Sebuah Kursi Roda Impian Ferdi

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya, Videografer: Chandra S.

Ferdi Yanshah terlahir sudah sempurna namun seiring berjalannya waktu, ia kehilangan anggota tubuhnya. Ferdi Yanshah (39) mengalami kecelakaan dan mengharuskan kedua kakinya diamputasi.

Penyandang disabilitas yang memiliki beberapa kekurangan dalam tubuhnya merupakan manusia yang harus dihargai dan dihormati serta dipenuhi haknya. Hak penyandang disabilitas ini sudah tertera pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, bahwa untuk mewujudkan kesamaan hak dan kesempatan bagi penyandang disabilitas menuju kehidupan yang sejahtera, mandiri, dan tanpa diskriminasi diperlukan peraturan perundang-undangan yang dapat menjamin pelaksanaannya.


Widosari dan Christine staf Badan Misi Amal Tzu Chi menyusuri lorong rumah Ferdi sambil membawa kursi roda yang sudah dimodifikasi.

Ferdi mengalami kecelakaan motor dengan taksi pada tahun 2004 ketika ia berangkat kerja sebagai juru masak di sebuah restoran. Saat kecelakaan itu, Ferdi dibawa ke RS di daerrah Kuningan untuk menjalani operasi kepala. Namun karena terkendala biaya, Ferdi dipindahkan oleh keluaraga ke RS Fatmawati. Di RS Fatmawati Ferdi dirawat 3 pekan.

Operasi kepala berjalan baik, tidak ada kendala, pascaoperasi Ferdi diperbolehkan pulang untuk berobat jalan. Namun saat itu kondisi Ferdi tidak bisa bangun dari tempat tidur, ia haya bisa terbaring. Cukup lama setelah operasi di kepala, muncul penyakit baru akibat tabrakan itu. Tahun 2013 kedua lutut Ferdi mengalami kontraktur (kelainan dari otot atau sendi yang terjadi saat jaringan lunak di bawah kulit berkurang kelenturannya dan tidak dapat meregang).

“Pada tahun 2013an kaki saya kontraktur, kedua lutut saya gak bisa di tekuk,” jelas Ferdi. Namun karena tekadnya ingin mandiri, Ferdi ikut progam kateterisasi intermiten yaitu sebuah program untuk memasang kateter secara mandiri (per 4 jam untuk membuang air seni). Syarat untuk memasang kateter ini posisi tubuh harus duduk tidak bisa terbaring. Sedangkan kondisi kaki Ferdi saat mengikuti program itu tidak bisa duduk karena kedua lutut Ferdi tidak bisa ditekuk.


Ferdi dengan mandiri memindahkan tubuhnya dari tempat tidur ke kursi roda.

Dari sinilah dokter memutuskan untuk mengangkat kedua tempurung lutut Ferdi agar kakinya bisa ditekuk. Proses pengangkatan kedua tempurung lutut Ferdi berjalan lancar, namun setelah dua minggu menjalani perawatan di rumah sakit, tindakan operasi pengangkatan tempurung Ferdi mengalami infeksi. Akhirnya dokter memutuskan untuk mengamputasi kedua kaki Ferdi hingga ke pangkal paha karena infeksinya sudah menjalar ke paru-paru. Ini terjadi di awal tahun 2019.

Perasaan Ferdi pasrah atas keputusan dokter. Ferdi berharap dokter bisa menyelamatkan nyawanya. “Kan itu untuk nyelamatin nyawa saya, saya juga udah nggak kuat banget karena udah susah nafas,” kenang Ferdi.

Pada saat itu Ferdi pasrah, sakit, nyeri, dan lainnya bisa ia tahan namun, karena sulit bernapas itu ia pasrah karena infeksi kakinya sudah menjalar ke paru-paru.

Bertemu Tzu Chi
Ferdi mengenal Tzu Chi dari tetangganya yaitu Ibu Imam. Merasa pengobatannya sangat mahal, Ferdi mengajukan permohonan bantuan ke Tzu Chi pada tahun 2009. “Saya dikenalkan oleh tetangga saya namanya Bu Imam, saya ditolong untuk biaya pengobatan karena saya nggak mampu untuk biaya berobat,” kenang Ferdi.

Waktu itu Tzu Chi membantu pengobatan di Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng namun karena terlalu jauh dari rumah, Tzu Chi memfasilitasi Ferdi untuk berobat di RS Fatmawati karena dekat dari rumah. Dari sinilah Ferdi mengenal relawan Tzu Chi yang secara berkala datang mengunjungi.

Penderitaan Ferdi belum berakhir, ketika berobat di RS Fatmawati dokter menganjurkan Ferdi untuk operasi tulang belakang. “Dari dokter nganjurin untuk operasi tulang belakang, iya dari dokter ortopedi saat itu saya dan keluarga setelah pikir-pikir keluarga memutuskan untuk tidak dioperasi karena risikonya sangat besar,” jelas Ferdi.

Kaki Palsu Hingga Kursi Roda Modifikasi


Ferdi bersama sang Ibu keluar rumah untuk mencoba kursi roda pemberian Tzu Chi yang sudah dimodifikasi.

Awalnya Ferdi mengajukan bantuan kaki palsu untuk penyeimbang ketika Ferdi menggunakan kursi roda. Beberapa kali Ferdi mengalami kecelakaan dari kursi rodanya ketika melewati polisi tidur atau lubang. Kursi rodanya terjungkal ke belakang karena di sisi depan kursi roda tidak ada beban.

Dia beranggapan jika ada kaki palsu akan ada sedikit beban pada sisi depan kursi rodanya.

“Awalnya saya mengajukan kaki palsu untuk penyeimbang kursi roda supaya saya nggak jomplang ketika melewati undakan,” jelas Ferdi.

Dari situ Ferdi berkonsultasi dengan dokternya yaitu dr. Indriati S. Tobing. Dari konsultasi ini dokter Indriati memberi alternatif untuk memodifikasi kursi rodanya. Dan kemarin, 23 September 2020, Widosari Tjandra relawan He Qi Pusat bersama Christine staf dari Badan Misi Amal Tzu Chi bersama-sama mengantarkan kursi roda yang sudah dimodifikasi sesuai permintaan Ferdi.

“Lumayan bantu, rasa takut saya rada ilang ya, karena kalau pake kusi roda yang lama, kalo ada lubang saya nggak berani lewat, minta bantu Ibu karena takut jomplang. Pernah ngalamin jomlang sekali ke belakang,” jelas Ferdi sambil tersenyum.

Ferdi bersyukur, dengan kursi roda yang sudah di modifikasi ini Ferdi bisa nyaman dalam beraktivitas sendiri, lebih aman, tidak takut terbalik, dan yang pasti ferdi tidak ingin menyusahkan orang lain.

Ferdi juga berharap dengan pemberian kursi roda modif ini dapat menunjang kelak jika ia dapat kerja. Saat ini Ferdi sedang mencoba mencari kerja dan kursi roda ini alat sebagai mobilitas ia bekerja. Saat ini Ferdi mempunyai keahlian memasak, karena sebelum tabrakan ia bekerja sebagai koki masak di sebuah restoran.  

Widosari Tjandra yang mendamapingi Ferdi sejak bulan Oktober 2018 sangat bahagia bisa membantu Ferdi untuk pengadaan kursi roda modif melalui Tzu Chi.


Ferdi didampingi Widosari relawan Tzu Chi dan Christine staf Badan Misi mencoba kursi roda yang sudah dimodifikasi di jalan undakan.

Widosari dengan penuh kesabaran mendampingi Ferdi, awalnya Ferdi mengajukan kaki palsu namun, berkat analisa tim medis kaki palsu tidak akan efektif digunakan Ferdi pasalnya kedua kaki Ferdi perlahan akan mengecil. Dari sinilah widosari mencari solusi untuk pengadaan kursi roda. Pemberian kursi roda hanya bertahan setahun saja. Ferdi yang sering beraktivitas keluar rumah sering mengalami kursi rodanya mudah terjungkal ke belakang.

“Saya selalu ditanyakan (Ferdi) gimana bantuannya, waktu berjalan saya selalu rapat dengan He Xin tentang video penyandang disabilitas yang menggunakan skateboard dan lainnya, tapi ini (Ferdi) beda, saraf pinggangnya sudah tidak bekerja, jadi organ tubuh dari pinggang ke bawah sudah tidak bekerja,” tutur Widosari.

Untuk mewujudkan kursi roda modif ini Wiidosari dibantu Cristine staf Badan Misi Amal yang membawa satu unit kursi roda ke bengkel khusus modif kursi roda di wilayah Cipinang. Widosari sangat senang akhirnya Ferdi bisa menggunakan kursi roda ini tanpa ada rasa takut terjungkal ke belakang lagi. “Semoga kursi roda ini lebih bermanfaat daripada kaki palsu,” ujar Widosari.

Di depan rumahnya Ferdi langsung mencoba kursi roda modifikasi, sesekali Ferdi memanufer balik arah dengan cekatan dan ketika melewati undakan Ferdi sudah tidak ragu dan takut terjungkal lagi. “Ada kebahagiaan dan juga harapan yang bisa ia dapatkan dari bantuan Tzu Chi, saya berharap supaya dia bisa mandiri dan bisa menjalani kehudupan sehari-harinya dengan lebih baik lagi,” harap Widosari.

Orang seperti Ferdi dan mereka penyandang disabilitas tidak hanya perlu bantuan materi namun bantuan semangat agar dapat hidup mandiri. Ferdi pun berharap ada semakin banyak perusahaan dan lembaga pemerintah yang membuka jalan kerja bagi teman-teman penyandang disabilitas.

Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Sebuah Kursi Roda Impian Ferdi

Sebuah Kursi Roda Impian Ferdi

24 September 2020

Operasi kepala berjalan baik, namun setelah itu muncul penyakit baru akibat kecelakaan, kedua kaki Ferdi mengalami kontraktur (kelainan dari otot atau sendi yang terjadi saat jaringan lunak di bawah kulit berkurang kelenturannya dan tidak dapat meregang). 

Kursi Roda untuk Kecamatan Andir, Bandung

Kursi Roda untuk Kecamatan Andir, Bandung

11 Juli 2016
Relawan Tzu Chi menyerahkan bantuan berupa tujuh buah kursi roda kepada perwakilan pengurus PKK di kantor Kecamatan Andir, Bandung pada 30 Juni 2016.
Kursi Roda untuk Inau

Kursi Roda untuk Inau

08 September 2022

Inau, seorang ibu berusia 76 tahun mendapatkan bantuan kursi roda dari relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas Xie Li Kalimantan Tengah 1 Kebun Tasik Mas. Bantuan ini diharapkan bisa membantu aktivitas Inau sehari-hari.

Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -