Saling Bersinergi Membangun Kembali Kota Palu

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah


Hong Tjin, relawan Tzu Chi berbicara dalam FGD rekonstruksi Palu. FGD ini diinisiasi oleh Ditjen Cipta Karya dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Sejumlah organisasi filantropi hadir dalam focus group discussion (FGD) yang membahas percepatan pembangunan hunian tetap bagi warga korban tsunami dan gempa Palu. FGD yang digelar di Ambhara Hotel, Jakarta Selatan, Rabu, 5 Desember 2018 ini diinisiasi oleh Ditjen Cipta Karya dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Tzu Chi Indonesia yang telah berkomitmen membangun 3.000 rumah bagi warga korban gempa di Palu dan Lombok berkesempatan memaparkan rencana kerjanya. Meliputi desain, serta fasilitas yang bakal dibangun. Hong Tjin, relawan Tzu Chi yang juga CEO DAAI TV Indonesia juga berbagi pengalaman tentang 2.566 unit rumah yang dibangun Tzu Chi di Aceh pascatsunami Aceh pada tahun 2004.


Diperlukan keterlibatan semua stake holder baik itu pemerintah pusat, pemerintah daerah, pihak swasta, masyarakat, donor, dan nasional untuk sama-sama membangun kembali Palu, Sigi, dan Donggala. Hal inilah yang ditekankan Ditjen Cipta Karya melalui forum ini.

Hong Tjin menilai forum ini sangat positif karena dengan ini terbentuk networking untuk saling bekerja sama.

“Kita lihat tadi juga dari Ditjen Cipta Karya, dan juga rekan-rekan NGO yang lain ada Wahana Visi, Dompet Dhuafa, dan sebagainya. Dengan berkumpul di sini saling bertukar informasi tentang apa yang kita kerjakan sehingga bisa saling mendukung. Siapa yang fokus di pendidikan anak, siapa yang fokus di bangunan Huntara, siapa yang membuat konstruksi Huntap, dan lain sebagainya,” kata Hong Tjin.

Dalam forum ini, hadir juga Walikota Palu, Hidayat. Ia menjelaskan, hunian tetap yang akan dibangun ini diperuntukkan bagi warga terdampak likuifaksi di dua lokasi juga yang terdampak tsunami di 13 kelurahan. Saat ini ada sekitar 6.000 hingga 7.000 rumah yang sedang divalidasi datanya.


Hidayat memiliki target tahun depan hunian tetap itu bisa mulai dibangun. Apalagi beberapa donatur sudah menyatakan siap untuk memberikan bantuan dan dukungan pembangunan huntap itu. Yang salah satunya adalah Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

“Percepatan hunian tetap ini sangat diperlukan. Kenapa? Karena memang peristiwa bencana alam ini ada likuifasi. Saya melihat psikologi masyarakat kami itu traumanya pasti lama. Saya sebagai pemerintah daerah mengharapkan betul hunian tetap ini bisa dipercepat lagi,” kata Hidayat.

Sementara itu, kawasan mana yang diperbolehkan untuk pembangunan hunian tetap hingga kini masih dalam penelitian dan pembahasan yang dipimpin oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. “Mudah-mudahan tanggal 10 Desember ini nanti, melalui Wakil Presiden Jusuf Kalla, ini bisa ditetapkan secepatnya,” tambah Hidayat.


Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Atlet Bulu Tangkis Kenamaan Indonesia Lelang Bersama Tzu Chi

Atlet Bulu Tangkis Kenamaan Indonesia Lelang Bersama Tzu Chi

26 November 2018

Yayasan Buddha Tzu Chi bekerja sama dengan Komunitas Bulu tangkis Indonesia (KBI) menyelenggarakan penggalangan dana, lelang amal, dan eksebisi bertajuk “Bulu tangkis Indonesia Peduli Palu Donggala” yang diadakan di Fountain Atrium, West Mall Grand Indonesia, Jakarta, Sabtu (24/11). Sejumlah atlet bulu tangkis kenamaan Indonesia melelang jersey dan raket mereka.


Galang Dana Pembangunan Tiga Ribu Rumah di Palu dan Lombok

Galang Dana Pembangunan Tiga Ribu Rumah di Palu dan Lombok

25 Oktober 2018

Relawan yang berasal dari komunitas Sunter, JP1&2, Jembatan Lima (JB1) berkumpul bersama di Pasar Sunter Podomoro pada Sabtu, Minggu (20-21 Oktober 2018). Mereka menggalang titik titik cinta kasih dari setiap orang yang belanja di pasar bagi pembangunan 3.000 rumah untuk korban gempa Palu dan Lombok.


Gempa Palu: Memulihkan Hidup, Melepaskan Risau

Gempa Palu: Memulihkan Hidup, Melepaskan Risau

18 Oktober 2018
Mengawali pembagian bantuan di Desa Lolu, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi pada 17 Oktober 2018, relawan Tzu Chi mengajak warga untuk sejenak menghibur diri. Warga Lolu tampak kurang bersemangat saat diminta untuk bernyanyi. Namun ketika relawan memperkenalkan lagu Satu Keluarga dengan gerakan isyarat tangan, warga tak sungkan lagi mengikutinya.
Keindahan kelompok bergantung pada pembinaan diri setiap individunya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -