Gempa Palu: Sukacita Jemaat Gereja GPID Donggala

Jurnalis : Khusnul Khotimah , Fotografer : Khusnul Khotimah


Sebanyak 53 keluarga masing-masing mendapatkan dua lembar tikar dan satu dus mi instan dari Tzu Chi, Kamis 18 Oktober 2018.

Bangunan Gereja Protestan Indonesia Donggala (GPID) yang berada di Dusun 3 Konsesi, Desa Batusuya Go’o di Kecamatan Sindue Tombusabora hancur akibat gempa yang mengguncang Donggala akhir September lalu. Hancurnya bangunan gereja membuat Yohannes (42), anggota Majelis Jemaat GPID bingung. Biasanya pada pertengahan Oktober seperti ini para jemaat sudah merencanakan persiapan perayaan Natal.

Saat relawan Tzu Chi melakukan survei pemberian bantuan pada Selasa, 16 Oktober 2018 lalu, Tzu Chi pun memberikan bantuan terpal besar berukuran 8x16 meter dan juga genset. Yohannes, anggota majelis jemaat GPID menceritakan betapa berartinya bantuan tersebut bagi pihak gereja yang sebelumnya kesulitan untuk membuat tempat ibadah darurat.


Bangunan Gereja GPID yang hancur akibat gempa.


Yohannes menunjukkan bantuan terpal besar dari Tzu Chi yang digunakan sebagai tempat ibadah sementara. 

Kita bersyukur betul karena pertama, kejadian itu kan Jumat, Minggu hari kedua juga itu masih setengah mati kita untuk mencari tenda kesana-kemari. Akhirnya dapat yang kecil kita sambung-sambung. Dengan bantuan dari Tzu Chi, sekarang kita bersyukur,” tutur Yohannes.

Lalu kemarin, Kamis 18 Oktober 2018, relawan Tzu Chi pun datang kembali ke Dusun 3 Konsesi untuk memberikan bantuan bagi warga korban gempa. Sebanyak 53 keluarga masing-masing mendapatkan dua lembar tikar dan satu dus mi instan.

Melalui pihak gereja, Tzu Chi juga menyerahkan 1 dus popok bayi, 1 dus popok dewasa, 5 dus pembalut dan 20 dus air minum kemasan. Tzu Chi juga kembali memberikan terpal besar yang juga berukuran 8x16 meter.


Relawan melihat tempat ibadah darurat yang dibangun pihak gereja. Karena dirasa masih kurang, Tzu Chi pun memberikan lagi satu terpal berukuran besar. 


Relawan dan warga bernyanyi bersama sembari menunggu nasi Jing Si matang.

“Nah hari ini setelah kita melihat tendanya sepertinya kurang cukup, maka kita tambah satu lagi,” kata Sudarman, relawan Tzu Chi.

Sudarman sendiri mengaku sangat terkesan dengan semangat warga. Hal itu ditunjukkan dengan kekompakan warga saat unjuk kebolehan menyanyikan lagu-lagu gereja sembari menunggu Nasi Jing Si matang yang menjadi menu makan siang hari itu.

“Di sini kekompakan antar warga biarpun mengalami cobaan bencana alam, mereka tetap menyatu,” kata Sudarman.


Nasi Jing Si menjadi hidangan makan siang di hari itu. Relawan dibantu warga memasak sebanyak 400 porsi.


Yohannes dan warga menerima bantuan Tzu Chi dengan rasa syukur.

Bantuan dari Tzu Chi, baik berupa barang maupun penghiburan untuk warga, menurut Yohannes sangatlah bermakna. “Bantuan Tzu Chi sangat membantu warga di sini karena baru ini bantuan besar yang diterima desa ini,” pungkas Yohannes.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Gempa Palu: Cinta Kasih ini Bukan Kiasan

Gempa Palu: Cinta Kasih ini Bukan Kiasan

24 Oktober 2018

Relawan Tzu Chi memberikan selimut kepada warga di 6 posko pengungsian pada Selasa, 23 Oktober 2018. Relawan Tzu Chi juga mengajarkan para ibu-ibu di pengungsian untuk memasak dan mengolah Nasi Jing Si.


Gempa Palu: Keberangkatan Tim Medis Tzu Chi ke Palu

Gempa Palu: Keberangkatan Tim Medis Tzu Chi ke Palu

02 Oktober 2018

Hari ini, Selasa, 2 Oktober 2018, tepat pukul 14.23 WITA, relawan Tzu Chi Jakarta tiba di Makassar bersama 3 orang dokter, 2 perawat, dan 2 apoteker dari Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia untuk berkoordinasi pemberian bantuan bagi korban gempa dan tsunami di Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah.

Gempa Palu: Menghimpun Kebaikan dalam Kotak Dana Cinta Kasih

Gempa Palu: Menghimpun Kebaikan dalam Kotak Dana Cinta Kasih

25 Oktober 2018
Relawan Tzu Chi Bogor bergerak mengadakan penggalangan dana sebagai bentuk kepedulian bagi para korban gempa di Palu, Sigi, dan Donggala. Acara yang diadakan di Lippo Plaza Ekalokasari pada 6 Oktober 2018 ini berlangsung mulai pukul 11.00–17.00 WIB. 
Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -