Tzu Ching Camp VII: Satu Akar

Jurnalis : Apriyanto & Hadi Pranoto, Fotografer : Apriyanto & Metta Wulandari
 
 

fotoPhei Se (kanan) menjadi relawan Tzu Chi sejak 2004. Rasa kekeluargan dan saling mendukung membuatnya memantapkan niatnya untuk terus bersumbangsih di Tzu Chi.

Tzu Chi adalah jalan melatih diri dan membina setiap insan untuk saling mencintai, menghormati, dan bersyukur. Semangat inilah yang berusaha ditanamkan kepada para peserta Tzu Ching Camp ke-VII yang diadakan sejak tanggal 26-28 Oktober 2012. Pada hari kedua, para peserta mendapatkan materi yang mendalam tentang filosofi Tzu Chi, khususnya tentang keteladanan Master Cheng Yen. Juliana Santi senior Tzu Ching yang membawakan materi ini menjelaskan, kalau Tzu Chi bisa bertahan hingga kini dikarenakan oleh semangat dari setiap insan Tzu Chi dalam menerapkan 4 prinsip, yaitu ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan.    

Tulus artinya setiap tindak tanduk dan bantuan yang diberikan oleh insan Tzu Chi di dasari oleh kasih sayang tanpa pamrih dan demi kebahagiaan makhluk lain. Benar dalam menjalani tugas, dan memiliki keyakinan dalam tindakan yang dilandasi tanpa ego. Keyakinan adalah pondasi yang memperkuat semangat insan Tzu Chi untuk berjalan di jalan Bodhisatwa. Terakhir adalah kesungguhan. Tanpa kesungguhan, Tzu Chi tidak akan bertahan hingga 40 tahun dan tak bisa menginspirasikan orang lain. Karenanya melalui pembinaan yang tepat, diharapkan para Tzu Ching dapat menginspirasi banyak orang. Namun untuk menjadi teladan bagi orang lain harus dimulai dari keteladanan diri sendiri, demikian yang diungkapkan oleh Juliana Santi.

Kakak yang Membimbing Adiknya
Melihat keteladanan maka sosok Tzu Ching yang pas adalah Phei Se. Ia bergabung di Tzu Chi sejak tahun 2004 dari ajakan kakaknya yang terlebih dahulu bergabung di Tzu Ching. Melalui Tzu Ching Camp ia mendapatkan kesan mendalam, khususnya tentang pendewasaan teman-teman Tzu Ching yang tertempa melalui proses persiapan camp. Lama-kelamaan Phei Se semakin merasa menyatu dengan dunia Tzu Chi. Sampai-sampai ia merasa ada sesuatu yang kurang jika tidak diisi dengan aktivitas Tzu Chi. “Banyak orang yang terlibat dan banyak yang memberikan support, menginspirasi, menggandeng tanganmu dan mendampingimu ketika kamu merasa di tempat paling kosong. Mungkinkah kamu bisa meninggalkan mereka semua dan melupakan setiap detik pendampingan mereka?” ucapnya.

foto   foto

Keterangan :

  • Tzu Ching Camp 7 mayoritas pesertanya adalah mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Di camp ini mereka di tempa kedewasaan dengan berbagai filosfi Tzu Chi (kiri).
  • Belajar dari keteladanan Master Cheng Yen, diharapkan para Tzu Ching dapat menyebarkan Tzu Chi ke masyarakat (kanan).

Dimulai dari Tzu Ching, kini Phei Se sudah memantapkan langkah kerelawanannya di Tzu Chi dan sudah masuk dalam barisan komite Tzu Chi. Menurutnya masih banyak yang harus ia lakukan bersama shigong Shangren (Master Cheng Yen). Jadi, sudah seharusnya ia menerima tanggung jawab lebih untuk berjalan bersama shigong (Master Cheng Yen).

Meskipun kini ia tidak terlibat langsung secara fisik karena bekerja di Singapapura, tetapi sebulan sekali ia selalu menyempatkan waktu untuk mengunjungi dan memberikan motovasi kepada adik-adik Tzu Ching di Jakarta. “Di Tzu Ching sudah seperti keluarga sendiri. Saya merasa berada dalam satu keluarga, saling berbagi dan saling memberi,” katanya. Baginya tidak ada kata berhenti karena lelah jika itu untuk Tzu Chi dan Tzu Ching. Phei Se adalah sosok yang penuh kerja keras dan teladan bagi Tzu Ching.

Jika ditanya apa yang didapatkan di Tzu Chi, jawabannya banyak sekali. Bahkan sangat banyak sampai ia tidak bisa menyebutkannya satu per satu. Yang pasti, menurutnya ia sangat berterima kasih kepada Master Cheng Yen atas apa yang telah beliau rintis dan lakukan selama ini. Berkaca dari pengalaman dan kegigihan Master Cheng Yen, ia percaya kalau impiannya untuk bersumbangsih di dunia pendidikan bisa terwujud. Dan, sekarang pelan namun pasti, ia telah menanamkan benih-benih baik pada adik-adik Tzu Ching, khususnya keteladanan.
  
 

Artikel Terkait

Ramah Tamah Imlek: Berkah di Ladang Pelatihan Diri

Ramah Tamah Imlek: Berkah di Ladang Pelatihan Diri

25 Februari 2013 Aula Jing Si, gedung berdiri kokoh di bagian utara kota Jakarta kembali terlihat ramai. Malam itu, Sabtu, 23 Februari 2013 ribuan masyarakat berdatangan ke Aula Jing Si untuk mengikuti acara ramah tamah imlek 2013. 
Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-104 : Mereka Betul-Betul Ingin Sembuh

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-104 : Mereka Betul-Betul Ingin Sembuh

23 Desember 2014 Kesehatan sering kali dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat Indonesia. Kadang pekerjaan dan kebutuhan hidup lebih diutamakan oleh masyarakat. Apalagi bagi masyarakat yang kurang mampu, tentu mencari nafkah menjadi prioritas utama dibandingkan masalah kesehatan. 
Sebuah Kehangatan dan Kegembiraan Bagi Ama

Sebuah Kehangatan dan Kegembiraan Bagi Ama

18 Maret 2015 Relawan Tzu Chi Medan menghantarkan sebuah kehangatan dengan membantu membersihkan rumah salah satu Gan En Hu yang tidak leluasa berjalan.
Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -