Tzu Chi Binjai.  


Kondisi rumah Emeria sebelum dibangun kembali oleh relawan Tzu Chi.

Penyerahan kunci rumah ini juga disaksikan oleh Edi Iskandar selaku Kepala Seksi (Kasi) Pelayanan dan Kesejahteraan mewakili Kepala Desa Kelurahan Tandam Hulu II, wilayah dimana Emeria tinggal. “Kami berterima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang sudah mewujudkan rumah impian bagi warga kami Ibu Emeria. Tidak ada kata yang bisa mengungkapkan kebahagiaan kami, semoga ke depannya Yayasan Buddha Tzu Chi menjadi yayasan yang terus bersumbangsih bagi masyarakat. Saya mewakili pemerintahan desa dan juga Ibu Emeria mengucapkan ribuan terima kasih,” kata Edi Iskandar.

Penyerahan kunci rumah dilakukan oleh Yanti, relawan yang menjadi koordinator bedah rumah ini kepada Emeria Pasaribu. Rasa haru dan bahagia bercampur menjadi satu di wajah Emeria ketika menerima kunci rumah tersebut, yang kemudian membuka pintu bersama dengan anaknya Manahara dan diikuti oleh para relawan.


Hendra Sutanto (kiri), Suryati (baju biru) menyerahkan dokumen penyerahan rumah kepada Emeria Pasaribu disaksikan oleh Yanti (baju abu), Manahara Dion Boyd (anak Emeria) dan Edi Iskandar,  Kasi Pelayanan dan Kesejahteraan Dusun 6 Kelurahan Tandam Hulu II.

Untuk menyambut hari bahagia ini relawan telah menyiapkan nasi tumpeng  dengan sayuran dan kue-kue yang semuanya merupakan makanan vegetaris untuk dikonsumsi bersama. Foto rumah sebelum dilakukan bedah rumah yang telah ditulis kata perenungan Master Cheng Yen Bersyukur pada masa lalu, berharap pada masa mendatang dan manfaatkan masa kini dalam gengaman kemudian diserahkan kepada Emeria Pasaribu sebagai pengingat untuk selalu bersyukur dan bisa memanfaatkan apa yang telah diterima dengan sebaik-baiknya. Tidak lupa celengan Tzu Chi juga diserahkan kepada Emeria agar beliau bisa turut bersumbangsih juga untuk orang yang membutuhkan.

Berawal dari Bantuan Pendidikan
Kisah bedah rumah Emilia Pasaribu yang saat ini berusia 54 tahun dengan Yayasan Buddha Tzu Chi bermula ketika ia mendatangi Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi di Kota Binjai untuk mengajukan permohonan bantuan pada bulan Mei 2018. Ketika itu Emeria hendak mengajukan permohonan bantuan pendidikan untuk anaknya Manahara Dion Boyd yang saat itu menempuh pendidikan SMP kelas 2 di Yayasan Pendidikan Ibu Sugiarti Maju Binjai. Manahara menunggak biaya pendidikan selama 1,5 tahun lebih.


Yanti selaku koordinator bedah rumah menyerahkan bingkai foto rumah sebelum dibedah yang bertuliskan Kata Perenungan Master Cheng Yen yang bermakna untuk mensyukuri berkah.

Setelah menerima laporan permohonan bantuan tersebut, relawan relawan Tzu Chi Binjai kemudian melakukan survei ke rumah Emeria dan mendapati rumah yang ditempatinya bersama anaknya ini kurang layak untuk ditinggali lagi. Rumahnya berdinding terpas di dua sisi dan menggunakan tembok dari tetangga sebagai dua sisi yang lain. Atapnya terbuat dari rumbia dan plastik terpal, serta berlantaikan tanah. Rumah seluas 4x5 meter ini hanya memiliki satu ruangan untuk memasak, makan, tidur dan tempat belajar untuk anaknya.

Sudah empat tahun lebih rumah yang ditempati Emeria seperti ini, sebelumnya ia bersama suami dan anaknya tinggal di Kota Batam, namun setelah suaminya meninggal dunia 15 tahun yang lalu sewaktu anaknya masih berusia 2 tahun, biaya kehidupan yang tinggi disana akhirnya memaksa Emeria dan anaknya untuk kembali ke kampung halamannya di Binjai, Sumatera Utara. Setelah mendapat warisan sebidang tanah dari orang tuanya, akhirnya dibangun rumah seadanya untuk berlindung dari angin dan hujan. Dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari untuk mereka berdua, Emeria berprofesi sebagai tukang cuci-gosok panggilan, dan kadang sebagai buruh harian mengupas bawang.


Relawan Tzu Chi Binjai saat mensurvei rumah Emeria pada bulan Mei 2018. Proses bedah rumah baru dilakukan pada bulan November 2019 karena menunggu kepastian dokumen kepemilikan tanah yang sah.

Kendala tidak adanya surat kepemilikan akta tanah membuat proses bedah rumah tidak bisa dilakukan dengan segera karena pembagian atas tanah warisan hanya melalui lisan, namun relawan selalu mengunjungi Emeria dan memberi pengertian agar surat tanah dapat segera dibuat agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan ke depannya. Sampai akhirnya pada tanggal 18 November 2019 dimulai proses bedah rumah untuk Emeria dan akhirnya mulai ditempati pada tanggal 24 Januari 2020, sedangkan proses penyerahan kunci rumah secara simbolis baru diadakan tanggal 29 Februari 2020.

Ibu Emeria dengan haru mengatakan walaupun harus menunggu lama, ia tetap yakin pada relawan Tzu Chi. Dari mulai bantuan untuk biaya sekolah anaknya yang masih diterima sampai kini, relawannya pun tulus menolong, tidak ada maksud lain. “Saya mengucapkan terima kasih kepada relawan dari Yayasan Buddha Tzu Chi yang benar-benar menolong saya dengan hati yang benar-benar suci. Terima kasih kepada donatur dan relawan sekarang saya dan anak saya sudah bisa tidur nyenyak walaupun turun hujan,” ungkap Emeria bahagia.


Emeria didampingi relawan dan tetangga melakukan pemotongan nasi tumpeng dalam merayakan penyerahan rumah yang telah selesai dilakukan bedah rumah oleh Yayasan Buddha Tzu Chi

Selain rumah baru, Emeria juga menerima sofa yang masih layak pakai yang berasal dari Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Binjai, tempat tidur, lemari pakaian, meja makan, dan kursi. Relawan Tzu Chi juga membantu pemasangan listrik prabayar dan menggali sumur agar penerangan dan air bersih bisa mereka dapatkan. Seperti yang disampaikan Master Cheng Yen bahwa bantuan (rumah) yang diberikan kepada warga adalah rumah yang kita sebagai pemberi bantuan pun mau dan nyaman tinggal di dalamnya. Inilah salah satu wujud menghormati penerima bantuan.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Kado Istimewa di Hari Kemerdekaan RI, Tzu Chi Medan dan Kodam I/Bukit Barisan Bedah 30 Rumah

Kado Istimewa di Hari Kemerdekaan RI, Tzu Chi Medan dan Kodam I/Bukit Barisan Bedah 30 Rumah

22 Agustus 2023

Warga padat penduduk di Jl. Magaan VIII Lingkungan I, Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli, Kota Medan bersuka cita menempati rumah yang telah dibedah.

Tzu Chi dan Polri Resmikan Pembangunan Rumah Dinas Satbrimob Polda Kalimantan Barat

Tzu Chi dan Polri Resmikan Pembangunan Rumah Dinas Satbrimob Polda Kalimantan Barat

20 Maret 2023

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bekerja sama dengan Polri meresmikan pembangunan rumah dinas Satbrimob Polda Kalimantan Barat. Sebanyak 264 unit rumah dibangun Tzu Chi Indonesia bersama perusahaan mitra.

Peletakan Batu Pertama Bedah Rumah: Rumahku, Istanaku

Peletakan Batu Pertama Bedah Rumah: Rumahku, Istanaku

08 Juni 2015 Selama dua puluh dua tahun, berbagai kegiatan dilakukan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi dalam mengemban Empat Misi Utama Tzu Chi di Indonesia. Salah satunya adalah dalam menangani kemiskinan baik dengan bantuan biaya hidup hingga penyediaan tempat tinggal yang layak huni.
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -